Mahkota Dewa yang Berkhasiat

Ning Harmanto meracik bunga mahkota dewa untuk mengobati ibunya. Kini, tanaman asal Papua ini dikemas dalam bentuk jamu dan obat gosok serta berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit.

oleh Liputan6 diperbarui 17 Mar 2003, 13:19 WIB
Liputan6.com, Jakarta: Odysseus, seorang dewa Yunani menemukan orang makan bunga lotus. Di Negeri Cina, bunga lotus, daylily, dan krisan disantap selama berabad-abad. Prajurit koloni Amerika Serikat pun melezatkan masakan dengan asam dari bunga violet. Itu membuktikan bahwa memakan bunga sudah dilakukan orang sejak dulu. Cuma, memang tak sembarang bunga bisa dikonsumsi. Soalnya ada juga kembang yang mengandung racun dan mematikan. Manusia bisa merasakan khasiat bunga jika proses pengolahan benar dan tepat.

Tumbuhan juga manjur untuk mengobati penyakit. Misalnya, bunga mahkota dewa atau Phaleria Macrocarpa. Pohon mahkota dewa tingginya sekitar 1,5 - 5 meter dengan batang berwarna cokelat kehijauan. Daunnya tunggal, lonjong memanjang berujung lancip. Sementara bunganya berbentuk bulat dengan ukuran bervariasi. Bunga muda warnanya hijau. Sedangkan yang sudah tua berwarna merah marun. Bunga ini berkhasiat mengobati penyakit antara lain: kanker, lever, ginjal, diabetes. Mahkota dewa sudah lama digunakan sebagai tanaman obat oleh para bangsawan Jawa. Di Jawa Tengah dikenal dengan nama Makuto Dewo. Dahulu hanya bisa dijumpai di lingkungan Keraton Jogja dan Solo.

Jika Anda berminat mencoba kemanjuran obat asal Papua itu, datang saja ke Clinic Traditional Mahkota Dewa di Koja, Jakarta Utara. Pemiliknya Ning Harmanto populer sebagai penyembuh alternatif setelah berhasil mengobati ibunya dengan ramuan bunga mahkota dewa. Ketika itu, Ning yang masih menggeluti profesi tata rias pengantin, meracik kembang itu dibantu sejumlah rekan. Keberhasilan menyembuhkan penyakit ibundanya, mendorong Ning untuk mengembangkan budidaya mahkota dewa. Pada 1998, ia mulai menjalin kerja sama dengan Kelompok Wanita Tani (KWT) Bunga Lily.

Ning menanam bunga mahkota dewa dengan sistem fertilisasi (pembuahan) secara bersusun. Dari hari ke hari permintaan membludak. Sebab itulah, ia menggandeng petani di luar daerah untuk memenuhi pasokan bahan baku. Ning juga mengaku dibantu Dinas Pertanian Jakut untuk pengolahan benih. "Yang sangat berperan untuk usaha saya ini tentu saja dari Dinas Pertanian. Kami dulu diajari bagaimana mengolah tanaman obat. Jadi instan dulu yang kita olah. Kemudian saya juga belajar di Karya Sari. Kita diajari aneka macam tanaman obat manfaatnya apa. Lalu tentu saja dari dinas kesehatan kita dibimbing," papar Ning.

Belakangan, Ning tertarik mengembangkan peracikan tanaman untuk jamu. Tidak hanya itu, ia juga mengemas hasil racikannya dalam bentuk kapsul, minyak urut, obat gosok, lulur, bedak, dan shampoo. Obat gosok produksi Ning bisa menyembuhkan penyakit gatal-gatal dan kudis. Sedang, bedaknya dapat dipakai sebagai masker untuk perawatan wajah. Kini, klinik Ning selalu penuh. Setiap hari, ia menerima sekitar 30 pasien dengan beragam penyakit.

Sufrida Yulianti, seorang pasien, merasa lega karena sembuh dari penyakitnya setelah diobati Ning. "Saya termasuk tidak normal datang bulannya. Bisa sampai 2 minggu bahkan 13 hari. Kemudia saya coba minum ramuan Made milik bu Ning ini. Itu rutin saya minum Alhamdullilah sekarang tidak terasa lagi," kata Sufrida. Bahkan, Sufrida sekarang menjadi agen penjual obat alternatif Ning.(KEN)

Klinic Traditional Mahkota Dewa Ning Harmanto.
Jalan. Soka BB-16, Nyiur Melambai II
Rawa badak Utara, kec koja. jak-ut
Telp/fax: 430-2769
Hp: 0816-199-1957
web: www.mahkotadewa.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya