Hari AIDS Sedunia 2022, HIV Bukan Penghalang untuk Terima Vaksin COVID-19

Vaksin COVID-19 untuk orang dengan HIV masih akan tetap efektif. Meskipun CD4 pasien masih rendah.

oleh Diviya Agatha diperbarui 01 Des 2022, 11:20 WIB
Ilustrasi HIV/AIDS. (Foto oleh Anna Shvets dari Pexels)

Liputan6.com, Jakarta Setiap tahunnya saat memasuki bulan Desember, seluruh dunia akan memperingati Hari AIDS Sedunia. Momentum ini biasanya digunakan untuk menggencarkan kembali pembahasan terkait HIV/AIDS terutama yang relevan untuk kondisi terkini.

Salah satunya terkait penerimaan vaksin COVID-19 untuk ODHIV (Orang dengan Human Immunodeficiency Virus). Anda mungkin bertanya-tanya, bisakah ODHIV menerima vaksin COVID-19? Apakah masih sama efektifnya?

Ketua Perhimpunan Dokter Peduli AIDS Indonesia (PDPAI), Dr dr Evy Yunihastuti mengungkapkan bahwa HIV bukanlah penghalang untuk penggunaan vaksin COVID-19. Meskipun CD4 milik pasien masih rendah. CD4 sendiri merupakan tes untuk menentukan seberapa baik sistem imunitas pada ODHIV.

"HIV itu bukan merupakan kontraindikasi atau penghalang penggunaan vaksin COVID-19. Walaupun CD4 pasien masih rendah," ujar Evy dalam media briefing bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ditulis Kamis, (1/12/2022).

"Karena semua vaksin COVID-19 yang ada sebenarnya adalah vaksin yang (virusnya) dilemahkan, bukan vaksin hidup. Jadi tetap bisa digunakan oleh semua ODHIV. Walaupun kekebalan tubuhnya masih rendah," tambahnya.

Evy menambahkan, kekurangannya hanyalah saat vaksin COVID-19 diberikan pada ODHIV dengan kekebalan tubuh yang belum baik, maka efektivitas vaksin COVID-19 akan tetap lebih rendah.

"Tapi memang kalau kekebalan tubuhnya masih belum baik, efektivitas vaksinnya akan tetap lebih rendah," kata Evy. 

Sehingga penting bagi ODHIV untuk tetap waspada dan menjaga diri agar tidak terinfeksi COVID-19. 


Banyak ODHIV Sudah Divaksinasi COVID-19

Ilustrasi Vaksinasi COVID-19. (unsplash.com/Mufid Majnun)

Lebih lanjut Evy mengungkapkan bahwa penelitian yang dilakukan mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) pada ODHIV di RSCM pun pernah mencoba mencari tahu soal apa saja faktor penyebab ODHIV ingin divaksinasi COVID-19.

"Ternyata keinginan vaksin pada ODHIV cukup tinggi. 75 persen," ujar Evy.

Saat dievaluasi ulang pada pertengahan 2022, 89 persen ODHIV yang ada di RSCM sudah melakukan vaksinasi COVID-19 dosis pertama. 85 persen sudah melakukan vaksinasi dosis kedua, dan masih ada 50 persen yang belum melakukan booster.

"Tentu kita masih harus bekerja keras untuk mendorong para ODHIV untuk bisa mendapatkan vaksin," kata Evy.

Menurut Evy, ada beberapa hal yang memengaruhi keinginan ODHIV untuk melakukan vaksinasi. Seperti keinginan untuk mendapatkan proteksi lebih, anjuran dari dokter, hingga dorongan dari pihak keluarga.

"Yang menarik itu kita bertanya, siapa yang memengaruhi ODHIV mau divaksin? Ternyata yang pertama adalah program pemerintah, kemudian dokternya. Jadi kalau dokternya menyuruh ODHIV untuk divaksin, itu biasanya akan sangat efektif," ujar Evy.

"Dan yang paling berpengaruh adalah keluarga. Jadi kalau keluarganya mendorong untuk divaksin, itu adalah faktor terpenting yang membuat seseorang ODHIV itu mau divaksin COVID-19. Jadi yang harus diedukasi bukan hanya ODHIV-nya, tapi juga keluarganya."


Potensi Terkena COVID-19 Berat Lebih Tinggi

Ilustrasi penyakit HIV AIDS. (Photo by jcomp on Freepik)

Dalam kesempatan yang sama, Evy pun mengungkapkan bahwa sebenarnya ODHIV memang lebih berisiko terkena COVID-19 dengan gejala yang lebih berat.

"Selama ini yang dibilang lebih berisiko saat terkena COVID-19 biasanya pasien diabetes, darah tinggi, dan lain-lain. Faktanya memang dari berbagai penelitian yang sudah digabung dalam meta analisis, ODHIV tetap memiliki risiko terkena COVID-19 yang berat," kata Evy.

"Jadi infeksi yang lebih berat itu 1,3 sampai 2,3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang non-HIV. ODHIV juga memiliki risiko kematian karena COVID-19 1,8 kali lebih tinggi," tambahnya.

Evy menjelaskan, dengan kondisi saat ini dimana kasus COVID-19 mengalami peningkatan, penting untuk bagi ODHIV untuk tetap waspada. Selain itu, ia menyarankan agar vaksinasi untuk ODHIV tetap didorong karena mereka masuk kelompok berisiko.

"Kita sama-sama tahu bahwa saat ini COVID-19 mulai meningkat lagi, dan mulai muncul berbagai varian. Karena tadi, tetap saja ODHIV itu lebih berisiko terkena COVID-19. Tentu harus tetap waspada terhadap penularan COVID-19," ujar Evy.


Hal yang Perlu Diperhatikan oleh ODHIV

Ilustrasi logo HIV AIDS (Istimewa)

Selain itu, ada empat hal yang harus diperhatikan oleh ODHIV terkait COVID-19. Pertama yang berkaitan dengan komorbid, dimana pasien memiliki diabetes, hipertensi, dan lainnya.

Kedua, saat CD4 ODHIV dibawah 200 sel/mm3. Ketiga, belum menggunakan obat ART (antiretroviral) atau sudah berhenti menggunakan ART. Keempat, saat ada infeksi oportunistik.

"Kalau misalnya tiga dari empat items ini ternyata ada, maka kemungkinan besar dia 58 persen akan menjadi COVID-19 berat. Jadi sebaiknya harus dirawat," kata Evy.

"Sementara kalau dua mungkin risikonya 25 persen, kalau satu 7,3 persen. Jadi masih boleh rawat jalan," tambahnya.

Evy menambahkan, penting untuk para ODHIV menggunakan ART selama pandemi COVID-19. Serta menjaga kondisi lainnya agar tidak mengalami keempat kondisi yang disebutkan di atas.

"Biar kalau terkena COVID-19 tidak menjadi COVID-19 yang berat," ujar Evy.

Infografis Yuk Ketahui 5 Fakta Penting Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Niman)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya