Kiprah Vidio Sebagai OTT Lokal Terfavorit Jadi Pembahasan di Ideafest 2022

Tercatat sebagai platform over-the-top (OTT) yang masuk dalam daftar aplikasi berpenghasilan tertinggi di Asia Tenggara, Vidio berkembang dengan sangat cepat.

oleh Yuslianson diperbarui 26 Nov 2022, 15:41 WIB
Managing Director of EMTEK Group dan CEO Surya Citra Media, Sutanto Hartono saat menjadi pembicara pada ajang IdeaFest 2022 di JCC, Jakarta, Jumat (25/11/2022). (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Vidio baru-baru ini menjadi topik pembahasan panas dalam ajang IdeaFest 2022, yang digelar pada 24 hingga 27 November 2022 di Jakarta Convention Center (JCC).

Tercatat sebagai platform over-the-top (OTT) yang masuk dalam daftar aplikasi berpenghasilan tertinggi di Asia Tenggara, Vidio berkembang dengan sangat cepat.

Berdasarkan data Media Partners Asia (MPA) Q2 2022, Vidio menjadi layanan OTT nomor 1 di Tanah Air untuk kategori pengguna aktif bulanan dan total waktu streaming.

Vidio juga berhasil merengkuh 35 persen pangsa pasar pelanggan baru di Asia Tenggara, melampai platform Netflix, Disney+ hingga WeTV.

Sepanjang kiprahnya, platform OTT karya anak bangsa ini selalu menawarkan beragam konten lokal dengan target untuk mendominasi hiburan di Asia Tenggara.

Hal tersebut diungkap Managing Director Emtek Group Sutanto Hartono saat menjadi pembicara dalam IdeaFest 2022 di JCC, Jumat (25/11/2022).

"Sejak berdiri pada 2014, kami memulai Vidio dengan fokus pada konten lokal," katanya. Kala itu, Vidio sudah diisi lebih dari 30 developer lokal dan memiliki konten lokal hingga 90 persen.

Nama Vidio pun semakin terangkat lewat gelaran Asian Games 2018, dimana layanan OTT ini menjadi satu-satunya tempat  pertandingan ajang olahraga se-Asia itu dapat disaksikan secara langsung.

Berangkat dari hal tersebut, Vidio pun meningkatkan layanan berlangganan mereka sebagai "rumah" konten olahraga premium.

Beragam laga olahraga, seperti sepak bola, bola basket, hingga ajang F1 dapat disaksikan oleh para pengguna Vidio dengan mudah di perangkat mobile hingga smart TV.

Kini, Vidio menjadi "rumah" bagi para penikmat sepak bola untuk menyaksikan gelaran Piala Dunia Qatar 2022 yang disiarkan sejak 20 November hingga 18 Desember 2022 mendatang.

Sehubungan dengan acara Piala Dunia 2022, Vidio juga berupaya menghadirkan pengalaman menonton yang terbaik bagi para pelanggannya.

"Untuk mengakomodir jutaan orang nonton Piala Dunia 2022 Qatar di Vidio bersamaan, kita memastikan infrastruktur memenuhi kebutuhan para pelanggan," kata Sutanto.


Vidio Kalahkan Netflix dan Disney+ di Indonesia

Vidio, sebuah platform Over-The-Top (OTT) terkemuka karya anak bangsa. (Istimewa)

Sebelumnya, menurut riset Media Partners Asia (MPA), Vidio yang merupakan layanan video streaming milik PT Elang Mahkota Teknologi (Grup Emtek), menjadi layanan paling populer dalam hal konsumsi video premium di Indonesia.

Mengutip Bloomberg, Selasa (3/10/2022), Vidio bahkan disebut mengalahkan kedigdayaan Netflix dan Disney+ di pasar domestik.

Meskipun Disney+ memiliki lebih banyak pelanggan, sebagian besar berasal dari kemitraan dengan Telkomsel, masyarakat Indonesia lebih menyukai Vidio yang kini memiliki 3,5 juta pelanggan.

Vidio adalah kisah sukses layanan digital lokal yang langka, dan menjadi pelajaran berharga bagi perusahaan media lokal lainnya di seluruh dunia.

Raksasa Barat mendominasi pasar video online di hampir setiap wilayah utama di luar China. Netflix melesat ke posisi terdepan di Brasil, Meksiko, Korea Selatan, Australia, dan sebagian besar Eropa Barat.

Lalu, Amazon adalah salah satu pemain terbesar di Jepang dan wilayah Eropa tertentu. Adapun Disney+ adalah pemimpin pasar di India.

Para pemain lokal sebagian besar masih gagal menjadi pesaing alternatif dari luar negeri. Akan tetapi, masih ada peluang pasar ketika pemain luar tidak menanamkan banyak uang.

Netflix dan rekan-rekannya belum melakukan investasi besar di Indonesia. Meskipun populasinya besar, Indonesia belum memiliki industri film lokal yang signifikan dan penduduknya relatif masih miskin. (PDB per kapita berada di antara Thailand dan India)

“Sebagian besar pesaing yang Anda sebutkan, setidaknya yang dari barat, sebenarnya tidak menginvestasikan banyak uang di produksi konten lokal Indonesia,” kata Managing Director Emtek dan CEO Vidio sekaligus PT Surya Citra Media (SCM), Sutanto Hartono.

Namun, bukan berarti tidak ada peluang besar. Kue pasar video premium pun terbilang menjanjikan di Asia Tenggara.

  


Penggunaan Layanan Video-On-Demand Melonjak

Menurut laporan MPA, layanan video premium hanya mengambil pasar 7 persen dari waktu yang dihabiskan pengguna Asia Tenggara di layanan streaming pada Q2 2022. Penggunaan layanan video-on-demand berlangganan pun melonjak, dan telah melampaui TV berbayar di pasar Asia Tenggara.

Jika ada layanan atau platform yang dapat menarik hanya 10 persen dari populasi di Indonesia, mereka akan memiliki sekitar 30 juta pelanggan.

Vidio saat ini mendanai hampir 40 series lokal dalam setahun, lebih banyak dari yang dibuat para pemain luar jika digabungkan. Perusahaan juga memiliki hak siar dari Liga Inggris dan NBA. Penonton NBA memang kecil, tapi mereka cukup kaya dan loyal.

Vidio juga menawarkan layanan dengan harga yang lebih tinggi dari pada pesaingnya. Ada layanan gratis dan tiga jenis layanan berbayar berbeda, dikelompokkan berdasarkan perangkat dan pemrograman apa yang dapat pengguna nikmati.

Penggemar olahraga harus membayar lebih dari orang yang tidak menginginkan olahraga dan penggemar olahraga juga harus membayar lebih untuk menonton di perangkat selain ponsel.

Netflix lebih ketat soal harga ketimbang para pemain lainnya. Itulah alasan besar mengapa Vidio menghasilkan lebih banyak pendapatan di Indonesia daripada pesaingnya, meskipun memiliki basis pengguna yang lebih kecil.

Netflix atau Disney+ diprediksi dapat menyalip Vidio jika mereka mau berinvestasi lebih banyak di Indonesia.

Tapi untuk membuat layanan yang sesuai dengan penonton Indonesia akan butuh waktu dan biaya besar dibandingkan keuntungan yang akan diperoleh.

Sebagian besar perusahaan Barat memutuskan tidak akan melakukan investasi besar-besaran dan berharap layanan mereka di belahan dunia lain bisa membantu meningkatkan jumlah pelanggan.

Strategi tersebut dinilai tidak akan bisa berhasil di Indonesia, atau sejumlah pasar lain di Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Afrika. Di situlah letak peluang bagi pemain lokal dengan sumber daya mumpuni berpeluang untuk mendapatkan keuntungan lebih besar. 

(Ysl/Isk)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya