BKKBN Gandeng Penyuluh Agama Hadirkan Materi Audiovisual untuk Percepat Penurunan Stunting

Lewat bahasa agama yang dikuasai para penyuluh agama, BKKBN optimis masyarakat lebih mudah menerima pemahaman pencegahan stunting.

oleh Gilar Ramdhani diperbarui 29 Nov 2022, 12:19 WIB
Kepala BKKBN Dr. (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) saat peluncuran materi audiovisual di Pendopo Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Senin (28/11/2022).

Liputan6.com, Jakarta Keterlibatan setiap pihak sangat dibutuhkan dalam upaya penurunan stunting, salah satunya Penyuluh Agama. Menyadari hal ini, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) meluncurkan materi audiovisual untuk penyuluhan percepatan penurunan stunting bagi para penyuluh agama.

Lewat bahasa agama yang dikuasai para penyuluh agama, BKKBN optimis masyarakat lebih mudah menerima pemahaman pencegahan stunting. Kegiatan peluncuran materi audiovisual secara nasional dilaksanakan secara daring dan luring yang dipusatkan di Pendopo Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Senin (28/11/2022). Kegiatan luring dihadiri sekitar 650 penyuluh agama dan lebih dari 1.000 orang mengikuti secara daring.

Kepala BKKBN Dr. (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) menyebut kegiatan yang baru pertama kali digelar itu sebagai "dari Brebes untuk Indonesia". Peluncuran materi audiovisual, menurut Hasto sebagai bentuk pembekalan bagi Penyuluh Agama untuk turut berperan dalam menyampaikan pengetahuan program Percepatan Penurunan Stunting kepada masyarakat di Indonesia. 

Mewakili Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Direktur Penerangan Agama Islam Kementerian Agama Dr. H. Ahmad Zayadi, M.Pd., mengingatkan sumber daya yang dimiliki, perlu dikolaborasi dengan baik sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan bangsa. 

Saat ini terdapat 50.262 Penyuluh Agama PNS dan 45.000 Penyuluh Agama Non PNS, yang kesemuanya adalah aparat atau instrumen negara. Sebanyak 10.032 diantaranya telah mengikuti Bimtek Penguatan Kompetensi Penceramah Agama dan tergabung dalam Majelis Da'i Kebangsaan. 

"Penyuluh agama, penceramah agama, dai dan dai'ah memiliki kemampuan yang spesial, yakni mudah menyampaikan upaya pencegahan stunting dengan menggunakan bahasa agama," kata Ahmad Zayadi.

Direktur Penerangan Agama Islam Kementerian Agama Dr. H. Ahmad Zayadi, M.Pd., saat peluncuran materi audiovisual di Pendopo Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Senin (28/11/2022).

Menurut Ahmad Zayadi, potensi ini dapat mempercepat penurunan angka stunting menjadi sesuai target 14% di tahun 2024.

Dia juga menyebutkan prevalensi stunting di Kabupaten Brebes dimana berdasarkan SSGI 2021 angka stuntingnya 26.3% juga harus diturunkan. 

"Penyuluh Agama menjadi rujukan umat. Ini penting, karena Penyuluh Agama menjadi sumber literatur dalam memperkuat moderasi agama masyarakat," ujar dia.

Ditambah dengan kolaborasi kementerian dan lembaga, antaranya melalui rumusan kebijakan, Ahmad Zayadi sekali lagi berharap setiap ikhtiar percepatan penurunan stunting dapat dituntaskan dengan baik, tutupnya.

 


Kolaborasi Lintas Sektor untuk Pencegahan Stunting

Kepala BKKBN Dr. (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) saat peluncuran materi audiovisual di Pendopo Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Senin (28/11/2022).

 

Dalam sambutannya, Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo mengatakan di Indonesia terdapat 4,8 juta kehamilan per tahun. Jumlah tersebut setara dengan penduduk Singapura. "Sehingga kita melahirkan satu negara tiap tahun," kata Hasto yang disambut tepuk tangan dari para peserta.

Oleh karena itu, menurutnya keterlibatan setiap pihak dibutuhkan dalam upaya penurunan stunting. Dan Penyuluh Agama memiliki peran penting dalam menyampaikan pengetahuan program Percepatan Penurunan Stunting kepada masyarakat di Indonesia. 

Hasto berharap Penyuluh Agama dapat membagikan pengetahuan agama terkait pembentukan keluarga sakinah mawaddah warahmah, sehingga Penyuluh KB tidak hanya memberikan informasi mengenai keluarga tapi juga menjadi contoh teladan dalam membina keluarga sakinah, mawadah, warohmah.

Hasto menyebutkan setiap tahun tercatat ada 2 juta pernikahan, dimana 1,6 juta hamil pada tahun pertama pernikahan. Dan ada 400.000 bayi yang dilahirkan diantaranya berpeluang stunting.

Diperlukan kolaborasi dari lintas sektor sehingga upaya pencegahan kasus stunting dapat dilakukan semenjak dini, yaitu sebelum pernikahan. 

Pendampingan pasutri baru dilakukan, terutama bagi calon ibu yg terdeteksi stunting setelah dilakukan pemeriksaan sebelum pernikahan. Boleh menikah, tapi jangan hamil dulu. Bagi calon ibu, dilakukan pemeriksaan lingkar lengan atas dan HB, sementara calon ayah, 75 hari sebelum pembuahan perlu mengurangi kebiasaan buruk seperti rokok dan alkohol supaya bibitnya bagus. 

Karena lewat 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), upaya intervensi terhadap anak stunting tidak dapat dilakukan lagi.

Mengakhiri sambutan, Hasto menyampaikan beberapa pertanyaan. Pertama umur minimal menikah. Ibu Khurmah dari MUI Kecamatan Larangan menerima apresiasi karena berhasil menjawab pertanyaan tersebut dengan baik yaitu, minimal 21 tahun untuk wanita, 26 tahun untuk laki-laki. 

Hasto menjelaskan menikah terlalu muda terkait ukuran lingkar panggul yang belum sempurna untuk melahirkan. Sehingga meningkatkan resiko kematian ibu dan bayi pada saat melahirkan. 

Nur Wahidah, perwakilan NU Fatayat Kabupaten Brebes menjawab pertanyaan selanjutnya, berapa umur maksimal melahirkan, yaitu 35 tahun. 

Terkait data bahwa 37% perempuan yg akan menikah terdeteksi anemia. Hasto menanyakan 2 hal, yaitu angka HB minimal dan mengapa perempuan lebih berisiko mengalami anemia. 2 undangan yang berhasil menjawab membawa pulang sepeda masing-masing sebagai apresiasi. 

Angka minimal HB untuk wanita adalah 12 dan perempuan lebih berisiko anemia dibandingkan laki-laki karena mengalami menstruasi setiap bulan.

 


Salurkan Bantuan untuk Pencegahan Stunting

Kepala BKKBN Dr. (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) saat peluncuran materi audiovisual di Pendopo Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Senin (28/11/2022).

Membuka kegiatan ini Bupati Brebes Hj. Idza Priyanti, A.Md., S.E., M.H, menyampaikan "Inovasi program kerjasama antara Kemenag dan BKKBN seperti inilah yg dibutuhkan dalam sinergitas Percepatan Penurunan Stunting sebagai bentuk andil dan kontribusi permasalahan bangsa. Keterlibatan da'i, tokoh agama, dan penyuluh agama dipandang efektif karena tokoh agama adalah panutan yg diikuti oleh masyarakat." 

Idza menutup sambutan dengan menyerahkan bantuan PMT berupa beras, telur, biskuit serta biskuit bayi tinggi protein kepada keluarga dengan balita stunting. 

Didampingi Kepala BKKBN Hasto Wardoyo, Deputi III Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK drg. Agus Suprapto, M.Kes, Direktur Penerangan Agama Islam Kemenag Dr. Ahmad Jayadi, MPd. dan tokoh agama di Kabupaten Brebes. 

Deputi III Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK drg. Agus Suprapto M.Kes mengingatkan bahwa hari-hari ini peran penyuluh sangat penting. Sehingga ikhtiar, waktu dan nikmat yang diberikan, dikerahkan sebagai upaya untuk menurunkan angka stunting di Kabupaten Brebes yang kaya akan potensi ikan, telur asin dan brambang (bawang merah). 

Peluncuran materi audio visual dilakukan dengan penekanan tombol secara simbolis oleh Kepala BKKBN, Deputi III Kemenko PMK, Direktur Penerangan Agama Islam Kemenag, Bupati Kabupaten Brebes, Perwakilan MUI Kabupaten Brebes serta mewakili tokoh agama, Prof. Dr. Hamka Haq dan K.H. Subhan Makmun.

 

(*)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya