Cara Hindari Kejahatan SIM Swapping

Pelaku melakukan rekayasa sosial berupa ancaman, hadiah, dan bentuk penipuan lainnya atau yang dikenal sebagai social engineering

oleh M Hidayat diperbarui 25 Nov 2022, 18:00 WIB
Ilustrasi Foto Kartu SIM Telpon Seluler / HP. (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Kejahatan perbankan secara digital dapat terjadi melalui modus SIM Swap. Salah satu penyebab mengapa itu terjadi adalah data pribadi korban mungkin pernah terekspos di ruang digital.

Oleh karena itu, menjaga kerahasiaan data pribadi amat penting untuk keamanan diri dan keamanan perbankan dari pelaku kejahatan siber.

Demikian isu pembahasan di webinar Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi pada Rabu (23/11) di Makassar, Sulawesi Selatan.

Di dalam webinar ini turut hadir sejumlah narasumber, yakni Relawan TIK Jawa Barat Satria Andika Al Rasyid; relawan MAFINDO Fachruddin Palapa; dan Founder Yayasan Komunitas Open Source Arief Rama Syarif.

SIM Swap, dalam paparan Satria Andika, dapat kita pahami sebagai pengambilalihan kartu SIM bertujuan untuk membobol data dan menguras dana milik korban di rekening bank.

Data dikumpulkan sebelum melakukan kejahatan ini adalah nama lengkap, alamat rumah, nomor kartu identitas (NIK), nama ibu kandung, nomor telepon, dan data relevan lainnya.

"Untuk mendapat data pribadi, pelaku menerapkan metode phising atau pengelabuan melalui e-mail atau pesan singkat. Bisa juga pelaku melakukan rekayasa sosial berupa ancaman, hadiah, dan bentuk penipuan lainnya atau yang dikenal sebagai social engineering," ujar Satria.

Setelah mengumpulkan informasi pribadi targetnya, lanjut Satria, pelaku biasanya mendatangi kantor operator kartu SIM itu dan lantas meminta petugas memblokir nomor kartu SIM yang menjadi sasaran kejahatan, dan mengalihkan ke kartu SIM baru.

Pelaku, melalui modus itu, dapat menguras uang korban dan melakukan transfer rekening secara acak.

 


Upaya pencegahan

Sementara itu, Arief Rama memaparkan untuk mencegah kejahatan siber lewat modus ini, kita harus cermat dalam memberikan data finansial. Selain itu, pengggantian kata sandi secara berkala di berbagai akun juga penting untuk kita lakukan, diikuti dengan upaya untuk tidak membagikan data pribadi di media sosial dan ruang digital lainnya.

“Untuk mengetahui adanya proses perpindahan dana di dalam rekening kita, bisa diaktifkan notifikasi SMS untuk setiap jenis transaksi tertentu,” ujar Arief.

Menurut Arief, pencurian identitas digital bisa dilakukan lewat jaringan Wi-Fi publik, situs yang tidak aman, data breach dari pihak ketiga, upaya phishing, kata sandi yang lemah, atau dari pengikut baru yang tidak dikenal di media sosial.

"Jangan memasukkan data pribadi pada situs tidak dikenal sebab bisa jadi situs itu merupakan aplikasi malware," tuturnya.

 


Tentang GNLD

Kemudian menurut Fachruddin, saat ini internet bisa dengan mudah digunakan siapa saja tanpa ada batasan. Itu akan mempermudah pelaku kejahatan menjalankan aksinya. Bahkan, tidak sedikit orang yang memasukkan data pribadinya ke dalam situs tertentu yang sebetulnya merupakan perangkat kejahatan siber.

"Pelaku kejahatan jenis ini sulit diberantas karena mereka berlindung di balik dunia maya. Kejahatan siber ini ibarat patah tumbuh hilang berganti. Satu hilang, nanti yang lain akan muncul," tutur Fachruddin.

Melalui program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, masyarakat diharapkan dapat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif.

Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama GNLD Siberkreasi juga terus menjalankan program Indonesia Makin Cakap Digital melalui kegiatan-kegiatan literasi digital yang disesuaikan pada kebutuhan masyarakat. Untuk mengikuti kegiatan yang ada, masyarakat dapat mengakses info.literasidigital.id atau media sosial @Kemenkominfo dan @Siberkreasi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya