Liputan6.com, Jakarta - Piala Dunia 2022 menjadi edisi ke-22 sepanjang sejarah. Turnamen berlangsung di Qatar pada 20 November hingga 18 Desember mendatang.
UEFA tetap menjadi kawasan dengan wakil terbanyak yakni 13 negara. Salah satunya adalah Denmark yang bakal berpartisipasi untuk kali keenam sepanjang sejarah.
Advertisement
Tim Dinamit masuk Grup D bersama juara bertahan Prancis, Australia, dan Tunisia. Les Bleus jadi lawan familier. Pasalnya, Denmark juga bertemu Negeri Anggur dalam tiga Piala Dunia.
Momen pertama hadir di edisi 1998. Denmark bersua Prancis yang kala itu berstatus tuan rumah pada persaingan Grup C. Mereka tumbang 1-2 dengan penalti Michael Laudrup tidak cukup untuk meredam Prancis yang berjaya melalui gol Youri Djorkaeff dan Emmanuel Petit.
Beruntung hasil tersebut tidak menghentikan langkah Denmark ke babak gugur. Mereka lalu menyisihkan Nigeria pada babak 16 besar dan mampu merepotkan Brasil, yang saat itu berstatus juara bertahan, sebelum takluk 2-3 di perempat final.
Denmark kembali bersua Prancis pada edisi berikutnya di Korea Selatan-Jepang. Kali ini Tim Dinamit sukses membalas dendam. Gol Dennis Rommedahl dan Jon Dahl Tomasson membantu mereka unggul 2-0 sekaligus menghentikan langkah Prancis di Grup A. Sayang langkah Denmark langsung dihentikan Inggris pada 16 besar.
Setelah dipisahkan takdir pada 2010, serta tidak lolos edisi 2006 dan 2014, Denmark kembali meladeni Prancis di Rusia empat tahun lalu. Kali ini kedua tim bermain tanpa gol dan sama-sama melaju ke fase berikutnya. Denmark dihentikan Kroasia melalui adu penalti dengan Prancis mengangkat trofi.
Kembali bertarung di Qatar, patut ditunggu hasil rivalitas kedua negara kali ini.
Argentina dan Nigeria Lebih Sering
Denmark mungkin muak karena kembali bersua Prancis. Namun, perasaan serupa juga dirasakan Nigeria. Elang Super sudah berpartisipasi dalam enam edisi Piala Dunia.
Dalam lima kesempatan, mereka harus bersua Argentina pada fase grup. Satu-satunya pengecualian terjadi tahun 1998.
Yang membuat Nigeria makin frustasi, Nigeria kalah dengan selisih satu gol dalam setiap pertandingan. Rinciannya 1-2 pada 1994 dan 2018, 0-1 di 2002 dan 2010, serta 2-3 tahun 2014.
Performa buruk tersebut mungkin tidak akan terlalu dirasa jika mereka juga lolos ke babak gugur. Masalahnya, Nigeria hanya dua kali merasakannya setiap satu grup bersama Argentina, yakni pada 1994 dan 2014.
Advertisement
Duka 2018
Sementara pengalaman paling pahit terjadi empat tahun lalu. Pada partai pamungkas grup, Nigeria hanya butuh hasil imbang untuk lolos. Mereka sudah mencapai target itu ketika Victor Moses membatalkan gol Lionel Messi.
Sayang Nigeria tidak mampu mempertahankan keunggulan. Pahitnya lagi, gol penentu kemenangan Argentina dicetak Marcos Rojo pada menit ke-86.