Liputan6.com, Jakarta Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berkolaborasi dengan Skills for Competitiveness (S4C) dan SwissContact menyelenggarakan diskusi ‘Industry-Driven VET Good Practices from Indonesia & Switzerland’ pada Kamis (24/11). Diskusi ini merupakan bagian dari acara Industrial Vocational Week (IVW) 2022 yang diselenggarakan sejak 21 November lalu.
Swiss dikenal dengan sistem pendidikannya yang menempati posisi ke-2 terbaik dunia. Maka dari itu, Pemerintah Indonesia telah bekerja sama dengan Pemerintah Swiss yang diwakili oleh State Secretariat for Economic Affairs (SECO) melalui Swisscontact sejak tahun 2018 terkait Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan Sistem Ganda.
Advertisement
“Seperti yang kita tahu, pemerintah Indonesia sedang fokus dalam mengembangkan SDM. Sehingga, proyek yang dimulai sejak tahun 2018 ini tentunya sejalan dengan apa yang menjadi tujuan pemerintah Indonesia," jelas Program Manager S4C Daniel Weibel dalam diskusi tersebut.
Menurut penjelasan Daniel, kerja sama antara Indonesia dan Swiss dilakukan untuk pengembangan 5 politeknik, di mana 3 di antaranya merupakan politeknik yang dinaungi Kemenperin, yakni Politeknik Industri Logam Morowali, Akademi Komunitas Manufaktur Bantaeng, dan Politeknik Industri Furnitur dan Pengolahan Kayu Kendal.
"Selain itu, kami juga bekerjasama untuk mengembangkan politeknik yang dinaungi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Politeknik Negeri Jember), serta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Politeknik Pariwisata Lombok)," tambah Daniel.
Penerapan Pendidikan Sistem Ganda melahirkan kurikulum yang tidak hanya menekankan pada teori, namun juga pelatihan atau praktik yang bertujuan untuk mengasah kemampuan peserta didik di bidang industri. Lewat program S4C, mahasiswa diberikan kesempatan magang secara langsung di industri terkait selama 1 tahun.
Fery Andika, mahasiswa dari Politeknik Industri Logam Morowali yang merupakan peserta magang dalam SwissCharmTVET menyampaikan bahwa pengalaman magang di Endress+Hauser selama 1 tahun merupakan kesempatan yang bagus untuknya.
"Karena saya dapat belajar banyak hal untuk menambah pengetahuan dan juga meningkatkan hardskill. Saya juga mempelajari langsung bagaimana menemukan solusi saat bekerja di dunia industri, dan itu merupakan sebuah keuntungan yang sangat besar bagi saya," papar Fery.
Sebelumnya, Kepala BPSDMI Arus Gunawan menjelaskan bahwa sektor industri membutuhkan sekitar 600 ribu tenaga kerja per tahunnya. Untuk itu, penyiapan tenaga kerja mulai dari pendidikan di tingkat menengah dan tinggi harus sejalan dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia kerja.
"Ini menjadi tantangan yang harus dihadapi bersama agar pendidikan vokasi dapat diselenggarakan sehingga menghasilkan kualitas lulusan yang match dengan kebutuhan industri," ucap Arus