Liputan6.com, Nias - Omo hada merupakan rumah adat di Nias Selatan. Istilah ini digunakan untuk membedakan rumah adat di Selatan dan Utara yang merupakan tempat tinggal Tuhenori atau raja negeri.
Rumah adat ini berbentuk panggung dengan ukuran besar dan memanjang ke belakang, layaknya kapal. Rumah ini menjadi pusat kosmologi perkampungan tradisional di Bawomataluo, sebuah pemukiman dengan beragam peninggalan masa megalitik.
Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, omo hada di Bawomataluo sudah berumur lebih dari tiga abad. Namun, informasi lengkapnya baru diketahui pada abad ke-18.
Adapun pengetahuan mengenai konstruksi, arsitektural, dan teknik pengolahan kayu masyarakat Nias diperoleh dari pendatang China. Para pendatang ini membuka galangan kapal di Singkuang saat Natal, tepatnya sekitar abad ke-14.
Baca Juga
Advertisement
Kontak dengan pendatang China tersebut menjadi permulaan pendirian rumah Nias yang mencerminkan kosmologi dan kearifan tradisional. Pada 2006 dan 2007, sebuah proyek yang didanai World Monument Funds mengusulkan ke Unesco untuk menjadikan omo hada beserta kawasan Bawomataluo menjadi warisan budaya dunia.
Omo hada di Bawomataluo, Kabupaten Nias Selatan, masih menjadi pusat kekuasaan dan administrasi Tuhenoei Bawomataluo. Selain itu, omo hada juga menjadi daya tarik wisatawan yang menyukai wisata budaya.
Beberapa tradisi yang dimiliki wilayah tersebut juga turut membantu peningkatan kunjungan wisatawan, salah satunya fahombo batu (lompat batu). Fahombo batu sudah menjadi bagian dari tari perang yang dimainkan secara kolosal.
Hal ini membuat omo hada yang menjadi pusat perkampungan relatif masih terpelihara di tengah sejumlah pergeseran fungsi akibat perkembangan teknologi. Sebut saja adanya penambahan antena parabola di rumah-rumah panggung yang telah berusia ratusan tahun.
Secara adat, omo hada masih menjadi tempat untuk mengadakan acara atau perayaan adat Nias Selatan, mulai dari pernikahan, perumusan Fondralco (himpunan hukum adat), dan sebagainya. Sementara itu, peninggalan megalitik batu tegak, menhir, menjadi sarana yang mendukung acara atau perayaan-perayaan adat tersebut.
Konstruksi bangunan omo hada sebenarnya mencerminkan anatomi tubuh manusia. Bahkan, model rumah ini dijadikan model untuk membangun rumah tahan gempa pasca gempa dan tsunami Desember 2004.
Penulis: Resla Aknaita Chak
**Liputan6.com bersama BAZNAS bekerja sama membangun solidaritas dengan mengajak masyarakat Indonesia bersedekah untuk korban gempa Cianjur melalui transfer ke rekening:
1. BSI 900.0055.740 atas nama BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional)2. BCA 686.073.7777 atas nama BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional)