Liputan6.com, Jakarta Keramat 2: Caruban Larang alias Keramat 2 sudah tayang di bioskop. Bagi pencinta film Indonesia, Keramat yang dirilis pada 2009 punya tempat istimewa. Bergerak seolah sebagai film dokumenter, ia menampilkan perjalanan sekumpulan kru ke Bantul, Yogyakarta.
Salah satu dari mereka lantas kerasukan arwah Nyi Pramodawardani. Pada akhirnya, sebagian kru film ini hilang setelah serentetan kejadian magis meneror mereka. Keramat panen pujian.
Masih segar dalam ingatan kami, sebuah media menulis ulasan Keramat dengan judul, “Tidak Original, Tidak Memalukan,” sebagai tanda bahwa meski horor sering disebut genre kelas B, kualitas Keramat enggak malu-maluin. Ia menjadi cult movie.
Baca Juga
Resensi Film Wandering: 3 Insan Bermasa Lalu Suram dalam Lingkaran Cinta, Visual Puitis Sekaligus Muram
Resensi Film Force Majeure: Liburan Hari Pertama Asyik, Besoknya Salju Longsor dan Papa Mama Ribut
Resensi Film The Devil’s Light: Biarawati Pertama di Sekolah Pengusiran Setan Hadapi Teror dari Masa Lalu
Advertisement
Kini, sekuel Keramat meneror bioskop dan lagi-lagi panen pujian. Masih mengisahkan kru film, kali ini sekumpulan anak muda yang membuat dokumenter tari topeng. Berikut resensi film Keramat 2.
Misteri Tari Topeng
Umay (Umay Shahab), Ajil (Ajil Ditto), Keanu (Keanu Angelo), Arla (Arla Ailani), Jojo (Josephine Firmstone), dan Maura (Maura Gabrielle) menempuh perjalanan lewat jalur darat menuju Cirebon untuk merekam soal tari topeng.
Tari topeng ini hendak dijadikan riset tugas akhir. Sementara Keanu dan Ajil punya motivasi lain menjadikan perjalanan ini sebagai materi konten. Keduanya bahkan berencana mengunjungi tempat wingit.
Berdasarkan informasi yang mereka himpun, ada sanggar yang dulu dijadikan markas para penari topeng. Arla, Jojo, dan Maura menemui kuncen sanggar (Ence Bagus) yang mengizinkan mereka singgah bahkan menginap di sana.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Membuka Sebuah Peti
Mereka bebas melakukan apa saja kecuali membuka sebuah peti. Celakanya, salah satu murid sanggar yakni Badriah (Badriyah Afiff) membuka peti saat bersih-bersih. Rupanya, peti itu berisi sejumlah peninggalan penari bernama Nyi Kemuning.
Sejak itu, mereka mengalami sejumlah peristiwa aneh. Suatu hari, Ute (Lutesha) menyusul ke Cirebon untuk memperingatkan petaka yang mengintai mereka. Ute kawan lama Ajil dan Keanu. Ketiganya pernah membangun kanal YouTube populer lalu pecah kongsi.
Sejak itu, Keanu tak sudi memaafkan Ute. Kedatangan Ute mengingatkan Keanu pada luka lama. Namun, Ute yang punya indra keenam mengaku mendapat penglihatan tentang sebuah kotak tua.
Dialog Ceplas Ceplos
Monty Tiwa yang sejak awal membentuk DNA Keramat tahu persis apa yang harus dilakukan bersama para bintang muda ini. Ia menyiapkan sebuah plot secara garis besar.
Patut diduga tidak terlalu detail untuk memberi ruang kepada para pemain berimproviasi agar interaksi terlihat natural serta tak tampak diatur sutradara. Hasilnya, para pemain santuy ceplas-ceplos.
Dialog-dialog yang meluncur dari bibir mereka enggak pakai sensor. Dengan teknik ini, cerita dirajut. Lupakan sejenak pergerakan kamera yang serba-indah, komposisi, pewarnaan dan elemen teknis lainnya.
Advertisement
Mata Kamera Subjektif
Dalam dunia Keramat, semua kaidah digantikan dengan mata kamera serbasubjektif, acapkali dibiarkan goyang, dan seterusnya. Teknik ini membuat Keramat 2: Caruban Larang setia dengan pendahulunya, yang bertumpu pada pakem mockumentary.
Penonton disuguhi kompilasi rekaman diary dalam format audio visual berisi perjalanan ke suatu tempat. Isinya “murni” dokumentasi. Kalau Anda melihat penampakan hingga orang kerasukan, itu “tak disengaja” dan anggap saja bonus.
Semua pemain dalam film ini tampil relaks dengan chemistry natural. Keanu santai saja ngomong ngen***. Segala umpatan sebagai reaksi refleks gara-gara melihat kejadian tak terduga menciptakan beragam sensasi di kubu penonton.
Kaget, Takut, Ngakak
Dari kaget, takut, ngakak, penasaran, khawatir, hingga ikutan heboh sendiri seperti para pemain yang tampak di layar lebar. Keanu adalah biang heboh. Ia sumber kesegaran karena penonton bisa saja terbahak di adegan-adegan yang supertegang.
Lutesha adalah harapan. Ia pergi meninggalkan sejumput tanda tanya lalu datang lagi membawa lentera yang menerangi jalan cerita. Umay dan Ajil adalah roda drama yang membuat cerita menggelinding.
Sementara tiga cewek lain yakni Maura, Jojo, dan Arla bukan sekadar pemanis. Ada yang jadi “umpan,” sementara lainnya membangun atmosfer kepanikan yang membuat cerita menjadi lebih pekat namun makin menarik hingga ke ujung.
Advertisement
Tokoh Bekerja Sesuai Fungsi
Dengan populasi pemain terbatas, setiap tokoh bekerja sesuai fungsi. Ini menjadikan Keramat 2: Caruban Larang sebuah film kaya nuansa. Kadang dia tampak lucu, kadang bikin gemas dan penasaran alias seru. Dan karena ini horor, unsur seram tetap jadi ujung tombak.
Keluar dari bioskop, Anda tak akan lupa pada rentetan teror yang terjadi di hutan. Dan hai, ini sekuel. Nikmati dan fokus saja agar Anda tahu ada hubungan apa Caruban Larang dengan geng Bantul, Yogyakarta, yang legendaris itu.
Pemain: Umay Shahab, Lutesha, Ajil Ditto, Keanu Angelo, Arla Ailani, Josephine Firmstone, Maura Gabrielle, Ence Bagus
Produser: Chand Parwez Servia, Fiaz Servia, Sumarsono
Sutradara: Monty Tiwa
Penulis: Monty Tiwa, Sergi Sutanto, Azzam
Produksi: Starvision Plus
Durasi: 1 jam, 34 menit