Liputan6.com, Jakarta Sebatang atau bahkan hanya potongan kecil dari pohon bambu bisa Pancoko sulap menjadi beragam kerajinan. Bisnisnya yang mulai dikenal masyarakat ini bisa membantunya meraup keuntungan berlimpah hingga membuka peluang usaha.
Pemilik kerajinan bambu, Pancoko, mulai menekuni usaha ini sejak 2016 silam. Sebelum membuka usaha ini, dia membuat interior rumah. Pasang plafon kitchen, misalnya.
Advertisement
Pikirnya, membuat kerajinan dari bambu ini cukup menjanjikan. Alhasil dia pun beralih profesi dengan menekuni bisnis kerajinan bambu sampai saat ini.
“Profesi awal itu saya terjun di interior rumah. Pasang plafon kitchen. Saya mulai menekuni kerajinan bambu itu awal 2016. Beralih ke bambu sendiri saya melihat pertama untuk pasar, kayaknya lumayan menjanjikan. Terus kedua saya melihat bambu itu di Wonogiri, khususnya di desa-desa, itu masih melimpah,” ceritanya kepada Tim Berani Berubah.
Dengan idenya, dia berhasil menciptakan beragam kerajinan dari bambu, seperti gantungan kunci, peralatan makan, hingga lukisan. Namun, katanya, sebuah mug dari bambu berlapiskan stainless yang paling diburu.
“Saat ini yang paling banyak diminati di pasar itu, mug bambu yang dalamnya stainless. Kita kan bikin produk yang untuk ukuran kopi dan ukuran teh. Yang paling banyak itu yang pendek yang ukuran kopi. Banyak diminati di pasar,” kata dia.
Selain itu, kerajinan bambu milik Pancoko ini pun kerap dijadikan sebagai hiasan rumah. Menurut salah satu pembeli, Haryanto, kerajinan ini cukup unik. Oleh sebab itu, bisa pula dijadikan sebagai koleksi.
“Saya mencari barang produk dari bambu. Kalau dari bambu sangat bagus, terus unik. Buat sendiri, koleksi di rumah, untuk hiasan di rumah,” ujar Haryanto.
Hasilkan Keuntungan
Dia bercerita ketika awal merintins bisnis ini bahwa peralatan masih seadanya. Selain itu, terkait rekan kerja, katanya, “Teman kerja belum begitu banyak menyaring, mengajari teman-teman untuk beralih ke bambu, seperti itu.”
Meski demikian, dia tetap memasarkan usahanya ini dengan berbagai cara. Salah satunya melalui grup dan media sosial.
Dia menuturkan, “Untuk pemasaran sendiri, kita lebih banyak menggunakan grup. Kayak grup bambu se-Jawa Tengah, grup UKM Wonogiri, tetapi kita juga memasarkan lewat media. Saya baru memainkan di media Facebook.”
Berkat itu, kerajinan bambu hasil tangannya berhasil dikirim meski masih skala nasional. Pancoko pernah mengirim kerajinan bambunya ini sampai ke Bali, Irian, luar Jawa, Kalimantan, Sulawesi, hingga Riau.
Sementara untuk harga, paling murah yaitu gantungan kunci senilai Rp 5 ribu. Ada pula untuk gelas, dia membuat dua jenis, yaitu grade A dan grade B. Dengan harga grade B yang berkisar Rp 30-50 ribu.
Dia mengungkapkan bahwa usahanya ini mulai berkembang bahkan berguna bagi orang banyak. Setidaknya mampu menyerap tenaga kerja.
“Saya usaha ini awalnya melihat sisa-sisa lukisan, yang jika dibuang sayang. Kemudian saya ubah menjadi produk gantungan kunci, gelas, dan sebagainya. Itu ternyata menjadi suatu yang punya nilai. Ketekunan dan pantang menyerah, menjadi kunci dan berani berubah!” pungkasnya.
Kisah ini pasti menjadi inspirasi agar lebih semangat dan pantang menyerah meski kondisi sedang terpuruk.
Karena itu, mari ikuti kisah ini maupun yang lainnya dalam Program Berani Berubah, hasil kolaborasi antara SCTV, Indosiar bersama media digital Liputan6.com dan Merdeka.com.
Program ini tayang di Stasiun Televisi SCTV setiap Senin di Program Liputan6 Pagi pukul 04.30 WIB, dan akan tayang di Liputan6.com serta Merdeka.com.
Advertisement