Rumah Gadang Adalah Rumah Adat dari Daerah Sumbar, Ketahui Keunikannya

Rumah gadang adalah rumah adat dari daerah Sumbar dengan bentuk atap runcing menyerupai tanduk kerbau.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 29 Nov 2022, 17:25 WIB
Desa Wisata Kampuang Minang Nagari Sumpu, Sumatera Barat. (Tangkapan Layar Jadesta/Desa Wisata Kampuang Minang Nagari Sumpu)

Liputan6.com, Jakarta Rumah gadang adalah rumah adat dari daerah Sumatera Barat tepatnya dari suku Minangkabau. Rumah Gadang menjadi salah satu rumah adat dengan bentuk unik masih tetap lestari sampai saat ini. Rumah Gadang sering juga dikenal dengan sebutan Rumah Godang, Bagonjong, dan Baanjuang.

Rumah gadang adalah rumah adat dari daerah Sumbar dengan bentuk atap runcing menyerupai tanduk kerbau. Bagian atap yang melengkung dan lancip ini disebut dengan nama Gonjong. Oleh sebab itu warga minang banyak yang menyebut rumah gadang dengan nama Bagonjong. Bentuk atap ini menjadi simbol tersendiri bagi orang Minang, bahkan hiasan kepala pengantin perempuan Minang pun berbentuk Gonjong.

Pada zaman dulu, rumah gadang adalah rumah adat dari daerah Minangkabau yang terbuat dari ijuk yang disusun menutup rangka atap. Bahan dari ijuk ini membuat atap rumah gadang dapat bertahan hingga puluhan tahun. Namun, saat ini atap Rumah Gadang banyak berganti bahan dengan menggunakan atap seng yang lebih mudah ditemukan. Berikut ulasan Liputan6.com tentang rumah adat minang yang dilansir dari berbagai sumber, Selasa (29/11/2022).


Rumah Gadang adalah Rumah Adat dari Daerah Minang

Rumah Gadang (Sumber: Pixabay)

Rumah gadang adalah rumah adat dari daerah Sumatera Barat yang berbentuk persegi panjang. Bagian depan rumah gadang biasanya dihiasi dengan ukiran ornamen bermotif akar, daun, bunga, serta bidang persegi empat dan jajar genjang. Dinding rumah gadang biasanya terbuat dari papan kayu yang dapat diukir, sedangkan dinding belakang terbuat dari bilah bambu.

Umumnya, di halaman terdapat dua bangunan kecil yang memiliki atap berbentuk serupa dengan rumah gadang yang disebut rangkiang, rangkiang adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan padi. 

Rangkiang dibagi menjadi empat, yakni rangkiang si tinjau lauik atau si tinjau laut yang merupakan tempat menyimpan padi yang akan digunakan untuk membeli barang atau keperluan rumah tangga yang tidak dapat dibikin sendiri. Kemudian ada rangkiang si bayau-bayau, yaitu tempat menyimpan padi yang akan digunakan untuk makan sehari-hari.

Apa pula rangkiang si tangguang lapa atau si tanggung lapar, yaitu tempat menyimpan padi cadangan yang akan digunakan pada musim paceklik. Terakhir, rangkiang kaciak atau rangkiang kecil yang merupakan tempat menyimpan padi abuan yang akan digunakan untuk benih dan biaya mengerjakan sawah pada musim berikutnya.

Biasanya pada halaman depan Rumah Gadang selalu terdapat dua buah bangunan yang digunakan untuk menyimpan padi. Pada sayap bangunan sebelah kanan dan kiri terdapat ruang yang digunakan sebagai tempat penobatan kepala adat atau pengantin bersanding.

Tidak jauh dari kompleks rumah gadang biasanya juga dibangun surau atau masjid yang berfungsi sebagai sarana tempat ibadah, pendidikan, dan tempat tinggal lelaki dewasa suku tersebut yang belum Menikah. 

Rumah gadang adalah rumah adat dari daerah Sumatera Barat yang masih bisa ditemui di berbagai daerah seperti Padang Panjang, Pasaman, Solok, dan daerah-daerah lain di Provinsi Sumatera Barat. Rumah gadang memiliki berbagai fungsi, seperti sebagai tempat pertemuan keluarga, pesta adat pernikahan, tempat musyawarah antar warga, dan lain-lain. Saat ini Rumah adat Sumatera Barat ini lebih banyak difungsikan sebagai menjadi objek wisata para wisatawan. 


Jenis Rumah Gadang

Rumah Gadang. (dok. dekoruma/Novi Thedora)

Rumah gadang adalah rumah adat dari daerah Sumatera Barat secara umum, namun ternyata terdapat beberapa jenis rumah gadang yang memiliki ciri khasnya masing-masing.

1. Rumah Adat Padang Gonjong Ampek Baanjuang 

Rumah adat Ampek Baanjuang merupakan tanda adat bagi masyarakat di daerah Luhak Nan Tigo. Sesuai namanya ‘ampek’ yang berarti empat, bangunan rumah adat ini memiliki 4 buah gojong di atas atap dan punya lebih dari tujuh ruangan. Ciri khasnya, bangunan rumah adat ini punya tambahan anjung di sisi kiri dan kanan bangunan.

2. Gonjong Anam

Rumah adat ini adalah rumah adat khas daerah Padang. Bentuk bangunannya mirip seperti Rumah Gadang Gajah Maharam, tetapi rumah adat ini sudah dimodifikasi dengan penambahan ukiran-ukiran khas Minangkabau sehingga menjadi bangunan beranjung.

Rumah adat Gonjong Anam punya bangunan yang lebih modern dibandingkan rumah adat Padang lainnya. Salangkonya menggunakan papan dan bukan anyaman bambu. Kemudian jendelanya dibuat lebih banyak supaya pencahayaan bisa lebih banyak masuk ke dalam rumah.

3. Gonjong Sibak Baju

Rumah adat Padang ini punya ciri khas bentuknya yang mirip dengan belahan baju. Rumah adat ini masih meniru model rumah Gadang Gajah Maharam. Bahan dasar pembuatannya adalah kayu dan sasak.

4. Rumah Gadang Gajah Maharam

Rumah gadang Gajah Maharam merupakan rumah adat Sumatera Barat yang termasuk kategori mewah. Rumah adat ini harus dibangun menghadap utara dengan dinding sisi timur, barat, dan selatan ditutupi sasak. Seluruh bangunan dibuat dari kayu-kayu berkualitas, seperti kayu juar, surian, dan ruyung. Atapnya terbuat dari seng.

Rumah gadang Gajah Maharam memiliki 4 kamar dengan ukiran khas Minangkabau sebagai dekorasi pintu-pintu kamar. Terdapat 30 tiang penopang yang digunakan untuk mendirikan rumah adat satu ini. Jumlah penopang yang cukup banyak ini membuat rumah gadang Gajah Maharam diklaim sebagai bangunan yang tahan terhadap gempa. 

5. Rumah Gadang Gonjong Limo

Ciri khas bangunan rumah adat ini adalah penambahan gonjong di bagian kiri dan kanan bangunan. Rumah adat ini banyak ditemui di Kota Payakumbuh. Rumah Gadang Gonjong Limo punya pengakhiran bangunan yang sama dengan Gajah Maharam, hanya saja tidak ditambah anjung.

6. Rumah Gadang Surambi Papek

Rumah adat ini terlihat agak berbeda dengan rumah adat lainnya. Rumah adat Sumatera Barat ini punya pengakhiran kiri dan kanan yang disebut bapamokok atau papek dalam bahasa Minang yang berarti pintu masuk dari belakang. Sehingga, akses  masuk ke rumah ini ada di bagian belakang rumah. Namun, seiring perkembangan zaman, banyak pula rumah Gadang Surambi Papek yang dimodifikasi sehingga punya pintu depan.

7. Rumah Gadang Batingkek

Rumah gadang batingkek atau rumah gadang bertingkat memiliki bentuk yang serupa dengan rumah gadang Gajah Maharam. Bertingkat yang dimaksud pada rumah adat ini adalah bentuk atap gonjongnya yang bertingkat. Dulu, rumah adat ini banyak ditemui di Padang, sayangnya saat ini keberadaan rumah gadang batingkek mulai jarang ditemui.

 


Keunikan Rumah Gadang

Selain bentuknya bangunan dan atapnya yang khas, rumah gadang juga memiliki keunikan lain.

1. Kayu Tahan Rayap

Pada struktur bangunan rumah gadan, kayu menjadi material yang banyak digunakan. Kayu digunakan untuk dinding, lantai, jendela, pintu, dan tangga dipilih yang berkualitas terbaik. Kayu yang dipilih haruslah kayu dengan kualitas yang baik agar bangunan rumah dapat bertahan lama.

Terutama kayu yang digunakan untuk tonggak utama rumah. Secara adat, kayu tonggak harus memiliki usia tertentu dan telah melewati proses perendaman di air selama beberapa tahun, sebelum mulai diproses sebagai tonggak rumah. Kearifan ini merupakan kunci dari kayu yang tahan rayap. 

Dulu belum dikenal bahan kimia anti rayap yang dapat membuat kayu tahan dari serangan rayap seperti sekarang. Proses perendaman kayu dipercaya berguna untuk mengeluarkan zat yang menyebabkan rayap menyukai kayu. Pendapat lain mengatakan, proses perendaman akan membuat kayu lebih padat sehingga rayap tidak dapat menggerogoti batang kayu. 

2. Tahan Gempa

Saat daerah Sumatera Barat dilanda gempa, kabarnya tak ada rumah gadang yang rusak. Para ahli arsitektur mengatakan, para pendahulu di Minangkabau seperti sudah memperkirakan kalau rumah gadang harus dibangun untuk melindungi penghuninya dari segala ancaman, mulai dari hewan buas hingga gempa.

Rumah gadang yang berbentuk rumah panggung dengan ketinggian rata-rata tiga meter, sengaja dibuat untuk melindungi dari hewan buas dan banjir. Sementara tiang-tiang rumah tidak ditanam ke tanah melainkan di atas batu yang disebut sandi. Dengan begitu saat terjadi gempa, bangunan hanya bergoyang tapi teredam getarannya oleh batu sehingga tidak menimbulkan kerusakan parah.

3. Tidak Menggunakan Paku

Meski terbuat dari kayu, sambungan utama rumah gadang tidak menggunakan paku, melainkan pasak kayu. Ini juga menjadi salah satu kunci untuk mencegah kerusakan dinding bila terjadi gempa.

Penggunaan pasak kayu ini mengingatkan pada pembuatan kapal kayu pada zaman dahulu. Tak heran kalau kemudian rumah gadang disebut berasal dari kapal yang diberi atap.

4. Lumbung Pangan TerpisahKarena terbuat dari kayu, ancaman terbesar dari rumah gadang yang sesungguhnya adalah api. Untuk memperkecil resiko tersebut, dibuatlah rangkiang yaitu lumbung padi terpisah dari rumah utama.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya