Liputan6.com, Kyiv - Invasi yang dilancarkan Rusia terhadap Ukraina memicu masalah perekonomian global karena harga pangan dan energi melonjak. Inflasi global pun menghantui. PM Inggris Rishi Sunak di G20 berkata bahwa tidak ada yang tidak terdampak efek invasi Rusia.
Namun, bisnis senjata ternyata untung dari perang yang terjadi. Produksi senjata pun terus meningkat.
Baca Juga
Advertisement
Dilaporkan VOA Indonesia, Jumat (25/11/2022), produsen senjata di Eropa Timur memproduksi senjata dan amunisi pada kecepatan yang belum pernah terjadi sejak masa Perang Dingin.
Banyak negara di kawasan itu yang masih mewaspadai Rusia – bekas tuan mereka, Soviet – dan ingin membantu perlawanan Ukraina.
Perusahaan senjata lantas memanfaatkan kesempatan itu.
Perusahaan senjata milik pemerintah Polandia, PGZ, membuat berbagai produk, dari pesawat nirawak (drone) hingga kendaraan lapis baja.
Pemimpin perusahaan itu, Sebastian Chwalek, mengatakan perusahaannya hampir melipatgandakan rencana investasi mereka untuk sepuluh tahun ke depan.
“Kami mengembangkan dan memperluas kemampuan kami. Kami mempersiapkan peningkatan pengiriman senjata bukan hanya untuk pasar Polandia – kami sadari itu. Kami sedang berdiskusi dengan calon pelanggan dari negara ketiga yang ingin melengkapi pasukan mereka dengan persenjataan Polandia.”
PGZ mengatakan pihaknya telah mengirimkan berbagai macam peralatan ke Ukraina, termasuk mortir, senjata-senjata kecil dan amunisi.
Perusahaan itu memperkirakan pendapatan mereka pada 2022 akan melampaui tingkat pra-perang yang hampir mencapai $1,5 miliar (sekitar Rp23,4 triliun).
Ceko Juga Cuan
Hal serupa terjadi di Republik Ceko.
Negara itu telah memasok persenjataan senilai $2,1 miliar (32,8 triliun) ke Ukraina. Wakil Menteri Pertahanan Ceko Tomas Kopecny mengatakan, ekspor senjata negaranya akan memecahkan rekor tertinggi sejak tahun 1989.
“Bagi industri pertahanan Ceko, konflik di Ukraina dan bantuan yang diberikan pihak industri kepada para pejuang di sana, jelas menjadi dorongan yang belum pernah kami lihat dalam 30 tahun terakhir. Tahun ini tidak saja mencatat rekor tertinggi dalam hal ekspor material militer, tetapi juga tentang kualitasnya. Ini tentang fakta bahwa secara historis kita bisa mendapatkan akses ke teknologi dan kemitraan dengan salah satu industri senjata terbesar di dunia, dan itu adalah peluang yang sangat besar.”
Industri senjata Eropa Timur pertama kali berkembang pesat di bawah Komunisme, menghasilkan senjata bagi blok Soviet.
Perang di Ukraina kini membuat pabrik-pabrik itu sibuk kembali, tapi kali ini bukan untuk melayani Kremlin.
Advertisement
Uni Eropa: Rusia Adalah Negara Sponsor Terorisme
Federasi Rusia kini telah ditetapkan sebagai negara sponsor terorisme oleh Uni Eropa. Ini akibat serangan militer Rusia terhadap Ukraina.
Berdasarkan laporan VOA Indonesia, Kamis (24/11), langkah ini lebih bersifat simbolis karena Uni Eropa tidak memliki kerangka hukum untuk mendukungnya. Pada saat yang sama, blok itu memberlakukan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Rusia, atas invasinya ke Ukraina.
Rusia menanggapi keputusan Parlemen Eropa itu dengan penuh kemarahan. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menulis di Telegram, “saya mengusulkan menunjuk Parlemen Eropa sebagai sponsor kebodohan.”
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah mendesak Amerika dan negara-negara lain untuk menyatakan Rusia sebagai negara sponsor terorisme, menuduh pasukannya menarget warga sipil. Hal ini telah berulangkali dibantah Rusia.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken sejauh ini menolak menyatakan Rusia sebagai negara sponsor terorisme meskipun resolusi di kedua majelis di Kongres telah mendesaknya untuk mengambi langkah ini.
Departemen Luar Negeri Amerika sebelumnya telah menyebut empat negara – yaitu Kuba, Korea Utara, Iran dan Suriah – sebagai negara-negara sponsor terorisme, yang berarti mereka dapat dijatuhi pembatasan keuangan dan dikenai larangan ekspor pertahanan.
Menurut European Parliamentary Research Service, di Uni Eropa, sejauh ini ada empat parlemen negara yang telah menyatakan Rusia sebagai negara sponsor terorisme, yaitu Lithuania, Latvia, Estonia dan Polandia.
Bangsal Bersalin Ukraina Diserang Roket Rusia
Seorang bayi yang baru lahir tewas setelah serangan Rusia yang menghantam bangsal bersalin di wilayah Zaporizhzhia selatan, Ukraina.
Wilayah ini merupakan area yang diklaim Moskow lewat aturan aneksasinya, kata layanan darurat Ukraina, dikutip dari laman Straits Times, Rabu (23/11).
Serangan roket di wilayah yang terdapat rumah sakit setempat ini berisi gedung bangsal berlantai dua.
Mereka menambahkan bahwa ada "seorang wanita yang sedang melahirkan dengan bayi yang baru lahir, serta seorang dokter" di dalam gedung tersebut.
"Akibat penyerangan, seorang bayi yang lahir pada tahun 2022 meninggal, wanita dan dokter tersebut berhasil diselamatkan dari reruntuhan,” kata tim penyelamat, menambahkan bahwa menurut informasi awal, tidak ada orang lain yang terperangkap di bawah reruntuhan.
Layanan darurat mengunggah video penyelamat yang bekerja untuk membebaskan seorang pria di reruntuhan bangsal bersalin yang tampaknya hancur.
Presiden Volodymyr Zelensky pada hari Rabu menuduh Rusia membawa "teror dan pembunuhan" ke Ukraina setelah serangan tersebut.
Advertisement