Liputan6.com, Teheran - Pasukan keamanan Iran telah menewaskan sedikitnya 448 orang dalam tindakan keras terhadap demonstrasi yang dimulai pada pertengahan September, lebih dari setengahnya di wilayah etnis minoritas, kata sebuah kelompok hak asasi, Selasa (29 November).
Dilansir Channel News Asia, Rabu (30/11/2022), dari 448 orang yang dipastikan tewas, 60 adalah anak-anak berusia di bawah 18 tahun, termasuk sembilan anak perempuan, dan 29 perempuan, kata kelompok Hak Asasi Manusia Iran (IHR) yang berbasis di Norwegia.
Advertisement
Dikatakan 16 orang tewas oleh pasukan keamanan dalam sepekan terakhir saja, 12 di antaranya tewas di daerah berpenduduk Kurdi di mana protes sangat intens.
Jumlah korban juga meningkat setelah kematian orang yang terbunuh pada minggu-minggu sebelumnya diverifikasi dan dimasukkan, tambahnya. Jumlah korban hanya mencakup warga yang tewas dalam penumpasan dan bukan anggota pasukan keamanan.
Brigadir Jenderal Amirali Hajizadeh dari Korps Pengawal Revolusi Islam mengatakan lebih dari 300 orang telah tewas, pertama kali pihak berwenang mengakui angka seperti itu.
Dewan Hak Asasi PBB pekan lalu memilih untuk membentuk misi pencarian fakta tingkat tinggi untuk menyelidiki tindakan keras dalam sebuah langkah yang ditolak keras oleh Iran.
"Otoritas republik Islam tahu betul bahwa jika mereka bekerja sama dengan misi pencarian fakta PBB, skala kejahatan mereka yang lebih luas akan terungkap," kata direktur IHR Mahmood Amiry-Moghaddam.
Protes Akibat Kematian Mahsa Amini
Protes meletus setelah kematian Mahsa Amini yang telah ditangkap oleh polisi moralitas Teheran dan telah menjadi tantangan terbesar bagi rezim sejak revolusi 1979.
Amiry-Moghaddam mengatakan lebih dari separuh kematian tercatat di wilayah yang dihuni oleh Sunni Baluch atau etnis minoritas Kurdi.
Kematian terbanyak terjadi di wilayah tenggara Sistan-Baluchistan di mana 128 orang tewas setelah protes yang memiliki percikan terpisah tetapi telah menambah kemarahan nasional, kata IHR.
Setelah itu, kematian terbanyak dicatat di provinsi Kurdistan dan Azerbaijan Barat yang berpenduduk Kurdi barat, di mana masing-masing 53 dan 51 orang tewas, katanya.
Advertisement
UNICEF Kutuk Kekerasan hingga Penganiayaan Anak-anak dalam Protes di Iran
Badan anak-anak PBB (UNICEF) Minggu (27/11) mengeluarkan pernyataan yang mengutuk “kekerasan dan penganiayaan yang dilaporkan telah merenggut nyawa lebih dari 50 anak-anak dan melukai lebih banyak lagi selama berlangsung kerusuhan masyarakat di Iran.”
UNICEF mengatakan “sangat prihatin mengenai berlanjutnya penggerebekan dan penggeledahan yang dilakukan di beberapa sekolah” dan bahwa “sekolah-sekolah harus selalu menjadi tempat aman bagi anak-anak.”
UNICEF melaporkan telah menyampaikan secara langsung keprihatinannya kepada pihak berwenang di Iran sejak kasus-kasus korban anak-anak pertama terjadi sebagai tanggapan atas protes masyarakat.
Diminta Hormati Hak Anak dan Perempuan
Beberapa organisasi HAM melaporkan hingga 63 anak-anak tewas dalam protes tersebut, dikutip dari VOA Indonesia, Rabu (30/11/2022).
Iran adalah pihak penandatangan Konvensi Hak-hak Anak. Kelompok advokasi global untuk anak-anak tersebut mengemukakan dalam sebuah pernyataan bahwa para pemimpin di negara itu memiliki “kewajiban untukmenghormati, melindungi dan memenuhi hak-hak anak untuk hidup, privasi, kebebasan berpikir dan berkumpul secara damai.”
UNICEF, organisasi pemenang Hadiah Nobel Perdamaian, mendesak Iran “untuk menghormati hak semua anak untuk berkumpul secara damai sebagai jaminan fundamental – tidak peduli siapa mereka atau di mana pun mereka … anak-anak dan remaja harus dilindungi dari semua bentuk bahaya yang berisiko bukan hanya bagi jiwa dan kebebasan mereka, tetapi juga kesehatan mental dan fisik mereka.”
“Iran beruntung memiliki populasi anak-anak dan remaja yang tergolong muda, yang merupakan sumber daya luar biasa bagi negara, sekarang dan pada masa depan,” kata UNICEF. “Kebutuhan, aspirasi dan kesejahteraan mereka harus menjadi prioritas dalam semua situasi.”
Advertisement