Liputan6.com, Makassar - Yayasan Anak Bangsa Bisa (YABB), organisasi nirlaba bagian dari Grup GoTo bersama changemakers dari Catalyst Changemakers Ecosystem (CCE) meluncurkan proyek Makassar Je'ne Tallasa bertemakan Mariki’ Wujudkan Masyarakat Sehat dengan Air Bersih. Proyek gotong-royong ini menerapkan teknologi inovatif yang mengolah air hujan menjadi air minum dipadu dengan edukasi yang membangun kemandirian masyarakat di Kecamatan Tallo, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Kecamatan Tallo merupakan satu dari lima kecamatan yang mengalami krisis air bersih di Kota Makassar pada 20211. Para changemakers dari Celebes Green Project, Terra Water, dan Kopernik mengidentifikasi kerugian warga Tallo yang diakibatkan krisis ini. Kala itu Warga yang bermukim di sana harus rela meluangkan waktu dan mempertaruhkan kesehatan demi mendapatkan air gratis.
Advertisement
Warga haru menempuh jarak hingga 1 kilometer untuk menuju ke sumur air komunal, dan mengantri selama 2 hingga 3 jam untuk mendapatkan air yang bahkan tidak layak untuk dikonsumsi. Sedangkan untuk mendapatkan air bersih, warga mesti membeli air dari depot dan merogoh kocek sampaiRp300 ribu per bulan.
"Permasalahan krisis air bersih di Tallo mengganggu perekonomian, kesehatan, dan kehidupan sosial masyarakat sehingga dibutuhkan solusi yang tepat. Sejalan dengan komitmen CCE untuk mewujudkan solusi yang sistemik dalam menangani permasalahan air di Indonesia, YABB dan changemakers hadir untuk mewujudkan akses air bersih melalui kolaborasi, teknologi, dan edukasi," kata Chairperson YABB, Monica Oudang, Rabu (30/11/2022).
Sementara itu, Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto mengapresisasi penuh inisiasi proyek dari YABB tersebut. Dia mengatakan bahwa proyek Makassar Je'ne Tallasa ini bisa menjadi solusi berbasis ekosistem untuk mengubah air hujan jadi berkah bagi warga di Kecamatan Tallo.
"Air sebagai penentu derajat kesehatan, tapi juga menjadi permasalahan dunia termasuk di Tallo, apalagi dipengaruhi oleh cuaca ekstrem. Di musim kemarau, Tallo mengalami kekeringan dan masyarakat harus mengantri air lebih lama dan membeli dengan harga lebih mahal. Sedangkan ketika musim hujan, air hujan dan luapan muara sungai menjadi mubazir karena hanya membanjiri sebagian area Tallo tanpa dimanfaatkan," kata wali kota yang akrab disapa Danny Pomanto itu dalam keterangannya.
Terpisah, Direktur Utama Perumda Air Minum Kota Makassar Beni Iskandar menjelaskan, Penyebab dari permasalahan kelangkaan air bersih di Kecamatan Tallo adalah jaringan perpipaan yang tidak merata sehingga pelayanan kurang maksimal. Selain itu, pasokan air tanah yang tidak stabil dan berkualitas buruk juga menjadi masalah lain bagi warga di kecamatan tersebut.
"Saat ini, pemerintah Kota Makassar melalui Perumda Air Minum Kota Makassar masih terus memperbanyak program air bersih gratis dengan menyediakan armada tangki air bersih sebagai solusi jangka pendek di beberapa area prioritas. Kami pun berterima kasih atas kolaborasi di proyek ini yang bersatu mendukung pemerintah," ucap Beni.
Manfaat-Manfaat Makassar Je'ne Tallasa
Demi mengatasi permasalahan air di Kecamatan Tallo, YABB dan para changemakers menghadirkan tiga solusi utama yang memadukan teknologi dengan edukasi agar menghasilkan dampak nyata yang berkelanjutan.
"Kami berkolaborasi dengan Tametotto untuk menerapkan teknologi pemanenan air hujan (PAH) bawah tanah dengan kapasitas besar, yaitu 160.500 liter. Alhasil, saat teknologi ini bekerja dengan kapasitas penuh, pasokan air bersih diestimasi bisa mencukupi 100 keluarga per hari," Perwakilan Changemakers Makassar Je'ne Tallasa, Indah Febriany.
Tak hanya mengubah air hujan menjadi air siap konsumsi, teknologi yang dibangun di area sekitar Kompleks Makam Raja-Raja Tallo ini dinilai mampu mengurangi genangan air akibat curah hujan tinggi maupun luapan muara sungai di daerah padat penduduk dengan resapan air yang minim.
"Dengan jarak hanya 100 meter dari pemukiman, sumber air ini juga mampu menghemat waktu para perempuan dan anak-anak yang mengambil air setiap hari. Hal ini bisa memberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan produktif seperti aktivitas ekonomi dan pendidikan," Indah menambahkan
Selain itu, lanjut Indah, solusi kedua adalah pembangunan teknologi filtrasi air menggunakan pot keramik lokal Terra Water menjadi Teknologi penyaringan yang akan membantu 100 rumah tangga dan 37 sekolah mengurangi risiko terjangkit penyakit yang disebabkan oleh air minum tidak layak konsumsi seperti diare dan tifus.
Indah dan para changemakers paham betul bahwa infrastruktur teknologi tidak bisa berdiri sendiri. Untuk itu, solusi ketiga yang dijalankan adalah edukasi dan kampanye tentang air, sanitasi, dan kebersihan, serta pemeliharaan sistem pengolahan air bersih.
"Edukasi ini menyasar tokoh masyarakat, keluarga, dan sekolah di wilayah tersebut. Kami berharap edukasi ini akan meningkatkan pemahaman serta mengubah perilaku masyarakat mengenai pentingnya menggunakan air bersih dan konsumsi air minum aman, dan bagaimana bertanggung jawab dalam menjaga kualitas air," ucap Indah.
Direktur Pusat Kajian Rekayasa Sumber Daya Air Universitas Hasanuddin Dr. Eng. Ir. Rita Tahir Lopa, M.T. menerangkan, “Proyek pengelolaan sumber daya air ini diharapkan mampu mengurai isu kekeringan, banjir, dan kualitas air yang kompleks dan mendesak. Kecamatan berpenghuni 148.228 jiwa ini dilalui Sungai Tallo yang merupakan salah satu sumber pasokan air Kota Makassar. Namun, kecamatan ini memiliki kelurahan dengan potensi kekeringan terbanyak di Makassar, terutama saat kemarau4. Hal ini jelas memperlihatkan adanya kebutuhan akan solusi yang tepat.”
Dengan dukungan dari Pemerintah Kota Makassar, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sulawesi Selatan, PDAM Kota Makassar, Universitas Hasanuddin, serta komunitas lokal, YABB berharap proyek ini bisa meningkatkan perekonomian, kesehatan, dan kehidupan sosial masyarakat Tallo.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Advertisement