Liputan6.com, Yogyakarta - Arcolabs menggandeng VMARS (v.u.f.o.c Mars Analogue Research Station) memfasilitasi online workshop atau lokakarya daring simulasi hidup di Mars. Kolaborasi ini akan berlangsung pada 3 sampai 6 Desember 2022 dengan judul Are You Ready For The Mars Mission? (Apakah Kamu Siap untuk Misi ke Planet Mars?).
Lokakarya ini terbuka untuk peserta dalam kelompok yang terdiri dari dua hingga tiga orang. Siapa saja boleh mengikuti melalui panggilan terbuka sampai 29 November 2022.
Pada hari pertama, peserta akan mendapatkan sesi orientasi yang membantu mereka membangun sistem modul untuk kehidupan baru di Mars. Dua hari selanjutnya, para peserta akan mewujudkan modul yang direncanakan untuk mencari solusi kehidupan di Mars.
Prosesnya akan dilakukan dalam kondisi isolasi, sebagai bagian dari misi Mars. Modul final akan dipresentasikan di akhir lokakarya, dan kemudian dipamerkan di Festival UFO Indonesia 2023 di Yogyakarta.
Baca Juga
Advertisement
Lokakarya daring simulasi hidup di Mars ini merupakan bagian dari kuliah umum bertajuk Art & Universe yang digelar Sabtu (3/12/2022). Seniman dari Korea Selatan Ayoung Kim dan seniman sekaligus pegiat sains antariksa dari Yogyakarta Venzha Christ akan memberikan paparannya.
Program ini merupakan bagian dari seri kuliah mengenai seni kontemporer di Indonesia dan Korea yang didukung oleh Korea Foundation Jakarta. Dosen senior Aprina Murwanti (Universitas Negeri Jakarta) akan memoderatori sesi dan memfasilitasi tanya jawab dengan audiens.
Kuliah ini terbuka untuk publik melalui Zoom, dengan siaran langsung di kanal Youtube ARCOLABS. Ikuti Instagram @arcolabs.id atau klik linktr.ee/arcolabs.id untuk mengikuti kuliah dan lokakarya.
Kim akan mempresentasikan idenya tentang dunia alternatif yang ia bayangkan, berdasarkan lingkungan sekitarnya. Sementara, Venzha Christ akan berbagi mengenai penelitian jangka panjangnya tentang Mars, planet hunian potensial bagi manusia setelah bumi yang hingga kini masih menyimpan banyak misteri.
Menurut Direktur Arcolabs Jeong Ok Jeon, usaha mencari ruang alternatif untuk hidup bukan lagi cerita yang ditonton lewat film fiksi ilmiah. Sebab, realita krisis iklim dan dunia pascapandemi yang dihadapi telah mempercepat proses eksplorasi yang dilakukan umat manusia untuk bertahan hidup.
“Sebagai cara untuk memajukan eksplorasi ini, saya senang dapat menyambut Ayoung Kim dan Venzha Christ untuk berbagi praktik artistik mereka yang bersinggungan dengan gagasan ruang hidup alternatif, baik di bumi maupun luar angkasa, dengan mahasiswa, praktisi, dan pencinta seni di Indonesia," ujarnya.
Sementara, Direktur Korea Foundation Jakarta Choi Hyun Soo menuturkan Korea Foundation selalu berusaha terlibat dalam kolaborasi seni dan budaya yang bermakna.
“Kantor kami di Jakarta, yang didirikan pada tahun 2019, berharap dapat mengembangkan program-program yang membangkitkan pemikiran dan relevan yang dapat membantu memajukan diskusi tentang kehidupan masa depan. Saya menantikan untuk bergabung dalam diskusi dan melihat hasil dari rangkaian kuliah dan lokakarya yang melibatkan seni, ruang, dan kemanusiaan ini,” kata Choi Hyun Soo.
Saksikam video pilihan berikut ini:
Ayoung Kim dan Venzha Christ
Ayoung Kim, yang dinobatkan sebagai seniman finalis Korea Artist Prize 2019 oleh Museum of Modern and Contemporary Art di Korea pada 2019, menggunakan video, suara, fiksi sonik, gambar, diagram, dan teks untuk menyampaikan kisah spekulatif yang membangkitkan bentuk bacaan, proses mendengarkan, dan memaknai kondisi dunia dengan menyandingkan ide-ide yang sebagian realita, sebagian fiksi.
Venzha Christ menggabungkan seni dan ilmu luar angkasa dalam karya- karyanya. Dalam kuliahnya, ia akan membahas peran seni dan seniman jika seluruh populasi manusia pindah ke Mars.
Dalam proyeknya barunya, VMARS (v.u.f.o.c Mars Analogue Research Station), Venzha telah berkolaborasi dengan lebih dari 40 institusi di dalam dan di luar Indonesia untuk mengembangkan praktik seni berdasarkan ilmu dan eksplorasi luar angkasa.
Pada 2018, ia menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia yang mengikuti simulasi hidup di Mars bersama Mars Society. Simulasi tersebut merupakan program kolaborasi antara beberapa organisasi, termasuk NASA dan SpaceX, dan berlangsung selama dua bulan di Mars Desert Research Station, Utah, AS. Venzha saat ini tinggal dan berkarya di Yogyakarta, Indonesia, tempatnya menginisiasi Indonesia Space Science Society (ISSS).
Venzha berpendapat Mars telah lama menjadi objek penelitian untuk habitat manusia setelah bumi. Namun, ada banyak kendala yang menghalangi kolonisasi manusia di Mars, termasuk tingkat oksigen yang rendah.
“Tapi saya berpegang pada upaya bersama untuk memajukan penelitian dan memperluas narasi melalui praktik artistik. Program eksploratif seperti rangkaian kuliah dan lokakarya ini dapat membuka dialog tentang misi Mars, dan saya berharap dapat bertukar pikiran dengan para peserta,” tuturnya.
Advertisement