Liputan6.com, Jakarta - Presidensi G20 yang dipegang oleh Indonesia telah usai. Namun, hasil dari pertemuan tersebut masih akan terus menjadi pembahasan bagi para pemangku jabatan, terlebih soal isu-isu global.
Salah satunya adalah soal perjuangan presidensi G20 Indonesia terhadap infrastruktur kesehatan global. Hal ini disampaikan oleh Menlu RI Retno Marsudi ketika memimpin pertemuan COVAX.
Advertisement
“Presidensi G20 Indonesia memberikan prioritas tinggi pada penguatan arsitektur kesehatan global", ungkap Menlu Retno Marsudi saat memimpin pertemuan COVAX Advance Market Commitment Engagement Group (AMC EG) bersama Menteri Kesehatan Ethiopia dan Menteri Pembangunan Internasional Kanada, Rabu (31/11/2022).
Dalam sambutan pembukanya, Menlu Retno sampaikan kontribusi Presidensi G20 Indonesia terhadap penguatan arsitektur kesehatan global.
Salah satunya adalah pembentukan Pandemic Fund yang akan mendukung pembiayaan kesiapsiagaan negara berpendapatan rendah dan menengah menghadapi pandemi di masa depan.
Selain itu, G20 juga menyepakati pentingnya kerja sama penguatan kapasitas produksi kesehatan di negara berkembang.
“Prinsipnya, negara berkembang harus menjadi bagian integral dalam rantai pasok kesehatan global", tambah Menlu Retno.
Menlu Retno juga tegaskan bahwa meskipun Presidensi G20 Indonesia telah berakhir, komitmen Indonesia terhadap penguatan arsitektur kesehatan global tetap kuat.
“COVAX akan terus menjadi bagian penting dari komitmen ini, khususnya untuk menjembatani ketimpangan vaksinasi COVID-19 antar negara", ungkap Menlu Retno.
Perlunya Antisipasi
Pertemuan mencatat penurunan tingkat kematian akibat COVID-19 sejak Februari 2022 sebesar hampir 90%, namun perlu diantisipasi kemungkinan gelombang baru COVID-19 akibat kemunculan dua sub-varian baru, yaitu BQ.1 dan XBB. Seth Brekley selaku CEO Gavi tegaskan bahwa vaksinasi, termasuk suntikan booster, masih menjadi solusi terbaik untuk hadapi virus COVID-19 yang terus berevolusi.
COVAX AMC telah menyalurkan vaksin secara gratis kepada 92 negara berpendapatan rendah dan menengah. COVAX adalah bukti keberhasilan multilateralisme.
Hingga kini, COVAX telah menyalurkan 1,84 milyar dosis ke seluruh dunia. 89,6% di antaranya (1,65 milyar dosis) dikirimkan ke 87 negara AMC. Rata-rata cakupan vaksinasi negara AMC mencapai 52%, naik dari 28% pada Januari 2022.
Pada 2023, kerja COVAX akan fokus pada sembilan area prioritas, termasuk di antaranya melanjutkan dukungan vaksinasi dan suntikan booster, serta mendukung riset dan pengembangan vaksin. Ke depannya, dukungan COVAX akan mulai disesuaikan berdasarkan kebutuhan dan capaian target vaksinasi, serta tantangan khusus yang dihadapi masing-masing negara, termasuk situasi kemanusiaan.
Pertemuan COVAX AMC EG yang dilakukan secara virtual ini merupakan pertemuan ke-empat selama 2022, dan menjadi pertemuan terakhir bagi Indonesia sebagai salah satu Co-Chairs COVAX AMC EG.
Advertisement
Pandemic Fund
Sebagai pemegang tampuk Presidensi G20 di tahun ini, Pemerintah Indonesia mendorong tercapainya sebuah konsensus bersama seluruh negara anggota G20 dalam bentuk Leaders’ Declaration. Kesepakatan yang dihasilkan bertujuan untuk mencapai solusi bersama dalam mengatasi berbagai krisis dan tantangan global yang tengah terjadi saat ini.
Sebagai Ketua Sekretariat Gabungan Sherpa Track dan Finance Track Presidensi G20 Indonesia tahun 2022, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengungkapkan bahwa Leaders’ Declaration tersebut masih akan diputuskan dalam dua hari pembahasan di KTT G20 yang diselenggarakan di Bali pada 15-16 November 2022.
Terkait pandemic fund, Sesmenko Susiwijono juga menjelaskan program ini merupakan kumpulan dana yang dibutuhkan dalam penanganan pandemi bersama oleh negara-negara di dunia jika terjadi suatu pandemi lagi di masa depan.
Siap Tangani Pandemi
Pandemic fund yang dibutuhkan mencapai sebesar USD 31.1 miliar per tahun agar dapat berfungsi optimal untuk membiayai sistem pencegahan, persiapan, dan respon terhadap pandemi di masa yang akan datang. Pengumpulan dana tersebut berasal dari anggota G20, negara non G20, dan lembaga filantropis dunia.
“Hal ini bagus karena semua pihak akan bekerja sama menangani pandemi. Kita harus mewujudkan arsitektur kesehatan global yang andal, inklusif dan berkelanjutan, maka itu kita tidak bisa sehat sendirian melainkan sehat bersama," tuturnya.
"Dunia harus punya kapasitas pembiayaan dan satu ekosistem kesehatan global antar negara untuk menghadapi pandemi bersama-sama. Sebenarnya, Financial Intermediary Fund (FIF) sudah mulai digulirkan sejak Presidensi G20 Italia di 2021, namun baru dikonkretkan saat ini, dan tanggal 13 kemarin sudah diluncurkan pandemic fund,” ungkap Sesmenko Susiwijono.
Advertisement