Liputan6.com, Tangerang - Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang, memasukkan anggaran antisipasi resesi 2023 di Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) 2023. Bersama DPRD Kota Tangerang, APBD tahun depan disahkan menjadi Rp5,1 Triliun.
Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah menjabarkan dalam Raperda APBD 2023, anggaran belanja daerah ditetapkan sebesar Rp5,1 Triliun untuk menangani berbagai urusan mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga pembangunan infrastruktur.
Baca Juga
Advertisement
"Semua menjadi perhatian, termasuk untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya resesi di tahun 2023. Makanya kami upayakan agar venue-venue Porprov terus dimanfaatkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi," ungkap Arief, Kamis (1/12/2022).
Lebih lanjut Arief menjelaskan, terkait serapan APBD tahun 2022 yang telah dilakukan oleh Pemkot Tangerang hingga bulan November, dimana serapan anggaran mencapai 70 persen.
"Termasuk daerah yang serapannya terbanyak, masih ada waktu satu bulan supaya serapannya optimal," ujarnya.
Sebagai informasi, dalam rancangan APBD tahun anggaran 2023 pendapatan daerah dianggarkan sebesar Rp 4,56 Triliun sedangkan anggaran belanja daerah ditetapkan sebesar Rp 5,1 Triliun.
Jokowi Perkirakan Resesi Global Mulai Awal 2023
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengingatkan menteri dan kepala daerah untuk bekerja lebih keras di tengah situasi yang tidak normal saat ini. Terlebih, kata dia, resesi global diperkirakan akan mulai masuk pada awal 2023.
"Tidak bisa kita kerja normal normal dalam keadaan yang tidak normal, enggak bisa. Dan tahun depan, tahun 2023 ini akan jauh lebih sulit lagi untuk semua negara. Dan diperkirakan awal tahun depan sudah masuk kepada resesi global," jelas Jokowi dalam Pembukaan Rakornas Investasi di Jakarta, Rabu (30/11/2022).
Menurut dia, semua negara saat ini berada pada situasi yang sangat sulit karena dihantui inflasi, ekonomi anjlok, krisis energi, krisis pangan, dan krisis finansial.
Untuk itu, Jokowi menekankan jajarannya unthk berhati-hati dalam mengambil keputusan sebab risikonya sangat besar apabila salah.
"Begitu salah risikonya gede sekali. Karena situasinya betul-betul situasi yamg tidak normal, baik kebijakan fiskal maupun kebijakan moneter, hati-hati. Ini selalu terus saya sampaikan karena memang keadaannya tidak pada keadaan yang normal," ujarnya.
Advertisement