Disrupsi jadi Katalisator Pelaku Bisnis Berinovasi

Disrupsi, baik dalam konteks positif maupun sebaliknya, menuntut para pelaku bisnis untuk mampu melakukan inovasi.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Nov 2022, 22:49 WIB
Presiden Direktur PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) Vassilis Gkatzelis. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Disrupsi, baik dalam konteks positif maupun sebaliknya, menuntut para pelaku bisnis untuk mampu melakukan inovasi.

Presiden Direktur PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) Vassilis Gkatzelis mengungkapkan, disrupsi merupakan salah satu katalisator inovasi atau perubahan.

Umumnya, inovasi yang bersifat disruptif datang dari pemain baru, seperti perusahaan rintisan. Namun, dia menegaskan bahwa perusahaan besar pun perlu ambil bagian dalam berinovasi.

“Faktanya adalah kesempatan datang kepada mereka yang terus berinovasi. Kita perlu memikirkan hal yang tidak terpikirkan, mulai bermimpi, dan melampaui apa yang bisa kita lakukan hari ini,” ungkap Vassilis dalam Conference IdeaFest 2022, dikutip Selasa (29/11/2022).

Dia menerangkan bahwa sains dan teknologi berperan penting bagi industri dalam mewujudkan inovasi, termasuk inovasi yang berdampak positif bagi lingkungan. Kata dia, ada berbagai contoh produk dan layanan inovatif yang menawarkan alternatif yang lebih baik untuk kehidupan.

“Industri otomotif berinovasi melalui kendaraan listrik sebagai alternatif yang lebih baik bagi lingkungan. Contoh lainnya adalah energi terbarukan, seperti turbin angin dan panel surya, yang berpotensi mengurangi emisi karbon dan melindungi planet kita,” jelas Vassilis.

Oleh karena itu, dia menegaskan bisnis perlu melakukan inovasi. Diyakini, inovasi tersebut akan membawa pertumbuhan positif bagi bisnis.

“Pada saat yang sama, disrupsi inovasi hanya dapat berkembang dalam lingkungan dan ekosistem yang mendukung. Oleh karena itu, sebagai enabler, kebijakan berbasis sains yang inklusif dapat memainkan peran kunci dalam mempercepat inovasi yang mengganggu,” jelas dia.

 

 


Kembangkan Produk

House of Sampoerna (Foto: Dok PT HM Sampoerna Tbk)

 

Dalam menghadapi disrupsi, perusahaan induk Sampoerna, Philip Morris International (PMI), telah mengembangkan produk tembakau bebas asap.

Produk ini merupakan sebagai alternatif bagi para perokok dewasa yang ingin terus menikmati produk tembakau dan nikotin, atau yang mengalami kesulitan berhenti merokok. Produk ini memiliki risiko yang lebih rendah karena mengeliminasi proses pembakaran, sehingga paparan zat berbahaya dan berpotensi berbahaya berkurang 90-95 persen.

Lebih lanjut, inovasi dalam disrupsi juga dilakukan oleh brand Kopi Kenangan. Dalam kesempatan yang sama, CEO sekaligus Co-Founder Kopi Kenangan Edward Tirtanata bahwa pada masa pandemi, bisnisnya mengalami kerugian karena tidak mendapatkan pengunjung selama pemberlakuan pembatasan.

“Kita tentunya mempunyai banyak masalah karena toko kita di sekitar SCBD tidak ada konsumen. Tetapi di sini kita sangat penting untuk resilien. Karena pandemi salah satu dalam sebuah bisnis problem,” jelas Edward.

Dia menegaskan bahwa tidak mungkin ada bisnis yang tidak menghadapi masalah. Oleh karena itu, permasalahan tersebut perlu dihadapi. Adapun dalam menghadapi krisis selama pandemi, Edward menjelaskan bahwa Kopi Kenangan melakukan berbagai strategi.

“Dari situ pada 2020 ketika badai PHK, kita menjadi brand yang tidak akan pernah PHK. THR dibayar. Dan tahun lalu, seluruh co-founder dan CEO dibayar Rp 1 saja. Itu menjadi komitmen kita untuk menjadi backup baik kepada customer maupun employee kita,” tegas dia.


Erick Thohir: Banyak Pekerjaan Hilang karena Disrupsi Digital, Harus Diantisipasi

Pejalan kaki melintasi pedestrian Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (23//9/2020). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan ekonomi nasional resesi pada kuartal III-2020. Kondisi ini akan berdampak pada pelemahan daya beli masyarakat hingga PHK. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir meminta anak muda Indonesia agar memanfaatkan disrupsi digital sebagai sebuah peluang. Hal tersebut diungkap Erick Thohir saat memberi kuliah umum di Universitas PGRI Banyuwangi, Minggu (15/4/2022).

Menurut Erick, hadirnya disrupsi digital akan memformat ulang banyak industri dan ekonomi. Hal ini harus menjadi peluang yang dapat dimanfaatkan anak muda untuk dapat bersaing.

"Akibat disrupsi banyak pekerjaan hilang dibandingkan yang tumbuh. Artinya akan terjadi perubahan signifikan dalam hal pekerjaan. Ini yang perlu diantisipasi," ujar Erick dalam keterangan tertulis.

Erick pun menggarisbawahi kenyataan bahwa dari 10 perusahaan terbesar di dunia, tujuh di antaranya merupakan perusahaan teknologi. Erick menilai hal itu adalah sinyal terjadinya perubahan besar dalam industri bahwa kini eksplorasi sumber daya manusia nilainya sudah melebihi industri sumber daya alam.

Erick pun meminta agar digitalisasi ini jangan membuat anak muda pasif. "Kita sudah menghadapi first wave dengan hadirnya media online. Kemudian second wave dengan hadirnya beragam aplikasi. Kemudian third wave dengan hadirnya metaverse. Jangan sampai semua ini jadi sekadar arena yang dikuasai produk asing," ujar Erick.

Oleh karena itu Erick memandang sudah menjadi keharusan bagi anak muda Indonesia untuk menekuni teknologi khususnya digital. Dengan anak muda yang menguasai seluk beluk teknologi digital Erick optimistis Indonesia akan semakin mampu bersaing dalam percaturan ekonomi dunia yang baru.

Erick merujuk pula kenyataan bahwa Indonesia kini mayoritas penduduknya adalah penduduk usia muda. Meleknya anak muda Indonesia pada digitalisasi akan menjadi kekuatan utama dalam merepons disrupsi teknologi. Sebab bagi Erick disrupsi digital adalah peluang besar bagi Indonesia untuk menjadi kekuatan ekonomi dunia pada 2045.

"Insyaallah kita akan terus tumbuh pada 2045 menjadi salah satu kekuatan utama ekonomi dunia," ujar Erick.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya