Liputan6.com, Jakarta - Sebagian orang, khususnya kalangan muda, pasti pernah terlihat bahagia di depan orang lain. Namun, kenyataannya bahwa kita memendam rasa sebaliknya yang tidak bisa dijabarkan.
Situasi seperti ini ternyata memiliki istilah yang disebut duck syndrome. Lantas, apa itu duck syndrome?
Advertisement
Dilansir melalui Betterhelp, pada Selasa (29/11/2022), duck syndrome diciptakan di Stanford University, yang mana memberikan gagasan bahwa seekor bebek dapat terlihat tenang ketika berenang, padahal kakinya sambil berjuang keras mengayuh di bawah permukaan air untuk tetap bertahan.
Itu berarti banyak yang mengidentifikasi dengan citra ini karena mereka merasa harus mempertahankan penampian seolah-olah mereka siap berjuang untuk bersaing dengan orang lain.
Secara khusus, istilah ini merujuk pada para pelajar dalam situasi tertentu di mana mereka terlihat mampu menguasai semuanya, padahal banyak tuntutan yang harus dijalani.
Misalnya, di Perguruan Tinggi, mahasiswa dapat terlihat mengalir sepanjang hari layaknya bebek dengan menyeimbangkan akademisi, magang, kewajiban sosial, dan tanggung jawab keluarga tanpa sedikit pun perjuangan atau kesusahan.
Namun, sesuatu yang tidak terlihat, seperti hentakan kaki bebek, perasaan cemas dan keraguan diri tidak mudah diamati di antara mahasiswa yang tampaknya menghadapi kesulitan yang diberikan Pergurua Tinggi kepada mereka.
Dikutip dari Medicinenet, duck syndrome ini sering menunjukkan bahwa orang yang mengalaminya akan menderita kecemasan, depresi, stress, atau penyakit mental lainnya.
Meskipun bukan didiagnosis kesehatan mental formal, namun gejala yang digambarkan mirip dengan gejala umum stres, seperti kesulitan bersantai, tingkat percaya diri rendah, suka merasakan kesepian, gugup, hingga sulit tidur.
Perlu diwaspadai, karena konsekuensi depresi atau kecemasan yang diketahui berpotensi menghancurkan, duck syndrome ini harus ditanggapi dengan cukup serius dan ditangani secara efisien.
Faktor Risiko Duck Syndrome
Faktor risiko spesifik untuk duck syndrome dianggap mencakup banyak aspek, seperti pengalaman kuliah, termasuk tinggal jauh dari keluarga untuk pertama kalinya.
Selain itu, peningkatan yang signifikan dalam tuntutan akademik dan ekstrakurikuler dibandingkan dengan tingkat pendidikan sebelumnya.
Apalagi bagi kalangan remaja mungkin sudah tak asing lagi dengan penggunaan media sosial. Pasalnya, tekanan yang diberikan media sosial pada remaja untuk terlihat mencapai kesempurnaan terlepas dari semua tekanannya adalah faktor risiko yang berpotensial jadi penyebab duck syndrome ini.
Faktor risiko keluarga pun dianggap spesifik untuk duck syndrome, termasuk kecenderungan dalam menuntut dan menjunjung tinggi kesempurnaan.
Tak hanya itu, sikap orang tua yang terlalu protektif terhadap anak pun ikut berpengaruh, sehingga anak memiliki pengalaman dengan rasa kekecewaan.
Diketahui, gaya pengasuhan seperti ini terkadang disebut sebagai helicopter parenting, di mana orang tua cenderung “melayang” dan campur tangan secara berlebihan dalam kehidupan anak-anaknya.
Advertisement
9 Cara Mengatasi Duck Syndrome
Dilansir dari berbagai sumber resmi, berikut sembilan cara mengatasi duck syndrome, antara lain:
1. Mengatur Time Management dengan Baik
Kendala waktu dalam jadwal aktivitas kalian dapat menambah rasa kewalahan secara signifikan, tetapi strategi time management (manajemen waktu) yang efektif dapat membantu mengatasinya.
2. Luangkan Waktu untuk Relaksasi Diri
Relaksasi diri adalah salah satu cara paling ampuh buat menjaga kesehatan mental.
3. Tetapkan Tujuan yang Realistis
Salah satu penyebab duck syndrome adalah kecenderungan perilaku perfeksionis dalam diri seseorang.
4. Curhat ke Orang Terdekat.
Beban yang ada di hati dan pikiran akan berkurang jika kita mau membagikan ke orang lain.
5. Belajar Mencintai Diri Sendiri
Cara pertama buat mengatasi duck syndrome adalah dengan mencintai diri sendiri. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penegasan diri memiliki manfaat di seluruh situasi yang mengancam.
Selanjutnya
6. Jauhi Media Sosial Sementara Waktu
Di era modern saat ini, kita hampir tidak pernah bisa lepas dari media sosial. Namun, perlu diingat, jika media sosial juga bisa mendatangkan efek negatif dan menjadi penyebab seseorang menderita duck syndrome.
7. Terapkan Pola Hidup Sehat
Tubuh yang sehat merupakan salah satu kunci buat menjaga kesejahteraan mental dan meminimalisir penyebab duck syndrome.
8. Mengikuti Kegiatan yang Disukai
Melakukan hal-hal yang kalian sukai tanpa rasa bersalah atau tekanan dapat memusnahkan stress kalian dan meningkatkan mood kalian. Misalnya, pergi ke tempat gym, traveling¸atau hangout bersama teman.
9. Minta Bantuan Profesional
Jika beberapa cara yang ada tidak mampu mengatasi duck syndrome yang kamu rasakan, sebaiknya pertimbangkan untuk meminta bantuan profesional.
Advertisement