Liputan6.com, Jakarta - Ketua dan Pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal mengutarakan pendapatnya tentang kemenangan Anwar Ibrahim sebagai Perdana Menteri atau PM Malaysia yang baru.
"Kami menyambut baik Anwar Ibrahim sebagai perdana menteri yang baru. Beliau banyak mengalami jatuh bangun. Partainya pun sempat menang pemilu sebelumnya, tapi baru ini dia bisa menang. Selamat, semoga sukses memimpin Malaysia yang sedang sulit, ujar Dino dalam konferensi pers tentang Conference on Indonesia Foreign Policy atau CIFP 2022.
Advertisement
Ia meneruskan bahwa terpilihnya Anwar Ibrahim adalah pertanda hubungan Malaysia-Indonesia akan semakin dekat.
"Dia sahabat Indonesia sejak lama, secara rutin menjalin silaturahmi dengan petinggi-petinggi Indonesia. Pertanda hubungan Indoenesia-Malaysia akan semakin dekat. Saya tidak melihat adanya hubungan yang mengganggu, kalau ada itu migrant worker tapi sudah ada mekanisme untuk menanganinya," ujar Ketua FPCI kepada wartawan, Kamis (24/11/2022).
Dia berharap, kedua negara ini akan saling berkolaborasi untuk menangani krisis di sekitarnya sekaligus kerjasama untuk memperkuat kedua negara.
"Bagaimana Indonesia-Malaysia akan menangani krisis di Myanmar, sehingga krisis dapat terselesaikan dan demokrasi kembali. Termasuk masalah Rohingya kita berdua juga terdampak. Jadi perlu kerja sama untuk memperkuat Indonesia-Malaysia. Misalnya, dulu ada aliansi moderat untuk mengani radikalisme. Kemudian, pamor kelapa sawit pamor Indonesia-Malaysia sebagai 90% produsen internasional, itu perlu dipastikan aman, terutama untuk pasar ke Eropa."
FPCI Kembali Adakan Konferensi Terbesar Dunia, CIFP 2022
Sementara itu, Conference on Indonesian Foreign Policy atau CIFP yang merupakan agenda tahunan FPCI sejak 2015 sebagai wadah publik untuk saling berdiskusi mengenai politik internasional akan diadakan kembali.
Usai vakum selama pandemi, CIFP 2022 akan diadakan pada Sabtu, 26 November sekitar pukul 9 pagi hingga 6 sore di The Klasabanka Hall, Jakarta.
Diadakan terakhir kali pada 30 November 2019, CFIP dinobatkan oleh Museum Rekor Indonesia sebagai konferensi politik luar negeri terbesar di dunia yang dihadiri oleh 11 ribu peserta. "Bahkan kalau di luar negeri itu jarang sekali ada peserta sampai seribu," ujar Pendiri dan Ketua FPCI Dino Patti Djalal dalam acara konferensi pers, Kamis (24/11/2022).
Tahun ini, CFIP bertemakan "Navigating a Turbulent Ocean" (menavigasi lautan yang bergejolak). Dalam pernyataan resminya, FPCI menjelaskan, akan dilakukan diskusi mengenai bagaimana Indonesia menghadapai tantangan berat diplomasi bebas aktif dan menentukan peran yang tepat di dunia yang semakin 'bergejolak dan terbelah' atas berbagai permasalahan yang ada, mulai dari krisis geopolitik, pandemi, ekonomi, hingga iklim.
Sebagai wadah atau titik temu yang memfasilitasi diskusi publik, konferensi ini akan mempertemukan berbagai pihak, mulai dari para pejabat pemerintah, duta besar, tokoh masyarakat, perwira militer, peneliti, akademisi, hingga selebriti.
Dino menyebutkan, dialog maraton itu akan dibagi dalam beberapa sesi diskusi, di antaranya Klinik Diplomasi, sesi mengenai konflik Myanmar bersama Dubes Uni Eropa, sesi kepemimpinan Indonesia di ASEAN Chairmanship 2023, dan sesi khusus bersama perwakilan 10 negara yang paling berpengaruh bagi Indonesia (ten most impactful countries to Indonesai).
Dino berharap, melalui acara CIFP, masyarakat lebih menyadari masalah global saat ini dan komunitas politik yang peduli dengan masalah luar negeri dapat bertemu dan saling mengenal, sehingga ada penyebarluasan informasi. Menurutnya, bangsa yang maju adalah bangsa yg mempunyai 'kecerdasan internasional', tidak xenophobic (tertutup dengan hal asing).
Untuk agenda dan registrasi, dapat diakses oleh publik secara gratis di laman resmi cifp2022.com.
Advertisement
Kehadiran Jokowi Masih Menunggu Konfirmasi
Dalam acara ini, FPCI juga akan menganugerahkan Global Leadership Award untuk Presiden Jokowi yang telah memimpin KTT G20 Bali.
Menurutnya, Indonesia selaku pemegang tongkat estafet pertama untuk negara-negara Selatan -- yang akan dilanjutkan ke India lalu Afrika Selatan -- telah berhasil memimpin G20. Meski pada tingkat pertemuan menteri gagal menghasilkan komunike, namun KTT berhasil menghasilkan G20 Bali Leader's Declaration.
Menurut Dino, hal ini adalah sebuah prestasi dan publik perlu mengetahui itu. "Ini adalah prestasi terbaik politik luar negeri selama delapan tahun jokowi memimpin. Ini hal yang patut diapresiasi. Award ini juga ditujukan agar publik dapat mengetahui konteksnya dan juga mengapresiasi capaian Indonesia," ujar Ketua FPCI.
Sementara itu, terkait dengan kehadiran presiden, Dino mengatakan, "Surat undangan ke presiden sudah disampaikan dan sudah diterima oleh Sekretaris Negara Pratikno. Jadi, saat ini sedang diproses terkait konfirmasinya."
Sekilas Tentang FPCI
Tentang FPCI:
FPCI adalah grup kebijakan luar negeri terbesar di Indonesia, dan salah satu yang terbesar di Asia Tenggara, dengan lebih dari 100.000 orang dalam jaringannya.
Ini adalah organisasi kebijakan luar negeri non-partisan, nirlaba, independen yang didirikan untuk membawa kebijakan luar negeri ke akar rumput dengan misi untuk membentuk dan mempromosikan internasionalisme positif di seluruh Indonesia dan dunia.
Untuk informasi lebih lanjut, terhubung dengan FPCI di media sosial @fpcindo.
Penulis: Safinatun Nikmah
Advertisement