Liputan6.com, Jakarta Ketika pandemi 2020 dimulai, Rini Indriaswari kebingungan mencari cara untuk terhubung dengan keluarga dan teman-teman dekatnya. Rasanya berbincang melalui telepon saja tidak cukup. Rini yang hobi memasak pun akhirnya mengungkapkan rasa rindunya melalui makanan.
Ternyata gesture ini memang sudah lekat dengan budaya masyarakat Indonesia yang cinta kuliner. Yang sudah mencicipi masakan Rini, langsung ingin pesan lagi, bahkan di luar lingkar pertemanannya. Pesanan semakin banyak, lahirlah bisnis kuliner Kenros Rasa.
Advertisement
Tidak hanya Rini, banyak bisnis berbasis hobi seperti kuliner tumbuh saat pandemi. Meskipun demikian, menurut data tahun 2022 milik Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, baru 29,5 persen yang berhasil konsisten melebarkan sayapnya melalui penggunaan teknologi dan pengoptimalan dunia digital.
Banyak entitas kemudian bekerja sama menciptakan program pemberdayaan UMKM agar ‘naik level’ menggunakan teknologi, namun di lapangan masih ada kendala seperti kapasitas, kepiawaian perangkat, kreativitas, dan sumber daya manusia untuk bisa mengoptimalkannya.
Sejak didirikan di tahun 2017, PT Tandamata Indonesia (Tandamata) hadir sebagai marketplace atau ecommerce butik berbasis website yang khusus menawarkan produk yang bisa dibeli sebagai hadiah.
“Kami ingin menjadi rekan bagi pemilik UMKM yang masih kebingungan dalam menggunakan teknologi untuk menjual jasa dan produknya. Pemilik UMKM yang ingin fokus menjaga proses produksi dan kualitas produknya, Tandamata menyediakan jasa untuk promosi, proses jual-beli, dan pengiriman via digital," ungkap CEO PT Tandamata Indonesia, Jeffrey Hutagalung dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (26/11/2022).
E-Commerce
Sebanyak 350 vendor UMKM yang aktif diberikan wadah untuk promosi jasa, produk, dan makanan yang proses jual dan kualitasnya dibantu jaga oleh Tandamata. Kini ada 2.904 pilihan produk di Tandamata, dengan kategori produk fashion, dekorasi, makanan, dan kerajinan.
“Kebanyakan ecommerce memang menyediakan sarana untuk berjualan di digital, namun saya butuh lebih dari itu. Saya membutuhkan rekan yang bisa mengurus promosi, terima order, dan mengatur sistem pengiriman ke pembeli,” ungkap Rini.
“Kemudian saya berkenalan dengan Tandamata yang sesuai dengan kebutuhan saya ini. Pembeli yang berminat order tinggal bertransaksi melalui tandamataindonesia.com kemudian tim Tandamata akan mengatur kapan produk saya akan dijemput oleh kurir. Saya tinggal fokus memasak dan menyiapkannya saja.” Ada banyak kelebihan menjadi vendor UMKM di Tandamata Indonesia. Berikut adalah lima contoh yang paling unggul diantara ecommerce lainnya:
Tandamata bertumbuh karena layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan vendor UMKM maupun pembelinya (shoppers). Akan ada tim administrasi khusus yang siap melayani dan mendampingi setiap vendor UMKM dalam proses jual-beli dan promosi di platform Tandamata.
Advertisement
Jarang Ada Promo Belanja, Era Bakar Duit Industri E-Commerce Berakhir
Era 'bakar uang' di industri Platform belanja online atau e-commerce telah habis. Hal ini dilihat dari banyaknya platform e-commerce yang mulai melakukan penyesuaian dalam seluruh rantai pasok bisnisnya. Termasuk dalam hal promosi dan pemasaran, serta lebih fokus pada keberlanjutan bisnis.
Lihat saja, sejak 23 Oktober lalu e-commerce asal Singapura yaitu Shopee mulai memberlakukan biaya layanan sebesar Rp 1.000 untuk setiap transaksi yang dilakukan oleh pelanggannya.
Selain itu juga para pelanggan Shopee juga sudah dibebankan biaya administrasi transfer sebesar Rp 1.000 untuk setiap kali melakukan top up ke dompet ShopeePay.
Terkait hal ini, perwakilan Shopee turut buka suara. "Dalam dunia start-up yang berhubungan dengan teknologi dan customer, langkah seperti yang Shopee ambil ini wajar terjadi, mengingat perkembangan teknologi dan kita sebagai customer sangat dinamis,” jelasnya.
Contoh lainnya adalah Tokopedia yang baru-baru ini juga mengharuskan pembeli untuk memilih hanya 1 tipe promo yang paling sesuai dan relevan dengan kebutuhan mereka saat melakukan checkout.
E-commerce yang menerapkan adanya biaya tambahan atau penyesuain dari sisi strategi promosi bukan hanya Shopee dan Tokopedia saja, tetapi platform lain seperti Blibli, hingga Lazada juga menerapkan hal yang kurang lebih serupa.
Menanggapi hal ini, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah mengatakan, penyesuaian strategi bisnis ini merupakan hal yang wajar meskipun di kondisi yang penuh ketidakpastian.
Menurutnya, era bakar duit tidak mungkin selamanya, pasti ada akhirnya dimana pengusaha akan mulai mengharuskannya adanya profit dan investasi bisa kembali.
"Bukan masalah tepat atau tidak tepat (dilakukan saat ini), investor juga mengalami banyak masalah dan tidak mungkin lagi melakukan bakar duit. Mereka justru mengharapkan investasi mereka segera menghasilkan keuntungan untuk mereka," ujar Piter di Jakarta, Jumat (4/11/2022).
Tetap Belanja Online
"Meskipun tidak lagi bakar duit, tetapi berbagai layanan digital tetap memberikan layanan yg terbaik dan memberikan kenyamanan bertransaksi. Masyarakat saya kira tidak akan kembali ke masa sebelum adanya layanan digital. Meskipun tidak ada lagi program-program promo, masyarakat yang sudah terbiasa bertransaksi digital tidak akan kemudian berhenti," jelasnya.
Ke depannya industri digital termasuk e-commerce pun dianggap akan tetap berkembang pesat. "Layanan digital adalah keniscayaan masa depan. E-commerce dan bisnis digital akan terus berkembang," pungkasnya.
Jauh sebelumnya, Mantan Menteri Kominfo Rudiantara juga pernah mengungkapkan para investor kini telah mengubah haluan fokus bisnis mereka. Tadinya mereka fokus pada daya tarik atau jumlah download, pengguna dan transaksi, kini menjadi EBITDA atau road to profitability atau berorientasi keuntungan. "Sehingga era 'bakar uang' untuk mengejar traction sudah lewat. Karena diarahkan dari investor untuk merealisasikan keuntungan investasinya.
Advertisement