Liputan6.com, Jakarta - Guru memiliki peran krusial dan determinan bagi masyarakat Indonesia. Guru bahkan telah menjadi penggerak penting bagi perubahan sosial masyarakat di Tanah Air sejak masa perjuangan.
Memperingati Hari Guru Nasional ke-77, PT Trakindo Utama (Trakindo) menegaskan komitmen mendukung kesiapan guru menghadapi berbagai tantangan dalam tugas mulia mencerdaskan kehidupan bangsa.
Advertisement
"Perjuangan guru Indonesia selama ini telah mendorong perubahan sosial di segala zaman. Guru memiliki peran krusial menyiapkan generasi masa depan yang berkualitas," ucap Chief Administration Officer Trakindo Yulia Yasmina melalui keterangan resmi.
Dalam menghadapi berbagai tantangan, kata Yulisa, para guru dan tenaga pengajar terus berusaha menemukan cara baru untuk meningkatkan kapasitas belajar para siswa.
"Trakindo senantiasa mengapresiasi perjuangan guru dan berupaya untuk terus mendukung dengan merancang banyak program yang ditujukan menunjang kebutuhan para guru dalam proses belajar-mengajar,” ucapnya.
Pendidikan menjadi salah satu bidang paling terdisrupsi di tengah transformasi dan transisi akibat perkembangan teknologi, lalu terdampak pula oleh pandemi. Beberapa kendala yang ditemui antara lain adalah kurang maksimalnya guru dalam memanfaatkan penggunaan teknologi, lalu dalam ekosistem pendukung proses belajar, siswa tidak memiliki akses ke pembelajaran daring, sulitnya orangtua membagi waktu dalam bekerja dan mendampingi anaknya, hingga faktor kesehatan.
Dampak paling besar yang dirasakan langsung oleh para guru akibat disrupsi ini adalah antusiasme dan keaktifan siswa berkurang. Menghadapi situasi mendesak ini, diperlukan penyesuaian model, praktik, proses belajar mengajar, dan sistem operasi institusi-institusi pendidikan agar anak didik memiliki bekal memadai.
Di sinilah guru memiliki peran dalam merumuskan bentuk dan metode pembelajaran yang sesuai agar siswa yang menerimanya mampu menyerap dengan optimal. Penyesuaian ini menjadi salah satu tantangan utama dalam proses belajar mengajar saat ini.
Tantangan bagi Para Guru
Endang Gultom - Guru SD Negeri 005 Sekupang, Batam, Kepulauan Riau menjelaskan, tantangan yang dihadapi para guru unuk menemukan metode yang tepat dalam kondisi terkini, yaitu memahami karakter murid agar kebutuhan siswa saat ini terfasilitasi.
“Kami diharapkan mampu memberi pembelajaran sesuai kebutuhan siswa. Untuk mengetahui karakter siswa atau mengelompokkan siswa berdasarkan kebutuhan memang sedikit sulit. Apalagi selama pandemi, guru tidak bisa optimal menggali insight dalam hubungan belajar mengajar, sehingga kami bekerja lebih keras meningkatkan kemampuan sekaligus membentuk karakter siswa,” jelasnya.
Aktivitas belajar-mengajar selama pandemi COVID-19 perlu menjadi perhatian, terutama dalam hal adaptasi teknologi. Riset lembaga Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) kepada sekitar 300 orangtua siswa SD dari 18 kabupaten dan kota yang berbeda, menemukan 47 persen anak mereka tidak mendapatkan tugas dari guru, dibandingkan dengan anak yang memiliki akses internet untuk mengakses pembelajaran daring. Sejumlah 47% subjek tersebut adalah orangtua yang mayoritas bekerja sebagai petani dan berpendidikan SD.
Maka dari itu, diperlukan banyak pelatihan tambahan bagi guru terkait variasi model penugasan atau pembelajaran berbasis teknologi, agar semua siswa berkesempatan memiliki akses pendidikan dan pengalaman belajar yang sama.
Advertisement
Program Generasi Trakindo
Dalam upaya untuk mendukung guru dalam menghadapi berbagai tantangan tersebut, sejak 2021, Trakindo telah menghadirkan program Generasi Trakindo, yaitu program pendidikan yang bekerja sama dengan institusi pendidikan di jenjang SD. Program ini berupaya mendukung penguatan pendidikan karakter, kecakapan hidup, dan budaya inovasi di sekolah-sekolah dasar dengan menempatkan siswa sebagai fokus kegiatan. Program Generasi Trakindo sekaligus juga mengembangkan kapasitas guru agar mampu menjalankan peran di tengah tantangan dan disrupsi di masa kini.
“Dalam pelaksanaannya, dukungan yang diberikan meliputi penerapan program pengembangan sekolah yang terstruktur, intervensi berbentuk pelatihan dan pendampingan berbasis sekolah, dengan fokus pada perbaikan tata kelola sekolah, penyiapan lingkungan pembelajaran, pembudayaan karakter, integrasi pembelajaran Project-Based Learning (PjBL) & Challenge-Based Learning (CBL), serta pelibatan orangtua dan masyarakat dalam membangun budaya inovasi lewat intrakurikuler dan ekstrakurikuler,” tambah Yulia.
Guru SDN 46 Cakranegara, Mataram, Nusa Tenggara Barat Ni Nengah Martiyani mengatakan, para siswa jadi lebih aktif, kreatif, kolaboratif dan bahkan inovatif.
“Saat mengikuti Generasi Trakindo, bentuk pembelajaran berorientasi pada proses juga penting. Kami menerapkan metode PjBL yang bekerja sama dengan pihak luar sehingga kami menjadi lebih berani mencoba, dan kami juga merasakan dampaknya pada siswa dimana mereka jadi lebih banyak bertanya, lebih kreatif, kolaboratif, dan inovatif. Antusiasme mereka meningkat. Mereka jadi lebih berani dalam mengambil keputusan dan menciptakan inovasi, khususnya inovasi yang berguna bagi lingkungan tempat tinggal sekitar mereka,” jelas Ni Nengah Martiyani, menceritakan pengalamannya.
Siswa Jadi Lebih Disiplin dan Bertanggung Jawab
Begitu juga Lantji Laky Djami - Guru SD Inpres Nunbaun Delha, Kupang, Nusa Tenggara Timur, sesudah mengikuti pelatihan Generasi Trakindo, melihat langsung perubahan pada siswa saat mendampingi mereka mengunjungi dan bertanya langsung pada beberapa pihak seperti kelurahan, dinas kesehatan, dan pengrajin.
“Awalnya mereka sangat malu bertanya, saya dan guru lain membantu memotivasi dan meyakinkan agar mereka lebih percaya diri. Sesudah kunjungan pertama, mereka senang dan lebih berani bertemu dengan para narasumber,” cerita Lantji.
Perkembangan pada karakter siswa terlihat, seperti lebih disiplin pada saat pergi wawancara dan bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan oleh guru. Selain itu, berbagai kendala juga menjadi lebih mudah dihadapi dengan kolaborasi berbagai elemen, seperti antar guru, guru dengan orangtua, juga guru dengan siswa.
“Kalau ada orangtua yang tidak memiliki akses ke ponsel pintar dan kesulitan mengisi kuota internet untuk anaknya, teman-teman guru akan pergi ke rumah siswa tersebut dan melakukan proses pembelajaran sesuai protokol kesehatan. Itulah usaha yang dapat kami lakukan saat menghadapi kendala,” jelas Lantji.
Advertisement