Liputan6.com, Jakarta - Gejolak ekonomi baru-baru ini menjadi momok bagi banyak pelaku usaha. Ditambah perkiraan 2023 akan terjadi resesi global, menimbulkan kekhawatiran banyak pihak. Indonesia sempat mengalami berapa kali krisis yang berujung pada resesi.
Di antaranya pada 1963 dan 1998, sebelum kembali resesi saat pandemi COVID-19 berlangsung pada 2020–2021. Resesi pada 1963 dipicu oleh hiperinflasi. Inflasi melambung hingga 119 persen. Ekonomi Indonesia berhasil membaik pada 1970—1980an. Setelah melewati pertumbuhan tinggi pada awal 1990an, Indonesia kembali mengalami resesi hebat pada 1998.
Advertisement
Saat itu, ekonomi Indonesia terkontraksi hingga 13,13 persen sementara inflasi mencapai 77,63 persen. Resesi 1998 dipicu oleh krisis keuangan Asia. Periode kelam ini akrab dikenal dengan krisis moneter. Imbasnya, banyak perusahaan harus gulung tikar dan pengangguran membludak.
Perusahaan milik Hermanto Tanoko menjadi salah satu yang selamat dari krisis itu. Saat itu, ia masih menggeluti bisnis cat, PT Avia Avian atau yang dikenal dengan produknya, yakni, Avian Paint. Crazy Rich Surabaya itu mengatakan, salah satu yang membuat perusahaan mampu melewati krisis dan bertahan sampai saat ini adalah komitmen untuk bertanggung jawab atas apa yang dikelola. Selama krisis, Hermanto Tanoko menghindari utang utamanya utang dalam mata uang asing.
“Papa kami mendidik anak-anaknya untuk bertanggung jawab. Dan dalam berbisnis, jika meminjam dalam mata uang asing lalu terjadi devaluasi perubahan mata uang asing dan akhirnya tidak bisa bertanggung jawab pada pihak bank maupun supplier, itu artinya kita bukan jadi sosok yang berintegritas, karena kita tidak bertanggung jawab. Itu yang selalu diomongin ayah saya," beber Hermanto, Kamis (24/11/2022).
Pegang Prinsip
Mengamini tuah sang ayah, Hermanto dan saudara-saudaranya yang lain akhirnya juga tidak berani sentuh dalam mata uang asing. Meskipun menurut pengakuannya, pada periode 1990–1997, utang mata uang asing bisa memiliki selisih hingga 10 persen, dengan depresiasi yang relatif kecil tiap tahunnya.
"Depresiasi antara Rupiah dan USD tiap tahun itu hanya 4–5 persen. Sehingga kalau dihitung-hitung bisa menguntungkan 5–8 persen per tahun. Tapi yang selalu dipesan oleh papa saya, meskipun untung jangan dilakukan karena itu sangat berisiko. Kami tidak mau menjadi orang yang tidak bertanggung jawab karena kami harus bisa membayar hutang dengan apa yang sudah kita janjikan sebelumnya,” imbuh dia.
Pada masa pandemi COVID-19, prinsip tersebut tetap dipegang teguh. Perusahaan dalam naungan Tancorp dipastikan tidak memiliki utang di atas kemampuan. Menurut dia, batas psikologis utang perusahaan sebaiknya tak lebih dari 50 persen.
"Rasio utangnya jangan terlalu tinggi, sehingga kami bisa tetap menghadapi situasi apapun. Batas psikologis di atas 50 persen. Dan perusahaan harus sehat, baru boleh berutang. Jadi Kalau masih belum tumbuh dengan sehat, jika berhutang risiko masih tinggi. jadi perusahaan harus sehat duluan dan utang untuk mempercepat pertumbuhan,” ujar Hermanto.
Advertisement
Produsen Cat Avian Tebar Dividen Interim Rp 10 per Saham
Sebelumnya, PT Avia Avian Tbk (AVIA) akan membagikan dividen interim tunai 2022 sebesar Rp 10 per saham. Total pembagian dividen interim itu setara Rp 619 miliar.
Keputusan pembagian dividen interim itu telah mendapatkan persetujuan dewan komisaris kepada pemegang saham yang tercatat Rabu, 30 November 2022. Keputusan pembagian dividen interim itu selaras dengan fundamental keuangan dan operasional Avia Avian yang solid berdasarkan laporan keuangan hingga September 2022.
Perseroan menyampaikan laba bersih sebesar Rp 1,08 triliun hingga kuartal III 2022. Selain itu, pada 30 September 2022, Avia Avian memiliki tingkat permodalan yang kuat dengan total ekuitas Rp 9,69 triliun serta dengan tingkat rasio likuiditas yang tercatat sangat kuat pada 869 persen. Demikian mengutip dari keterangan tertulis yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat, (18/11/2022).
