Kisah Haru Anak-Anak Penyintas Gempa Cianjur Belajar Al-Qur'an untuk Trauma Healing

Anak-anak penyintas gempa Cianjur di Kampung Banjar Pinang, Cianjur, Jawa Barat, mengisi hari-hari di pengungsian dengan belajar baca Al-Qur'an untuk pemulihan trauma (trauma healing)

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Nov 2022, 12:30 WIB
Santri mecari barang yang bisa diselamatkan dari puing bangunan yang hancur akibat gempa di Pesantren Al Burok, Kampung Cisarua, Desa Sarampad, Cianjur, Jawa Barat, Rabu (21/11/2022). Saat ini sebagian dari total seratus santri masih bertahan di pesantren dengan bantuan yang masih minim. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Cianjur - Sejumlah anak-anak penyintas gempa Cianjur di Kampung Banjar Pinang, Desa Cijendil, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, mengisi hari-hari di pengungsian dengan belajar baca Al-Qur'an untuk pemulihan trauma (trauma healing).

Pantauan di lokasi, Sabtu, seorang guru mengajarkan anak-anak perempuan membaca Alquran, mengkoreksi bacaannya hingga benar secara tartil.

Raysha Salsabila Swara (11), siswa kelas lima SDN Cijedil mendapat giliran membaca Al-Qur'an surah Al Isra' dipandu oleh guru ngaji Siti Hafsoh.

Menurut Siti Hafsoh, belajar merupakan hak anak-anak, meski situasi tengah bencana, hak tersebut harus tetap diberikan agar anak-anak bisa mengisi waktu selama di pengungsian dengan kegiatan positif.

"Kewajiban bagi orang tua agar anak-anak belajar, hak anak. Meski di pengungsian diisi dengan kegiatan positif," kata Siti, dikutip dari Antara, Minggu (27/11/2022).

Di posko pengungsian korban gempa Cianjur yang didirikan Resimen II Pasukan Pelopor Korps Brimob Polri itu ditempati sekitar 200 pengungsi, terdiri dari anak-anak, lansia dan orang dewasa.

Mereka sudah mengungsi sejak Senin malam (21/11/2022), selain di tenda, ada juga yang memilih mengungsi di dalam mobil minibus yang terparkir di dekat tenda.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Rumah dan Madrasah Hancur

Seorang santri menyelamatkan Al-Qur'an dari puing banguan yang hancur akibat gempa di Pesantren Al Burok, Kampung Cisarua, Desa Sarampad, Cianjur, Jawa Barat, Rabu (21/11/2022). Gempa bumi dengan magnitude 5,6 di Cianjur Jawa Barat yang berpusat di darat 10 km barat daya embuat sejumlah rumah dan bangunan rusak. (merdeka.com/Arie Basuki)

Kondisi di wilayah tersebut banyak rumah warga yang hancur dan tidak bisa ditempati, termasuk satu unit Masjid Umar Bin Khatab dan Madrasyah Diniyah.

Anak-anak yang mengungsi di posko tersebut merupakan murid dari Madrasyah Diniyah Umar Bin Khatab pimpinan Ustadz Usman Sumilar.

Karena madrasyah juga ikut rusak, tidak dapat digunakan sehingga pendidikan belajar Al-Qur'an dan agama Islam terhenti.

Siti Hafsoh yang juga salah satu pengajar, mengalihkan pembelajaran Alquran di tenda-tenda.Kegiatan belajar Alquran dilakukan di siang hari karena malam hari belum ada penerangan.

"Kan malam hari enggak ada listrik di sini, jadi belajar ngajinya siang, kegiatannya antara satu sampai dua jam," katanya.

Siti menyebut, tidak ada paksaan bagi anak-anak untuk belajar, semauanya dan sekeinginannya, sehingga kegiatan belajar mengaji tersebut jadi tidak membebankan anak-anak.

"Kadang empat anak, kadang lebih. Semaunya mereka aja," kata Siti.

Raysha Salsabila Swara (11) mengaku senang belajar mengaji. Ia pun rindu bisa sekolah lagi tapi SDN Cijedil tepatnya belajar rusak tidak bisa digunakan.

"Sekolahnya enggak bisa kan rubuh sekolahnya," kata Raysha yang mengungsi bersama orang tua dan adik-adiknya.

Hingga hari ini, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat jumlah korban jiwa akibat gempa Cianjur mencapai 310 jiwa.

Gempa juga mengakibatkan kerusakan 363 sekolah, 144 rumah ibadah, tiga fasilitas kesehatan, dan 16 perkantoran.Terdapat 1.120 kepala keluarga mengungsi yang terdiri atas 58.362 jiwa.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya