Kapal Militer Canggih Australia HMAS Adelaide Kunjungi Indonesia, Bawa Misi Indo-Pacific Endeavour 2022

Militer Australia kembali mengunjungi Indonesia, Kamis 24 November 2022. Membawa kapal HMAS Adelaide dan HMAS Anzac, Australian Defence Force membawa misi perlindungan kawasan Indo-Pacific (IPE).

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Nov 2022, 10:53 WIB
Perwakilan Australian Defence Force dan Tentara Nasional Indonesia dalam kunjungan IPE 22 di Tanjung Priok, Kamis (24/11/2022). (Safinatun Nikmah/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Angkatan Pertahanan Australia (Australian Defence Force) kembali mengunjungi Indonesia dalam misi Indo-Pacific Endeavour 2022 pada Kamis, 24 November 2022.

Indo-Pacific Endeavour (IPE) merupakan salah satu hubungan regional utama Australia di wilayah Asia Tenggara dan Timur Laut Samudera Hindia, berupa kerja sama militer dengan serangkaian koordinasi dan latihan amfibi (udara-darat-laut).

Tahun ini, IPE mengunjungi 14 negara pada September hingga November, yaitu Maldives, Timor Leste, Vietnam, Filipina, Bangladesh, Sri Lanka, Laos, Kamboja, India, Thailand, Malaysia, Singapura, Brunei, dan terakhir Indonesia.

"Empat kunjungan dilakukan dengan perjalanan udara dan sepuluh kunjungan dilakukan melalui laut. Total komposisi 1.800 personel, 5 kapal, dan 11 helikopter terlibat dalam IPE 22," ujar Komandan IPE 22 Commodore Mal Wise dalam acara Tur Eksklusif Media Kapal HMAS Adelaide, Kamis 24 November 2022.

Commodore Mal Wise menyampaikan ia merasa senang dapat memimpin HMAS Adelaide dan HMAS Anzac ke Jakarta untuk menggelar beberapa kegiatan militer, kepemerintahan, dan kebudayaan.

Mal Wise mengatakan, "Australia dan Indonesia memiliki visi yang sama terhadap Indo-Pasifik yang terbuka, inklusif, dan tangguh -- sesuai dengan slogan IPE 22 -- dengan ASEAN sebagai titik utamanya."

"Kami memiliki banyak kepentingan keamanan bersama, termasuk perbatasan maritim bersama dan komitmen untuk perdamaian dan keamanan regional, kontraterorisme, serta kerangka keamanan regional," ujarnya.

Kedatangan IPE 22 di Indonesia ini disambut oleh Laksamana Pertama TNI Ferdi Hendarto Susilo, Dubes Australia untuk Indonesia Penny William.


Latihan Amfibi Bersama TNI

Kapal HMAS Adelaide milik militer Australia yang berlabuh di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, Kamis (24/11/2022). (Safinatun Nikmah/Liputan6.com)

Pernyataan resmi Kedutaan Besar Australia menyebutkan, puncak dari kegiatan tahun ini adalah latihan amfibi bersama Angkatan Pertahanan Australia dan Tentara Nasional Indonesia, sebagai tempat perhentian terakhir. Latihan serbuan 500 personel amfibi ini menyoroti tingkat integrasi dan pertukaran pengetahuan antar negara.

Di antara rangkaian kegiatan IPE 22 selama di Indonesia sebagai berikut:

  • Pameran Industri Pertahanan
  • Kegiatan Komunitas bersama Imam Angkatan Laut Australia
  • Diskusi Perempuan dalam Kepemimpinan
  • Panel Diskusi Hukum Militer
  • Workshop Bantuan Kemanusiaan dan Penanggulangan Bencana
  • Pelatihan integrasi lebih lanjut antara tentara Australia dan pasukan TNI di atas HMAS Adelaide.

Dalam kunjungannya di Indonesia, Australia mengirimkan HMAS Adelaide III, kapal dengan sistem amfibi paling canggih berjenis Canberra Class Amphibious Assault Ship yang juga dikenal sebagai Landing Helicopter Docks (LHD) dan HMAS Anzac III, kapal utama dari delapan kapal pengawal berjenis Anzac Class, menurut pernyataan resmi IPE 22.


HMAS Adelaide, Kapal Amfibi Tercanggih di Dunia

Tentara Australia, Vergelius menjelaskan tentang ruang kontrol the aircraft landing deck yang ada di HMAS Adelaide, Kamis (24/22/2022). (Safinatun Nikmah/Liputan6.com)

HMAS Adelaide III adalah Kapal Serbu Amfibi Kelas Canberra (LHD), salah satu kapal terbesar yang pernah dibuat untuk Royal Australian Navy (RAN) yang dibuat oleh kontraktor BAE Systems Australia dan Navantia pada 2015 di Spanyol dan Australia.

Menurut pernyataan IPE 22, kapal ini memfasilitasi sistem pengerahan pasukan amfibi udara-darat-laut yang paling mumpuni dan canggih di dunia. Kapal dapat memulai, mengangkut, dan mengerahkan pasukan militer beserta peralatan dan aset penerbangan pendukungnya.

HMAS Adelaide III juga dilengkapi dengan kontrol modern dan sistem tempur yang canggih, termasuk radar udara dan permukaan, kemampuan komunikasi, serta sistem pengawasan.

Kapal ini juga dilengkapi dengan sistem pertahanan dan persenjataan termasuk anti-sistem penarik torpedo dan meriam.

Tak hanya sistem pertahanan, kapal ini memiliki fasilitas rumah sakit beserta para dokternya. Komandan Mal mengatakan, "Ini adalah kapal yang mumpuni dan nyaman. Kita juga punya rumah sakit. Ada dokter, pemeriksaan kesehatan, x-ray."

Kapal berukuran 980 meter dan berat 200 ton itu memiliki 8 lantai ke bawah dan 5 lantai ke atas (dihitung dari dek utama), menurut Komandan Mal.

Ruang kontrolnya disebut The Bridge yang diatur oleh 4-6 sub letnan. Mesinnya dijalankan dengan satu gas turbine dan dua diesel.

Terkait dengan perawatan, HMAS Adelaide III dibawa ke dok setiap 4-5 tahun sekali dengan pengecekan setiap hari.

Memiliki kapasitas logistik yang besar, HMAS Adelaide III bisa bertahan di laut selama berbulan-bulan.

Sebagai kapal amfibi, adelaide adalah kapal multi peran yang membawa sekitar 1.000 orang, 400 dari angkatan laut dan 600-an angkatan udara.

Tak hanya mengangkut pasukan, kapal ini juga membawa kendaraan lain termasuk beberapa tank dan delapan helikopeter, bahkan landasan terbang. 

"Kapal ini, platform yang sangat baik untuk membantu orang-orang di wilayah Indo-Pacific. Beberapa saat lalu, kami ke Tonga. Ada banjir dan berbagai bencana di sana, kapal ini sangat membantu," ujar Mal Wise.


Australian Amphibious Force

Potret Kapten HMAS Adelaide Troy Duggan dan Komandan IPE 22 Mal Wise sedang menjelaskan tentang kapal Adelaide, Kamis (24/11/2022). (Safinatun Nikmah/Liputan6.com)

Tak hanya membawa kapal yang canggih, misi IPE 22 juga membawa tentara gabungan Australia yang disebut Australian Amphibious Force (AAF).

Di bawah komando Kolonel Douglas Pashley selaku Commander Landing Forces AAF, pasukan amfibi itu gesit, tangguh, dan siap -- sesuai slogan mereka agile, robust, ready -- untuk merespon segala kejadian yang berkibat pada kawasan Indo-Pacific.

Sebagai pemimpin pasukan amfibi, Douglas juga berkoordinasi dengan kapten lain untuk merancang dan menyeimbangkan kombinasi pasukan.

Selain Kolonel Douglas dan Komandan Mal, ada Kapten Phillipa Hay selaku Deputy Commander IPE 22 (Wakil Komandan IPE 22) dan Kapten Troy Duggan selaku Commanding Officer HMAS Adelaide (Kapten Kapal Adelaide). Mereka saling 

Para kapten itu merupakan penerima penghargaan Conspicuous Service Cross, penghargaan yang diberikan kepada anggota Australian Defence Force atas pencapaian luar biasa dalam penerapan keterampilan, penilaian, atau dedikasinya dalam situasi non-warlike (di luar perang).

Tak hanya itu, mereka juga memiliki segudang pengalaman kemiliteran dalam menjaga kestabilan kawasan internasional.

Kapten Hay, seorang lulusan Next Generation Female Executive Leaders yang terampil sebagai advokat dan direktur pada bidang-bidang non-profit, asosiasi militer, dan organisasi olahraga.

Kapten Troy menjadi Komandan HMAS Arunta 2019-2021 yang membawa pasukan dalam pengawasan ekstensif, mencakup area sensitif di Laut China Selatan.

Kolonel Douglas memimpin Batalion II Royal Australian Regiment Pada Desember 2016 yang berperan menyiapkan Amphibious Ready Unit (pasukan amfibi sebelum AAF).

 

Penulis: Safinatun Nikmah

Kepulauan Natuna terancam oleh konflik saling klaim Laut Cina Selatan (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya