Liputan6.com, Jakarta - Kemarahan seringkali merupakan efek samping dari hal lain—seperti kelelahan atau kelaparan. Selain itu, marah juga cara yang sangat berguna bagi tubuh dan pikiran untuk memberi tahu ada sesuatu yang salah.
Kemarahan dapat disertai dengan kecemasan dan terasa seperti serangan panik, ujar seorang profesor psikiatri di University of Alabama School of Medicine Dr. Richard C. Shelton, MD.
Advertisement
Meskipun demikian, apa pun masalahnya, jangan tinggal diam.
"Setiap kali kita merasakan emosi—diinginkan atau tidak—itu mengindikasikan bahwa kita mungkin perlu mengambil tindakan dan melakukan sesuatu," kata seorang pekerja sosial klinis berlisensi Christina Harrison, LCSW.
Saat itulah Anda mungkin menyadari, "Oh, saya belum makan selama beberapa jam," atau "Oh, saya marah karena saya stres."
Pengalaman masa kecil dan asuhan orangtua juga memainkan peran penting dalam bagaimana orang mengalami, mengekspresikan, dan mengatasi kemarahan di masa dewasa, menurut situs Verywell Mind.
Misalnya, jika dibesarkan di lingkungan yang orang-orangnya selalu mengekspresikan kemarahan dengan cara tidak sehat, Anda mungkin lebih cenderung mengekspresikan kemarahan dengan cara yang sama ketika dewasa.
Anda mungkin belajar bahwa mengekspresikan kemarahan melalui ledakan verbal atau bahkan kekerasan dapat diterima. Dalam banyak kasus, Anda mungkin belum pernah mempelajari keterampilan mengatasi perasaan emosional untuk menghadapi frustasi dan amarah.
Pengalaman masa lalu juga dapat membuat Anda kesulitan mengetahui bagaimana dan kapan mengungkapkan perasaan marah. Jika seseorang tumbuh dalam keadaan di mana ia tidak bisa mengungkapkan perasaan tidak nyaman, jengkel, atau marah, ia akan mencoba menekan perasaannya yang sebenarnya ketika beranjak dewasa.
Alih-alih mengatasi hal-hal yang mengganggu, Anda malah membiarkannya sampai frustasi.
Untuk mengetahui apa yang melatarbelakangi rasa marah Anda, berikut beberapa penyebab umum kemarahan menurut situs Bustle:
1. Emosi Anda Tersulut
Jika merasakan kemarahan yang tiba-tiba tanpa alasan, itu berarti Anda dipicu oleh sesuatu yang bahkan tidak disadari ada di sana. Dalam beberapa kasus, ini bahkan bisa menunjukkan gangguan stres pasca-trauma, yang mencakup kemarahan sebagai gejala utama.
"Pemicu bisa sehalus bau, gambar, atau pikiran otomatis," ungkap seorang konselor kesehatan mental berlisensi Jose Ramirez, LMHC. "Jika Anda sadar marah tanpa alasan, Anda harus memperhatikan faktor eksternal dan internal."
Periksa dan tanyakan pada diri Anda apa yang terjadi pada saat sebelum marah. Dalam situasi ini, Anda dapat meluangkan waktu sendiri untuk berpikir.
Terapi juga bisa berguna jika Anda pikir itu dapat membantu membongkar pemicu dan trauma yang mendasarinya.
2. Tidak Mengutarakan Pikiran
Kemarahan juga bisa muncul ketika Anda menahan perasaan. "(Ini bisa terjadi) ketika kita memiliki harapan yang belum dikomunikasikan dengan jelas dan sesuatu tidak memenuhi harapan kita," kata psikoterapis Carrie Torn, LCSW.
Hal ini dapat terjadi dalam hubungan persahabatan, hubungan romantis, keluarga, dan bahkan di tempat kerja. Seseorang yang menjalani hari dengan harapan segala sesuatunya akan berjalan sesuai keinginannya tanpa perlu mengomunikasikan apa yang diinginkan atau dibutuhkan, akan berakhir dengan rasa kesal dan marah.
Advertisement
3. Lapar
Meskipun yang satu ini tampak sangat sederhana, gula darah rendah benar-benar dapat membuat Anda emosi.
Seseorang menjadi lebih mudah tersinggung ketika merasa lapar, ujar seorang konselor Natalie Capano, MHC-LP. Maka dari itu, jangan kaget jika Anda membentak orang saat lapar.
4. Sebenarnya Takut
Menurut Harrison, kemarahan biasanya merupakan emosi sekunder. Misalnya, kemarahan muncul saat Anda berkendara di jalan.
"Saat mengemudi, kita memikirkan urusan sendiri, mengikuti aturan jalan untuk sampai ke tujuan berikutnya. Kemudian seseorang datang dengan ngebut, memotong, dan memaksa kita untuk menginjak rem."
Saat hal ini terjadi, emosi pertama Anda adalah ketakutan. Takut akan kecelakaan, takut melukai orang lain, dan sebagainya.
"Kita membuat narasi bahwa pengemudi lain ceroboh, sembrono, dan tidak pengertian," kata Harrison. Perilakunya mengancam keselamatan Anda. Inilah yang menyebabkan munculnya perasaan marah dalam diri Anda.
Itu hanyalah satu contoh rasa takut dapat memicu kemarahan. Lain kali ketika marah tanpa alasan, cari tahu apakah ada sesuatu yang mengejutkan atau membuat Anda merasa tidak aman. Itu mungkin alasannya.
5. Depresi
Tahukah Anda bahwa sikap marah dan mudah tersinggung adalah tanda-tanda depresi yang jarang diketahui?
Sedangkan gejala lainnya termasuk sedih, hilang minat, perubahan nafsu makan, kelelahan, serta rasa sakit fisik. Untuk menegakkan diagnosis ini Anda harus memeriksakan diri ke psikolog atau psikiater.
6. Stres
Kemarahan juga dapat muncul entah dari mana ketika Anda sibuk dan stres. "Beberapa menggambarkan ini sebagai 'sumbu pendek' atau merasa dirinya seperti 'panci presto,'" kata psikolog klinis berlisensi Lori Ryland, Ph.D., LP.
Tugas yang menumpuk serta dering telepon yang tak kunjung berhenti akan membuat Anda meledak. Di saat seperti itu, Ryland menyarankan untuk menenangkan diri dengan berjalan-jalan atau curhat kepada teman dekat.
"Strategi lainnya adalah dengan 'mematikan api,'" katanya.
Untuk melakukannya, Anda bisa melakukan meditasi, menghabiskan hari sendiri, rekreasi, atau merawat diri.
(Adelina Wahyu Martanti)
Advertisement