Liputan6.com, Doha - Selama Piala Dunia yang terbukti hampir mustahil untuk tetap fokus pada olahraga, pertandingan antara Amerika Serikat dan Iran merupakan laga yang paling bernuansa politis.
Iran akan bertemu Amerika Serikat di laga pamungkas Grup B Piala Dunia Qatar 2022 di Stadion Al Thumama pada Rabu dini hari waktu Indonesia, 30 November 2022.
Advertisement
Pertemuan keduanya menjadi menarik karena AS dan Iran merupakan rival diplomatik selama lebih dari 40 tahun, mengutip Vanity Fair pada Selasa (29/11).
Washington dan Teheran diketahui memutuskan hubungan diplomatik mereka pada 1980, setelah revolusi Islam.
Kemudian hubungan keduanya menegang dalam beberapa tahun terakhir ketika Presiden Donald Trump menarik Amerika Serikat keluar dari kesepakatan nuklir Iran.
Amerika Serikat membunuh seorang jenderal top Iran pada 2020 dan Teheran merespons dengan serangan rudal ke pasukan AS yang berbasis di Irak.
Mengingat permusuhan yang sudah berlangsung lama antara kedua negara, pertandingan AS vs Iran sudah pasti mengundang alur cerita geopolitik.
Namun, sekarang pertandingan ini dilatarbelakangi oleh demonstrasi selama berbulan-bulan di Iran yang dipicu oleh penangkapan dan kematian wanita Kurdi Iran, Mahsa Amini.
Tindakan keras pemerintah Iran terhadap rakyatnya sendiri telah membayangi perjalanan tim nasionalnya di Piala Dunia, menciptakan atmosfer panas di Qatar bagi para pemain dan penggemar.
Namun, para pelatih kedua tim nasional mengaku mengabaikan hubungan 'panas' keduanya. Mereka mengatakan bahwa mereka akan fokus pada turnamen dan kemampuan masing-masing tim untuk menang.
"Hal tentang sepak bola adalah Anda bertemu dengan begitu banyak orang yang berbeda dari seluruh dunia, dan Anda disatukan oleh kecintaan yang sama terhadap olahraga ini. Kami adalah pemain sepak bola dan kami akan berkompetisi dan mereka akan berkompetisi dan hanya itu," ujar Berhalter.
AS Menyulut Iran
Federasi Sepak Bola Amerika Serikat masuk ke dalam pergolakan politik minggu ini. Mereka terlihat mengunggah grafik yang sekarang dihapus di media sosial tentang bendera Iran yang tidak mencantumkan lambang Republik Islam.
Hal tersebut merupakan sebuah isyarat yang menunjukkan solidaritas bagi para pengunjuk rasa di Iran. Atas hal tersebut, Federasi sepak bola Iran sendiri menanggapi dengan menyerukan agar AS dikeluarkan dari Piala Dunia.
Namun, Berhalter menekankan bahwa baik dia maupun para pemainnya tidak mengetahui postingan media sosial Federasi Sepak Bola AS.
"Yang bisa kami lakukan, atas nama kami, adalah meminta maaf atas nama para pemain dan staf," kata Berhalter dalam konferensi pers pada Senin waktu setempat.
Advertisement
Gejolak Politik Iran
Tim nasional Iran juga tidak terhindar dari keributan. Sejak September, Iran diguncang oleh protes yang disebabkan oleh Amini, seorang perempuan 22 tahun yang meninggal di dalam penahanan polisi Iran setelah ditangkap karena melanggar hukum negara yang mewajibkan penutup kepala bagi wanita.
Pemerintah Iran berada di bawah tekanan internasional atas tanggapan brutalnya terhadap para demonstran.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan lebih dari 14.000 orang telah ditahan karena melakukan protes, ratusan orang terbunuh, dan lebih banyak lagi yang berisiko disiksa.
Sebelum pertandingan pembuka Piala Dunia mereka melawan Inggris pekan lalu, para pemain Iran melakukan protes diam-diam dengan tidak menyanyikan lagu kebangsaan negara itu.
Setelah dilaporkan menerima 'kritik keras dari pejabat pemerintah', para pemain berpartisipasi dalam menyanyikan lagu kebangsaan sebelum kemenangan mereka pada hari Jumat melawan Wales, tapi kemenangan itu dirusak oleh bentrokan di luar stadion antara para penggemar Iran yang pro-pemerintah dan anti-pemerintah.
Salah satu pemain Iran mendedikasikan golnya ke gawang Wales untuk rakyat Iran yang 'menderita'. Jumat lalu, pemerintah Iran menangkap seorang pemain sepak bola Kurdi Iran yang tidak masuk tim nasional, atas tuduhan 'penghasutan melawan rezim'.
Tidak Mungkin Tanpa Drama
Bahkan tanpa semua perselisihan politik, pertandingan Rabu mendatang tidak mungkin berlangsung tanpa drama.
Pertandingan penyisihan grup terakhir bagi kedua tim, juga menawarkan banyak subplot olahraga yang memikat.
Jika menang, AS akan maju ke babak penyisihan setelah gagal lolos ke Piala Dunia empat tahun lalu. Begitu pun dengan Iran, yang jika menang atau imbang, akan tetap lolos ke babak penyisihan.
Pertandingan pertama mereka terjadi pada Piala Dunia 1998 di Prancis dengan hasil kemenangan 2-1 untuk Iran menyebabkan AS tersingkir dari turnamen. Pertandingan itu hanya berjarak 17 tahun dari krisis penyanderaan Iran.
"Rezim Iran membenci Amerika. Itulah mengapa pertandingan itu adalah pertandingan besar di panggung dunia, dan memiliki begitu banyak kepentingan. Sama halnya dengan bagian sepak bola adalah bagian politik," kata pelatih tim nasional AS pada saat itu, Steve Sampson.
Pertandingan 1998 juga didahului oleh gesekan antara kedua kubu. Kepemimpinan politik Iran rupanya telah menginstruksikan tim nasional untuk tidak berjabat tangan dengan para pemain AS sebelum pertandingan.
Di samping semua itu, Berhalter mengatakan bahwa pertandingan ini akan berlangsung sengit.
"Saya memperkirakan pertandingan ini akan berlangsung sengit karena kedua tim ingin maju ke babak berikutnya, bukan karena politik atau karena hubungan antara negara kita," kata pelatih AS Gregg Berhalter.
Advertisement