Liputan6.com, Cianjur Dari laporan yang dihimpun Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dan IDI Cianjur, tercatat masih ada pasien Gempa Cianjur yang takut menjalani pengobatan. Padahal, kondisi pasien mengalami luka terbuka, bahkan luka berat seperti patah tulang.
Menurut Ketua Umum PB IDI M. Adib Khumaidi, ketakutan pasien Gempa Cianjur di atas untuk berobat merupakan salah satu kendala yang dialami tim medis di lapangan. Ada pula kecemasan pasien yang enggan dirujuk ke rumah sakit.
Advertisement
"Tantangan yang dihadapi oleh dokter dan tenaga medis lapangan saat ini, beberapa pasien luka terbuka dan patah tulang belum tertangani dikarenakan pasien takut sehingga tidak mau berobat," paparnya saat Media Briefing: Update Mobilisasi Tenaga Kesehatan dan Masalah Kesehatan dan Penanganan Korban Gempa Cianjur di Pendopo Pemerintah Daerah Cianjur, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat pada Jumat, 25 November 2022.
"Banyak penderita tidak mau dirujuk karena kekhawatiran dirujuk ke rumah sakit di luar Kabupaten Cianjur."
Walau ada kendala di lapangan, penanganan pasien di rumah sakit seperti RSUD Cimacan dan RSUD Sayang Cianjur tertangani dengan baik. Di RSUD Sayang, para pasien sudah mulai dipulangkan maupun dirujuk ke berbagai rumah sakit lainnya.
Dari total 741 pasien yang dirawat di RSUD Sayang, per 24 November 2022 tersisa 24 pasien. Sebagian sudah dipulangkan, dirujuk ke rumah sakit di Bandung, Jakarta, hingga Sukabumi untuk kasus-kasus luka berat.
Kendala Listrik sampai Tenda-Terpal
Kendala lain yang dihadapi tim medis di lapangan dalam penanganan pasien Gempa Cianjur, antara lain:
- Listrik/penerangan: belum semua lokasi mengalir listrik aktif
- Air bersih: sumber air bersih untuk kebutuhan sehari-hari masih sulit
- Mandi Cuci Kakus (MCK): lokasi MCK belum sesuai
- Kebutuhan alas kaki untuk pengungsi
- Kebutuhan sembako
- Alas tenda dan terpal: banyak alas tenda tergenang air
- Kebutuhan selimut
Ketua IDI Cianjur, Ronny Hadyanto menambahkan laporan hasil koordinasi dengan Polri dan Brimob, dan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).
"Polri dan Brimob menyediakan tenda darurat dan dapur darurat di RS Bhayangkara. Dapur darurat bisa memasak hingga kapasitas 500 porsi. Mereka juga menyediakan 16 sepeda motor trail untuk mengangkut relawan dokter dan medis lainnya ke wilayah yang belum bisa dijangkau dengan ambulans," tambahnya.
"BAZNAS membawa sekitar 45 tenda dan bantuan lainnya."
Advertisement
Butuh Waktu Distribusikan Air
Pada peninjauan keduanya Kamis (24/11/2022), Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku juga ingin memastikan logistik di lapangan terdistribusi dengan baik. Mulai dari makanan hingga obat-obatan, termasuk juga tenda.
"Tadi ada keluhan juga air karena memang ini titiknya banyak sehingga butuh waktu untuk mendistribusikan. Saya ingin pastikan itu semuanya segera terdistribusi," katanya di Kecamatan Cugenang, Kamis (24/11/2022).
Sebelumnya, Jokowi berkunjung ke lokasi terdampak Gempa Cianjur pada Selasa (22/11/2022).
“Setelah proses evakuasi selesai, distribusi sudah bisa menjangkau semua lokasi, baru kita ke tahap rehabilitasi untuk bantuan rumah roboh,” lanjut Jokowi dalam pernyataan resmi yang diterima Health Liputan6.com.
Kebutuhan Dokter Ortopedi
Sebelumnya, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI Muhadjir Effendy telah memobilisasi dokter ahli ortopedi atau bedah tulang untuk membantu penanganan korban Gempa Cianjur.
Upaya ini dilakukan karena ada kebutuhan mendesak akibat banyak korban yang cedera patang tulang dan luka lebam karena reruntuhan bangunan.
"Memang yang sangat dibutuhkan adalah dokter bedah ortopedi karena banyak korban luka yang mengalami patah tulang," jelas Muhadjir.
Sementara dalam kunjungan keduanya mendampingi Presiden Jokowi, Menko PMK menyebut, pihaknya akan melaksanakan arahan Presiden secepatnya untuk melakukan pendataan verifikasi rumah dan fasilitas umum agar dapat segera melakukan tahap rehabilitasi.
“Jika tahap verifikasi dan pendataan nanti cepat maka bisa cepat selesai juga kita. Kalau anggaran tidak ada masalah,” ungkapnya.
Advertisement