Korban Gempa Cianjur Mulai Terserang Penyakit Ispa hingga Diabetes

Korban gempa Cianjur, Jawa Barat, mulai terserang berbagai penyakit. Pengungsi yang sakit umumnya orangtua dan anak-anak.

oleh Achmad Sudarno diperbarui 26 Nov 2022, 01:03 WIB
Korban gempa menjalani perawatan di RSUD Sayang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (21/11/2022). Data BNPB mencatat, hingga pukul 19.34 WIB sebanyak 62 warga menjadi korban meninggal dunia dan 25 orang tercatat masih tertimbun reruntuhan akibat gempa dengan kekuatan 5,6 SR di Kabupaten Cianjur. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Korban gempa Cianjur, Jawa Barat, mulai terserang berbagai penyakit. Pengungsi yang sakit umumnya orangtua dan anak-anak.

Penyakit yang dikeluhkan pengungsi ke posko pengungsian yaitu Ispa, fraktur, luka robek, alergi, myalgia, dyspepsia/gartritis, asma, diare, kudis, dan diabetes akibat tidak terkontrol dan sulit mendapatkan pelayanan.

"Untuk anak-anak banyak kasus mengalami broncho pneumonia, Ispa, patah tulang, kaki, cedera kepala atau tubuh. Rata-rata karena komplikasi dari hasil trauma akibat gempa," kata Ketua Umum PB IDI Dr Moh Adib Khumaidi, dalam keterangannya di Cianjur, Jumat (25/11/2022).

Untuk warga yang kondisinya terbilang berat, kata Adib, dirujuk atau ditangani RS Bhayangkara. Sebab untuk tindakan operasi saat ini dipusatkan di RS Bhayangkara.

"Total operasi yang sudah dilakukan di RS Bhayangkara ada 19 dari 4 tim PABOI Solo, Polri, Makassar, Yogjakarta," kata Adib.

Sementara untuk ibu hamil melahirkan yang ditangani baik normal maupun sectio tercatat ada 8 orang.

"1 yang melahirkan di tenda pengungsian, 7 di RS Bhayangkara," kata dia.

 

 

**Liputan6.com bersama BAZNAS bekerja sama membangun solidaritas dengan mengajak masyarakat Indonesia bersedekah untuk korban gempa Cianjur melalui transfer ke rekening:

1. BSI 900.0055.740 atas nama BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional)2. BCA 686.073.7777 atas nama BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional)


Terus Memantau

Saat ini, PB IDI dan IDI Cianjur terus memantau tenaga kesehatan (nakes) dan membuat sistem klaster kesehatan, sesuai hasil pemetaan di lapangan.

"Relawan dokter dan nakes bekerja bergantian beberapa gelombang. Mereka juga membawa logistik obat-obatan termasuk pendukung pengungsi seperti selimut, bahan makanan, obat-obatan," ujarnya.

Untuk memudahkan dan mempercepat mobilisasi, relawan dokter akan dikirim ke daerah yang belum bisa dijangkau dengan ambulans menggunakan motor trail.

"Untuk mengangkut relawan dokter dan medis lainnya ke wilayah yang belum bisa dijangkau kami dibantu Polri dengan motor trail," kata Adib.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya