India dan AS Latihan Militer Bersama di Tengah Ketegangan dengan China

Latihan ini berlangsung di tengah meningkatnya ketegangan dengan China.

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Des 2022, 09:03 WIB
Pemandangan fregat tentara Kolombia saat latihan militer 70 mil laut (130 kilometer) dari Cartagena, Kolombia, 28 Februari 2022. Kolombia dan AS memulai latihan militer di Karibia yang mencakup kegiatan dengan kapal selam nuklir. (PRENSA ARMADA DE COLOMBIA/Colombian National Navy/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Pasukan India dan pasukan Amerika Serikat (AS), Rabu (30/11), berpartisipasi dalam latihan di dataran tinggi di kawasan pegunungan yang dingin di dekat perbatasan India yang disengketakan dengan China.

Latihan ini berlangsung di tengah meningkatnya ketegangan dengan Beijing.

Dalam latihan hari kedua, para tentara dari kedua negara berlatih mengevakuasi korban dengan menggunakan tali, melintasi sungai dan gunung.

Latihan tersebut dilakukan di Tapovan, di dekat Auli, dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (1/12/2022).

Pasukan AS yang berpartisipasi itu berasal dari Brigade ke-2 Divisi Lintas Udara ke-11, dan mitra mereka dari India adalah anggota Resimen Assam.

Kementerian Pertahanan India mengatakan latihan itu akan berfokus pada pengintaian, keterampilan perang di pegunungan, evakuasi korban dan bantuan medis semasa perang di medan dan kondisi iklim yang buruk.

Latihan ini juga akan mencakup bantuan kemanusiaan, penanggulangan bencana, serta operasi terkait pemeliharaan perdamaian, kata kementerian tersebut.


Amerika Serikat Dukung Demonstrasi Warga China Tolak Lockdown COVID-19

Demonstrasi pecah di China akibat kebijakan COVID-19 yang ketat. Xi Jinping diminta turun.

Amerika Serikat mendukung hak orang untuk melakukan protes secara damai di China. Hal ini disampaikan oleh Gedung Putih atas aksi pengunjuk rasa di beberapa kota di China telah berdemonstrasi menentang tindakan berat COVID-19.

Dilansir Channel News Asia, Selasa (29/11/2022), olisi China pada hari Senin memperketat keamanan di lokasi protes akhir pekan di Shanghai dan Beijing, setelah kerumunan di sana dan di kota-kota China lainnya dan di sejumlah kampus universitas menunjukkan pembangkangan sipil yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak pemimpin Xi Jinping mengambil alih kekuasaan satu dekade lalu.

"Kami sudah lama mengatakan setiap orang memiliki hak untuk melakukan protes secara damai, di sini di Amerika Serikat dan di seluruh dunia. Ini termasuk di RRC (Republik Rakyat China)," kata Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.

Amerika Serikat menyatakan fokus pada "apa yang berhasil" untuk memerangi virus corona, termasuk dengan meningkatkan tingkat vaksinasi.

"Kami pikir akan sangat sulit bagi Republik Rakyat Tiongkok untuk dapat menahan virus ini melalui strategi nol-COVID mereka," kata NSC.

Awal bulan ini, Presiden Joe Biden mengadakan pembicaraan langsung dengan Xi di Bali, dan tanggapan Gedung Putih tampaknya menunjukkan keinginan untuk mengambil jalan yang hati-hati dan menghindari memperburuk situasi.


Reaksi Joe Biden?

Presiden AS Joe Biden memberikan reaksi atas penembakan SD di Texas. Penembakan itu adalah yang terburuk dalam sejarah Texas. Dok: VOA Indonesia

Diminta reaksi Biden terhadap pengunjuk rasa yang menyerukan Xi untuk mundur, juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby kemudian mengatakan dalam jumpa pers: "Presiden tidak akan berbicara untuk pengunjuk rasa di seluruh dunia. Mereka berbicara untuk diri mereka sendiri."

Sebaliknya, Kirby mengatakan di awal bulan bahwa Biden mengekspresikan solidaritas dengan pengunjuk rasa di Iran dengan mengatakan pada rapat umum politik bahwa "kami akan membebaskan Iran".

Kirby mengatakan Biden selalu mendapatkan informasi terbaru tentang apa yang terjadi di dalam China dan "tetap memperhatikan aktivitas protes". Dia mengatakan pemerintah mengawasi demonstrasi dengan cermat, dan bahwa China tidak meminta vaksin dari Amerika Serikat.

Beijing dan Washington telah menangani penyebaran pandemi virus corona dengan cara yang sangat berbeda, perpecahan yang mengubah persaingan antara dua ekonomi terkemuka dunia.


Kebijakan Nol COVID

Komuter yang mengenakan masker menunggu di persimpangan di Beijing, Rabu (2/11/2022). Para pekerja iPhone Apple Inc meninggalkan pabrik karena lokasinya berada dalam zona industri Kota Zhengzhou yang sedang diberlakukan lockdown setelah adanya 64 laporan kasus virus corona di kawasan tersebut. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Kebijakan nol-COVID Beijing telah membuat jumlah kematian resmi China mencapai ribuan, dibandingkan lebih dari satu juta di Amerika Serikat, tetapi harus dibayar dengan mengurung jutaan orang untuk waktu yang lama di rumah, menyebabkan gangguan dan kerusakan yang luas pada ekonomi China. ekonomi.

Sebelumnya di masa pandemi, kedua negara berusaha untuk memperkuat pengaruh geopolitik mereka melalui distribusi vaksin.

Infografis Kejahatan Vaksin Covid-19 Palsu di China (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya