Cerita Akhir Pekan: Tren Makanan dan Minuman Halal

Secara global, pasar makanan dan minuman halal diperkirakan akan mencapai 1063,11 miliar dolar AS pada 2030.

oleh Asnida Riani diperbarui 26 Nov 2022, 08:30 WIB
Ilustrasi logo halal MUI pada makanan dan minuman. (dok. IKEA Indonesia)

Liputan6.com, Jakarta - Tren makanan dan minuman halal telah jadi satu yang krusial bagi pasar Indonesia, mengingat mayoritas penduduknya merupakan Muslim. Sementara, pertumbuhannya tentu tidak hanya terjadi di dalam negeri. Secara global, pasar makanan dan minuman halal diperkirakan akan mencapai 1063,11 miliar dolar AS pada 2030.

Itu setidaknya menurut laporan Reportlinker bertajuk "Halal Food And Beverage Market Size, Share & Trends Analysis Report By Product, By Distribution Channel, By Region And Segment Forecasts, 2022--2030," melansir situs webnya, Sabtu (26/11/2022).

Industri makanan halal global diperkirakan akan mencatat tingkat pertumbuhan tahunan majemuk (CAGR) sebesar 3,6 persen selama periode perkiraan, karena meningkatnya populasi Muslim dan pengeluaran mereka secara substansial untuk makanan dan minuman, yang dianggap sebagai kekuatan pendorong utama pasar ini.

Pemerintah negara-negara Islam, serta negara-negara non-Islam dan produsen makanan bersertifikat halal dilaporkan telah mengambil berbagai inisiatif dalam hal pemasaran dan mendidik konsumen tentang produk halal. Kepercayaan konsumen terhadap merek halal telah jadi faktor paling berpengaruh dalam pembelian produk tersebut.

Narasi senada diungkap Vice G.M. PT. Tehmag Foods Indonesia, Albert Yacob. Melebarkan sayap ke pasar Indonesia pada 2020, perusahaan asal Taiwan ini memahami kepemikikan sertifikat halal adalah sesuatu yang penting. "Kami tahu hal tersebut karena sebelumnya sudah punya cabang di Malaysia, yang pelanggannya juga banyak Muslim," katanya pada Liputan6.com saat ditemui di area pameran SIAL InterFOOD 2022 di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Lebih lanjut ia mengklaim bahwa seluruh bakan baku premix kue mereka sudah mengantongi sertifikat halal yang telah diakui MUI. "Ini termasuk Premix Hong Kong Chiffon Cake yang sudah kami suplai selama lebih dari 30 tahun," imbuhnya.

 


Tren Makanan Lebih Sehat

Produk kue dari premix PT. Tehmag Foods Indonesia di SIAL InterFOOD 2022. (Liputan6.com/Asnida Riani)

Lebih lanjut Albert menyebut, premix kue tersebut dibuat dari telur utuh. "Chiffon cake biasanya kuning dan putih telurnya dipisah, tapi kami tidak. Hasil akhir penggunaan premix-nya akan menghasilkan tekstur kue yang sangat lembut," sebutnya.

Secara tren, ia mengatakan, orang Indonesia cenderung suka rasa makanan penutup yang "lebih berat." "Karena itu, kami juga memberi opsi lain dengan membawa abon ayam yang sudah juara di Malaysia tahun lalu," katanya. "Lalu, secara variasi kue juga sudah disesuaikan dengan lidah orang Indonesia."

Selain, menurutnya, tren makanan halal juga akan menyangkut kesehatan. Maka itu, pihaknya menyediakan berbagai macam varian produk dengan kadar gula lebih rendah. "Kami juga berbagi resep atau demo pada pelanggan. Dari situ, mereka akan mendapatkan inspirasi," tuturnya.

Marketing Communications Manager PT. Prambanan Kencana, Julian Fernandes, sepakat dengan hal itu. Namun, pihaknya menyoroti dari sisi minuman halal yang diperkirakan akan booming tahun depan maupun melanjutkan popularitas yang sudah terbangun pada 2022.


Produk Berbasis Nabati

Booth PT. Prambanan Kencana di SIAL InterFOOD 2022. (Liputan6.com/Asnida Riani)

Juga saat ditemui di booth pihaknya di SIAL InterFOOD 2022, beberapa waktu lalu, Julian mengatakan, "Tahun depan, (produk makanan dan minuman halal) plant-based akan merajai, tentu dengan iming-iming kesehatan, karena prinsipnya lebih baik mencegah daripada mengobati."

Produk berbahan nabati yang akan menarik pasar, menurutnya, adalah ragam susu nabati, mulai dari susu kedelai, susu almond, sampai susu gandum. Produk ini, secara tren, tidak hanya akan dikonsumsi secara langsung, melainkan dipadankan dengan minuman lain.

"Kopi, misalnya," ia berkata. "Keberadaan susu nabati ini akan membuat era kopi berlanjut. Jadi, orang-orang yang kemarin tidak bisa minum latte, cappuccino, dan minuman-minuman serupa, karena tidak bisa mengonsumsi susu hewani, jadi bisa karena ada alternatif susu dari kacang-kacangan."

Kendati berbasis nabati, Julian menegaskan, tetap penting memastikan sertifikat halal produk tersebut. "Dasarnya memang boleh saja tumbuhan, tapi cuci mesinnya pakai alkohol atau tidak. Itu mengapa sertifikat (halal) tetap penting," katanya.

 


Jaga Ketahanan Pangan Nasional

Ilustrasi Latte Credit: pexels.com/Nathan

Lebih lanjut Julian mengatakan, kacang-kacangan pun harus ada sertifikat halal. "Misalnya karena itu pakai pupuk dari kotoran apa. Benar-benar harus A samapi Z, karena halal tidak semudah yang kita pikirkan," sebutnya.

Karena itu, mengingat pihaknya merupakan distributor produk impor, mereka memastikan ragam produk yang dibawa sudah mengantongi sertifikat halal yang diakui MUI. "Produk kami kebanyakan dari Eropa dan Asia, ada juga Amerika Serikat, mulai dari bakery and pastry linedairy, sampai makanan olahan, seperti sosis." ia mengutarakan.

Di sisi lain, melansir Antara, Deputi III Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, Badan Pangan Nasional, Andriko Noto Susanto menyatakan bahwa jaminan produk halal turut berkontribusi dalam menjaga ketahanan pangan nasional.

"Ini (jaminan produk halal) turut mendorong tumbuhnya ekonomi syariah, sebagian ekonomi yang juga akan memperkuat ketahanan nasional kita dihubungkan dengan ketahanan ekonomi dan investasi," katanya, beberapa waktu lalu.

Ia mengatakan, selain berkontribusi dalam menjaga ketahanan pangan, jaminan produk halal mendesak untuk dilakukan karena jaminan halal diakui World Trade Organization (WTO). Sementara, pasar produk halal Asia-Pasifik mencapai 62 persen, diikuti Timur Tengah 20 persen, Afrika 15 persen, dan Eropa-AS sebesar tiga persen.

 

Infografis Prosedur Pengajuan Sertifikat Halal. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya