Liputan6.com, Jakarta - Perekonomian Amerika Serikat pada kuartal ketiga 2022 tumbuh lebih dari yang dilaporkan sebelumnya, dengan data pemerintah menunjukkan revisi pada belanja ritel dan beberapa bentuk investasi.
Dilansir dari Channel News Asia, Kamis (1/12/2022) pertumbuhan PDB AS pada periode Juli hingga September 2022 mencapai 2,9 persen, lebih baik dari angka 2,6 persen yang dilaporkan pada Oktober 2022 oleh Departemen Perdagangan negara itu.
Advertisement
Angka tersebut merupakan ekspansi pertama AS tahun ini, setelah dua perempat pertumbuhan negatif yang memperdalam kekhawatiran resesi di negara ekonomi terbesar dunia tersebut.
Estimasi terbaru "terutama mencerminkan revisi naik belanja konsumen dan investasi tetap nonresidensial", demikian keterangan Departemen Perdagangan AS.
Kenaikan PDB terjadi beberapa hari sebelum pemilihan paruh waktu di AS, dalam berita sambutan untuk Presiden Joe Biden.
Tetapi analis masih memperingatkan situasi ekonomi yang kurang cerah ke depannya, dengan mengatakan bahwa lompatan yang terlihat dalam ekspor AS kemungkinan tidak berkelanjutan.
Ekonom Oren Klachkin memperingatkan bahwa angka PDB AS kali ini "menutupi retakan di bawah permukaan". Revisi penurunan impor berarti perdagangan bersih menawarkan dorongan "bahkan lebih kuat" untuk pertumbuhan, katanya dalam sebuah catatan.
Dia menambahkan bahwa laporan tersebut juga memberikan pandangan awal tentang bagaimana nasib perusahaan di AS pada kuartal terakhir 2022, mencatat bahwa keuntungan "bernasib relatif baik" meskipun dalam lingkungan yang menantang.
"Meskipun biaya dan harga pinjaman lebih tinggi, pengeluaran rumah tangga dan penggerak ekonomi tampaknya bertahan," ungkap ekonom Rubeela Farooqi dari High Frequency Economics dalam sebuah analisis.
Resesi Global Bukan Rintangan, BI Ramal Ekonomi Indonesia Tumbuh 5 Persen di 2023 dan 2024
Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III 2022 mencapai 5,72 persen (year on year/yoy). Sedangkan jika dihitung secara kuartal ke kuartal, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 1,81 persen. Sejumlah pihak meyakini pertumbuhan ini masih terus berlanjut sampai akhir tahun dan juga beberapa tahun ke depan.
Keyakinan tersebut juga diungkap oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo. Ia sangat yakin ekonomi Indonesia di 2023 tumbuh 4,5 persen hingga 5,3 persen. Kemudian di 2024 terus meningkat hingga 5,5 persen. Keyakinan ini tidak terhalang dengan adanya risiko resesi global tahun depan.
"Pertumbuhannya akan cukup baik 4,5 persen - 5,3 persen pada 2023 dan meningkat 4,7 persen - 5,5 persen pada 2024," kata Perry dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (30/11/2022).
Selain itu, tingkat inflasi akan kembali pada sasarannya yakni 2-4 persen di tahun 2023. Kemudian di tahun 2024 kembali terkendali di kisaran 2,5 persen.
"Inflasi yang masih sangat tinggi sekarang akan kembali ke sasaran 3 plus minus 1 persen pada dan 2,5 plus minus 1 persen pada 2024," katanya.
Tak hanya itu, dalam jangka menengah, pertumbuhan ekonomi diproyeksi terus membaik. Diperkirakan dalam 5 tahun ke depan ekonomi Indonesia mampu tumbuh hingg 5,8 persen.
"Dalam jangka menengah pertumbuhan ekonomi dapat meningkat 5 persen sampai 5,8 persen pada 2027," kata dia.
Dari sisi inflasinya, Bos BI ini optimis tingkat inflasi bisa terkendali di angka 2,5 persen plus minus 1 persen. Asalkan ketahanan eksternal semakin kuat.
"Inflasi rendah 2,5 plus minus 1 persen, (dengan) ketahanan eksternal semakin kuat," kata dia.
Optimisme tersebut bisa tercapai dengan sinergi erat antara subsidi energi pemerintah, kenaikan suku bunga acuan bank sentral, stabilitas rupiah. Termasuk koordinasi tim pengendalian inflasi pusat dan daerah serta adanya gerakan nasional pengendalian inflasi pangan.
Advertisement
Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,72 Persen di Kuartal III 2022
Untuk diketahui, Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2022 mencapai 5,72 persen (year on year/yoy). Sedangkan jika dihitung secara kuartal ke kuartal, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 1,81 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono menjelaskan, ekonomi Indonesia tumbuh cukup impresif sebesar 5,72 persen pada kuartal III 2022 di tengah tantangan ekonomi global berupa inflasi dan ancaman resesi.
Hal ini menandakan bahwa pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut dan semakin menguat.
“Pertumbuhan ekonomi kuartal III 2022 tumbuh 5,72 persen kalau dibandingkan kuartal III-2021.Tren pertumbuhan ekonomi tahunan semakin kuat dan menuju pemulihan,” ucap Margo Yuwono dalam konferensi pers di Kantor BPS Senin (7/11/2022).
Sedangkan secara komulatif pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I hingga III 2022 dibandingkan dengan periode yang sama pada 2021 tumbuh 5,4 persen.
Arif Budimanta: Ekonomi Indonesia Tumbuh di Atas AS, Uni Eropa, China dan Singapura
Indonesia membukukan pertumbuhan ekonomi 5,72 persen di kuartal III 2022. Menurut Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Arif Budimanta, realisasi pertumbuhan ekonomi ini merupakan salah satu indikasi bahwa ketahanan perekonomian terjaga dengan baik.
Bahkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi ini di luar siklus puncak konsumsi Indonesia yang terjadi pada lebaran dan mudik dan di tengah situasi ekonomi global yang cukup lambat.
"Jika dibandingkan dengan beberapa negara seperti Amerika Serikat yang tumbuh 1,8 persen (y-o-y), Uni Eropa 2,4 persen (y-o-y), China 3,9 persen (y-o-y) maupun Singapura 4,4 persen (y-o-y), maka apa yang telah kita capai di kuartal III 2022 yang lalu perlu kita apresiasi dan syukuri," ungkap Arif dalam keterangan tertulis, Selasa (8/11/2022).
Arif menilai, apa yang telah dicapai pada kuartal III lalu dapat menjadi modal positif bagi perekonomian nasional pada kuartal IV 2022 dan akan membawa perekonomian 2023 yang lebih prospektif.
Selain itu, penyaluran kredit perbankan juga tumbuh semakin cepat, per September pertumbuhan kredit tercatat sebesar 11 persen (y-o-y).
Prospek dan momentum yang sangat baik tersebut harus dijaga dengan baik dan tetap waspada terhadap kondisi perekonomian global yang masih terus bergerak secara dinamis, maupun terhadap kondisi pandemi yang masih belum sepenuhnya usai. Dengan kewaspadaan dan manajemen risiko yang baik, maka capaian yang sudah baik akan semakin terjaga.
"Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana agar kinerja ekonomi yang positif dan pertumbuhan kredit perbankan yang semakin cepat ini dapat diikuti oleh penyerapan lapangan kerja terutama di sektor formal. Dengan semakin banyak tenaga kerja yang terserap, akan membuat kinerja dan ketahanan ekonomi ke depan akan semakin kuat dan berkelanjutan. tutup Arif.
Advertisement