Di tengah kondisi ekonomi yang menantang, Avia Avian mencatat total pendapatan yang mencapai Rp 4,9 triliun hingga September 2022 dengan margin laba kotor dan EBITDA yang kuat masing-masing berada pada tingkat 40 persen dan 25,8 persen. Kinerja positif ini didukung oleh inovasi produk serta pengembangan saluran distribusi berkelanjutan yang dilakukan Avia Avian.
Selain itu, perseroan menyatakan pembagian dividen interim tunai tersebut juga selaras dengan kebijakan dividen Avia Avian untuk memberikan dividen payout rasio minimal 50 persen dari laba bersih Avia Avian, dengan tetap mempertimbangkan berbagai faktor di antaranya kebutuhan modal kerja dan pengembangan usaha, serta proyeksi pertumbuhan bisnis Avia Avian ke depan.
Berikut jadwal dividen interim tahun 2022:
-Cum dividen di pasar regular dan negosiasi pada 28 November 2022
-Ex dividen di pasar regular dan negosiasi pada 29 November 2022
-Cum dividen di pasar tunai pada 30 November 2022
-Ex dividen di pasar tunai pada 1 Desember 2022
-Recording date yang berhak atas dividen interim pada 30 November 2022
-Tanggal pembayaran dividen interim pada 6 Desember 2022
Dongkrak Harga Jual Imbas Kenaikan Harga Bahan Baku
Sebelumnya, PT Avia Avian Tbk (AVIA), produsen cat Avian menaikkan harga jual produk seiring kenaikan harga bahan baku. Dengan demikian, perseroan pun menargetkan volume penjualan tumbuh 1-5 persen dan penjualan 10-15 persen pada 2022.
PT Avia Avian Tbk telah menaikkan harga jual produk 6-12 persen pada semester I 2022. Langkah ini dilakukan perseroan untuk mengimbangi kenaikan harga bahan baku dan lainnya.
"Adjustment harga memang dibutuhkan, kami tak bisa tolak meski kondisi lemah. Memang dari dinamika kompetisi banyak perusahaan cat adjustment. Namun, hampir perusahaan alami tekanan dengan kenaikan harga bahan baku di mana kita harus lakukan kenaikan harga jual," ujar Wakil Direktur Utama PT Avia Avian Tbk, Ruslan Tanoko saat paparan publik live 2022, Senin, 12 September 2022 ditulis Selasa (13/9/2022).
Selain kenaikan harga bahan baku, tingkat inflasi juga mempengaruhi sehingga pengaruhi penjualan cat. Perseroan pun menargetkan penjualan tumbuh 10-15 persen dan volume 1-5 persen pada 2022. Perseroan pun belum akan mengubah target tersebut dan berupaya optimalkan sumber daya yang ada untuk mencapai target.
Ruslan mengatakan, strategi mempertahankan penjualan di tengah tekanan pasar dengan mengandalkan pusat distribusi perseroan.
"Dari total sales yang diberikan pusat distribusi 87-88 persen, sisa 12-13 persen andalkan pusat distribusi pihak ketiga. Hal ini yang berbeda dengan perusahaan lain dan menjadi keunggulan melalui pusat distribusi. Tim penjualan jadi kita lebih motivasi dan dorong memiliki semangat juang tak putus asa meski kondisi berat," kata dia.
Advertisement
Target Pusat Distribusi
Sebelumnya, PT Avia Avian Tbk memiliki 105 pusat distribusi yang dimiliki sendiri dan 34 pusat distribusi pihak ketiga. Pada 2022, perseroan berencana membuka delapan pusat distribusi baru, dan empat pusat distribusi sudah dibuka pada semester I 2022.
"Bakal buka empat distribusi pada semester II 2022. Oktober ada satu pembukaan, November dua, dan Desember satu sesuai target," kata Ruslan.
Ia mengatakan, perseroan memiliki target 140 pusat distribusi yang dimiliki sendiri pada 2026. Dengan ada tambahan pusat distribusi ini, perseroan mengharapkan meningkatkan penetrasi produk dan kualitas layanan, meningkatkan pengelolaan persediaan dan meminimalkan loss opportunity serta memaksimalkan 1- day delivery service kepada pelanggan.
Terkait investasi pembukaan cabang menurut Ruslan tak besar. Belanja modal dikucurkan untuk pembelian armada truk pengiriman. "Pusat distribusi kebutuhan 3-6 truk. Di luar itu, ada kebutuhan infrastruktur IT system, kinerja di sistem operasional IT yang real time kalau dirupiahkan sekitar Rp 2 miliar satu pusat distribusi," kata dia.
Selain menambah pusat distribusi untuk dongkrak penjualan, perseroan juga akan meluncurkan produk baru. Peluncuran produk ini untuk menambah penguasaan pangsa pasar.