Pertamina Bakal Kembalikan Pengelolaan Blok East Natuna ke Pemerintah

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana untuk mengambil kembali pengelolaan Blok East Natuna dari PT Pertamina (Persero)

oleh Arief Rahman H diperbarui 24 Nov 2022, 14:40 WIB
Pengelolaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi yaitu Satuan Kerja Khuhsus Pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu Migas dan Gas Bumi (SKK Migas) (Dok. SKK Migas Sumbagsel / Nefri Inge)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana untuk mengambil kembali pengelolaan Blok East Natuna dari PT Pertamina (Persero). Alih kelola ini disebut berasal dari usulan perusahaan energi pelat merah tersebut.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji menuturkan Pertamina telah melaporkan rencana pengembalian pengelolaan blok migas tersebut. Untuk diketahui, Pertamina merupakan yang diberikan mandat khusus untuk mengembangkan blok tersebut.

Setelah dipegang pemerintah, berarti nantinya akan dilakukan lelang kembali. Informasi, Blok Natuna ini semula bernama Natuna D-Alpha.

"Ya kita akan proses dulu bahwa dulu kan ada penugasan ke Pertamina. Kita kembalikan dulu ke negara kemudian kita akan lelang tender terbuka untuk D-Alpha. Kita akan coba bagi tiga East Natuna itu," ujar Tutuka saat ditemui di BNDCC, Nusa Dua, Bali, Kamis (24/11/2022).

Soal proses pengambil alihan, Tutuka menargetkaan hal itu bisa terjadi di tahun ini. Dengan begitu, proses penjadwalan menuju lelang bisa dimulai di awal tahun depan.

"Kita sudah coba proses sih tahun ini. Nanti lelangnya pengumuman gak tahu ya tapi ini sudah kita proses sekarang karena kalau bisa selesai tahun ini bisa langsung tahun awal depan kita umumkan lelang itu," ungkapnya.

Blok East Natuna memiliki potensi yang sangat besar, yakni mencapai 222 triliun kaki kubik (TCF). Namun demikian, kandungan karbondioksida pada blok tersebut mencapai 71 persen, sehingga yang bisa dieksploitasi kemungkinan hanya sekitar 46 TCF.

Menurut catatan Liputan6.com, pemerintah berencana untuk menggenjot produksi di Blok East Natuna sejak 2020 lalu. "Natuna itu kan ada gas ada minyak," kata Djoko Siswanto yang saat itu menjabat Dirjen Migas, di Jakarta, Selasa (7/1/2020).

 


Blok Masela Diserbu Investor

Seorang melintas di depan layar peta usai pertemuan antara Menko Kemaritiman dan Sumberdaya Rizal Ramli dengan perwakilan masyarakat Maluku di Gedung BPPT, Jakarta, Rabu (7/10/2015). Pertemuan membahas Blok Masela. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Sementara itu, lapangan Abadi Masela disebut-sebut bakal diserbu investor. Tercatat, ada sekitar 4 perusahaan yang menyatakan minat untuk masuk ke sana. Kabarnya, PT Pertamina termasuk perusahaan yang bakal masuk.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkap perusahaan asal China, Petrochina dan perusahaan asal Malaysia, Petronas minat garap migas di blok Masela. Menyusul, hengkangnya Shell yang semula ingin menggarap proyek disini.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan ada sekitar 4 perusahaan yang sudah ada pembicaraan. Kendati dia belum mengungkap rinci siapa saja perusahaan yang berminat masuk.

Soal rencana masuknya perusahaan energi ke Blok Masela, Dwi menegaskan kalau itu perlu dikomunikasikan dengan Inpex asal Jepang. Pasalnya, Inpex merupakan operator di Blok Masela.

"Jadi kan blok masela itu kan operatornya kan inpex jepang, jadi oleh karena itu tentu segala keinginan dari pihak lain untuk masuk itu tentu harus berkomunikasi dengan inpex sendiri," ujarnya kepada wartawan disela-sela IOG Convention 2022, di Nusa Dua, Bali, Rabu (23/11/2022).

 


Petronas, Pertamina, dan PetroChina

Rencananya, blok ini akan dikelola dua perusahaan yakni Inpex dan Shell.

Menurut data yang dimilikinya, setidaknya ada 4 perusahaan yang berminat masuk ke Blok Masela. Diketahui, beberapa diantaranya adalah Petronas dan Pertamina yang kerap disebut.

"Ya sebenarnya cukup banyak ya, misalnya etlis kita mengindikasikan ada 3 atau 4 gitu ya, tapi kan masing-masing punya persyaratan sendiri-sendiri yang harus dikolaborasikan dengan inpex itu sendiri," bebernya.

Terbaru, ada perusahaan asal China, Petrochina yang dikabarkan berminat menggarap Blok Masela. Dwi mengonfirmasi kabar tersebut, termasuk kabar Petronas yang sama-sama berminat.

"(Petrochina) Termasuk. Petronas termasuk,"ungkapnya singkat.

 


Diarahkan ke Inpex

Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Dwi kembali menegaskan kalau seluruh pihak yang berminat masuk ke Blok Masela harus menjalin diskusi dengan Inpex selaku operator di sana. Dia juga mengaku mendorong perusahaan-perusahaan lainnya untuk ikut menggarap.

"Kita telah mendorong yang lain-lain untuk bisa ikut join kalo memang nanti bisa mempercepat investasi, jadi kita dorong, tapi semua kita alirkan ke inpex," sambungnya.

Informasi, blok masela diminati investor setelah perusahaan yang berpusat di Belanda, Shell hengkang dari wilayah tersebut.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya