Soal Masalah Gizi di Indonesia, Kemenkes: Perlu Kolaborasi Banyak Pihak

Pelaksana tugas (Plt) Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan Ni Made Diah Pertama Laksmi menyampaikan, perlu kolaborasi banyak pihak untuk mengatasi permasalahan gizi di Indonesia.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 24 Nov 2022, 20:36 WIB
Ilustrasi anak (Foto: Pixabay/PixelLoverK3)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia masih memiliki banyak permasalahan gizi. Pelaksana tugas (Plt) Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan Ni Made Diah Pertama Laksmi menyampaikan, perlu kolaborasi banyak pihak untuk mengatasi permasalahan tersebut.

"Permasalahan gizi di Indonesia masih sangat banyak. Kita masih memiliki permasalahan gizi yang ganda, baik itu yang kurang gizi, kelebihan gizi ataupun permasalahan di defisiensi mikronutrien," ungkap Ni Made Diah dalam webinar 20 Tahun Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) "Pentingnya Kolaborasi untuk Gizi yang Lebih Baik bagi Semua", Kamis, 24 November 2022.

"Tentu saja ini tidak bisa diselesaikan oleh pemerintah saja, tetapi perlu kolaborasi banyak pihak termasuk mitra-mitra," lanjutnya.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes), kata Ni Made Diah, berkomitmen menurunkan prevalensi balita stunting dari 24 persen menjadi 14 persen pada 2024. Guna mencapai target itu, Kemenkes melaksanakan berbagai program prioritas yang dimulai dari sebelum masa kehamilan hingga setelah kelahiran bayi.

Program prioritas berupa intervensi spesifik yang dimaksud yakni:

  • Skrining anemia pada remaja putri
  • Pemberian tablet tambah darah pada remaja
  • Pemeriksaan antenatal pada ibu hamil sedikitnya enam kali
  • Konsumsi tablet tambah darah pada ibu hamil
  • Ibu hamil dengan masalah kekurangan energi kronis (KEK) mendapat makanan tambahan
  • Bayi mendapat ASI eksklusif
  • Balita mendapat makanan pendamping ASI yang kaya protein hewani
  • Balita dengan masalah gizi mendapat makanan tambahan
  • Balita gizi buruk mendapat tata laksana -
  • Pematauan pertumbuhan balita 
  • Imunisasi Dasar Lengkap 

 


Cakupan Internvensi Spesifik Masih Rendah

Cakupan interfensi spesifik itu diakui Ni Made Diah masih rendah.

"Artinya hingga saat ini masih belum memenuhi target. Sementara kalau kita mau menurunkan prevalensi balita stunting ataupun nanti prevalensi balita wasting dan masalah gizi yang lainnya, kita harapkan intervensi spesifik tadi cakupannya bisa memenuhi target," jelasnya.

Untuk mencapai target itu, kata Ni Made Diah, perlu kolaborasi bersama. Pihaknya mengapresiasi kerja sama dengan GAIN yang telah berlangsung cukup lama.

Country Director GAIN Indonesia dr Agnes Mallipu mengatakan pihaknya mengapresiasi dan akan terus mendukung upaya program gizi di Indonesia. 

"Kami sangat mengapresiasi upaya dan respons dari semua pihak yang memungkinkan kerja sama dan kolaborasi dengan GAIN dalam program-program gizi di Indonesia ini dapat terlaksana," ujar Agnes.

"Kami berkomitmen akan terus mendukung upaya-upaya untuk meningkatkan kolaborasi dan kerja sama antara seluruh pemangku kepentingan dan masyarakat."

 

 


Kolaborasi Kemenkes dan GAIN

Selama 20 tahun terakhir, GAIN telah bekerja sama dengan pemerintah, pelaku bisnis, dan masyarakat untuk ikut serta mengubah sistem pangan menjadi lebih baik sehingga dapat memberikan lebih banyak makanan bergizi untuk semua orang, terutama kepada kelompok yang paling rentan.

Kerja sama GAIN dengan Kementerian Kesehatan RI yang meliputi program:

  • Fortifikasi minyak goreng dengan Vitamin A dan iodisasi garam
  • Perbaikan gizi pada 1,000 hari pertama kehidupan
  • Perbaikan gizi remaja melalui edukasi gizi remaja
  • Peningkatan akses pangan bergizi melalui pengurangan susut paska panen dan tata kelola gizi di perkotaan
  • Peningkatan lingkungan kondusif untuk konsumsi gizi seimbang

 


Promosi Gizi Remaja Lewat Sekolah

Terkait dengan remaja yang menjadi bagian dari 27.94 persen populasi penduduk Indonesia, GAIN telah melakukan perbaikan gizi remaja melalui edukasi dan diseminasi praktik cerdas promosi gizi berbasis sekolah bekerja sama dengan SEAMEO Recfon.

Salah satu upaya yang dilakukan SEAMEO Refcon adalah mengkompilasi tools atau alat promosi gizi di sekolah. Guru sebagai ujung tombak promosi gizi pada siswa dan orangtua siswa, bisa mengakses tools yang diperlukan lewat situs mikro (microsite) sbnp.seameo-recfon.org.

"Ada dua hal besar yang bisa dilakukan guru. Yang pertama adalah meningkatkan kesadaran atau creating demand siswa tentang pentingnya gizi yang baik. Tentunya itu dilakukan dengan berbagai cara edukasi gizi yang kreatif, fun, sesuai dengan generasi usia sekolah dan remaja," jelas peneliti senior SEAMEO Refcon Helda Khusun

"Yang kedua yang harus dilakukan guru adalah menciptakan lingkungan sekolah yang sehat," 

Lingkungan yang sehat, kata Helda, bisa dilakukan dengan menyediakan kantin sekolah sehat, menciptakan kebun sekolah untuk meningkatkan literasi gizi siswa hingga menerapkan aturan bagi pedagang di sekitar sekolah. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya