Liputan6.com, Jakarta Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP II Muhammad Awaluddin, mengungkapkan kepemilikan pesawat maskapai di dalam negeri mengalami penyusutan. Sebelum pandemi berjumlah 600 pesawat, kini menjadi sekitar 400 pesawat.
“Saat ini maskapai dalam kondisi yang jumlah kepemilikan pesawatnya berkurang. Saya bisa menyebut sebelum pandemi, jumlah kepemilikan pesawat dari seluruh maskapai yang beroperasi itu mendekati sekitar 600 pesawat, hari ini kurang lebih 350 – 400 pesawat,” kata Muhammad Awaluddin dalam acara Forwahub update terkait penerbangan umrah di Bandara Kertajati, Jumat (25/11/2022).
Advertisement
Dia menyebut, sebelum dan setelah pandemi terdapat shortage capacity (kekurangan kapasitas) sebesar 45-50 persen, bagi maskapai dalam memenuhi permintaan penerbangan dari masyarakat. Kekurangan ini dikarenakan demand-nya sudah meningkat.
“Ada namanya shortage capacity yang kurang lebih sekitar 45-50 persen before and after pandemi. Situasi ini tidak mudah bagi maskapai, di satu sisi demand sudah mulai recovery, kemudian alat produksinya belum maksimal sehingga ada gap, ini challenge,” ungkapnya.
Tantangan lainnya yang dialami oleh operator bandara dan operator maskapai yaitu menyangkut biaya operasional. Sebab, sebelum dan setelah pandemi biaya operasional itu masih sama, tidak ada pengurangan.
“Biaya operasi maskapai dan bandara tidak berkurang sebelum dan setelah pandemi biaya operasi itu sama komponenya, ada biaya maintenance, biaya avtur, biaya sparepart, biaya operasi, marketing dan sebagainya,” katanya.
Banyak Tutup Rute Penerbangan
Oleh karena itu, banyak maskapai yang menutup beberapa rute penerbangan, dan memprioritaskan rute penerbangan yang ramai. Jika tidak begitu, maka pihak maskapai akan merugi.
“Tentu saja ini kembali lagi ini bisnis. Kalau rencana bisnis belum mampu mengcover itu tentu saja mereka memiliki prioritas. Apa yang membuat maskapai sekarang jadikan prioritas untuk terbang? dimana traffic yang tinggi, kalau enggak yan boncos,” ujarnya.
Maka tidak heran jika maskapai penerbangan memprioritaskan rute penerbangan yang masih ramai ,seperti Jakarta-Surabaya, Jakarta-Kualanamu, Jakarta-Makassar, Jakarta-Denpasar.
Advertisement
Dirut Angkasa Pura II Yakin Recovery Rate Bandara Soekarno Hatta Tembus 90 Persen
Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP II Muhammad Awaluddin, meyakini recovery rate (angka pemulihan) Bandara Soekarno Hatta hingga akhir tahun 2022 bisa mencapai 90 persen.
“Saya ingat betul recovery rate Soekarno Hatta pernah menembus angka tertinggi pada 8 Mei 2022 kemarin pada saat arus balik Idul Fitri kemarin. Pada saat itu recovery rate Soekarno Hatta menembus 88 persen,” kata Dirut Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin dalam acara Forwahub update terkait penerbangan umrah di Bandara Kertajati, Jumat (25/11/2022).
Dia menjelaskan, Recovery rate adalah rasio pemulihan yang dibandingkan dengan 2019. Pihaknya pun optimis, dengan adanya momentum Natal dan libur Tahun Baru 2022-2023 bisa menembus 90 persen.
“Harapan kita sebuah optimisme yang harus dibangun, saya berharap pecah telor lagi bisa tembus angka psikologis baru 90 persen, mudah-mudahan,” katanya.
Di sisi lain, apabila digabung 20 bandara yang dikelola AP II, maka recovery rate sektor transportasi udara hingga hari ini mencapai 68 persen. Hal ini cukup menggembirakan karena permintaan masyarakat terkait kebutuhan transportasi udara semakin meningkat.
“Tapi kalau 20 bandara tadi diagregasi jadi satu, hari ini kami sudah menembus angka recovery rate 68 persen. Kebutuhan masyarakat juga penting untuk melakukan transportasi dengan cepat, mudah, dan aman,” ujarnya.
Mulai Bangkit
Sementara, secara keseluruhan Kawasan Asia Pasifik recovery rate sektor transportasi udaranya sudah mencapai 62 persen. Maka tak heran, jika Bandara Soekarno Hatta mendapatkan predikat sebagai salah satu bandara tersibuk, karena recovery rate mencapai 88 persen.
“Maka tidak heran Soekarno Hatta dinobatkan secara koneksi nomor 8 dunia, nomor 3 Asia, dan nomor 1 Asia Tenggara. Tidak heran, karena Indonesia populasinya besar dan kuatnya di domestik. Jangkar kita itu domestik traffic, sehingga dengan kondisi ini boleh dong optimisme ini di bangun,” pungkasnya.
Advertisement