Liputan6.com, Jakarta - Data dari COVID-19 Dashboardby the Center for Systems Science and Engineering (CSSE) di Johns Hopkins University (JHU) pada Kamis (1/12/2022) menunjukkan kasus COVID-19 hari ini di dunia menembus 643.234.584. Dengan penambahan 11.435.157 dalam 28 hari terakhir.
Sudah 6.634.905 kematian tercatat akibat infeksi COVID-19, dengan penambahan 38.571 kematian dalam 28 hari terakhir. Sementara total vaksin COVID-19 yang sudah disuntikkan mencapai 13.045.908.186 dosis.
Advertisement
Amerika Serikat (AS) terpantau berada di urutan pertama negara dengan total kasus COVID-19 sebanyak 98.788.140. Namun menempati posisi ketiga dengan penambahan kasus COVID-19 terbanyak dalam 28 hari terakhir yakni 1.123.772.
Dalam 10 besar wilayah dan negara dengan penambahan kasus Virus Corona COVID-19 terbanyak 28 hari terakhir, terpantau dua negara Asia berada di puncak penambahan infeksi. Berikut ini urutannya:
- Jepang
- Korea Selatan
- AS
- Prancis
- Jerman
- Italia
- Taiwan
- Brasil
- Australia
- Yunani
Kasus Asia
Sementara itu, menurut data dari situs World-o-Meter, kasus COVID-19 di Asia secara total telah menembus 199.292.779.
Sementara itu, didapati India sebagai negara di Asia dengan kasus COVID-19 terbanyak menembus 44.673.379. Berikut ini 10 besar urutannya dengan total infeksinya:
- India 44.673.379
- Korea Selatan 27.155.813
- Jepang 24.793.166
- Turki 17.005.537
- Vietnam 11.515.908
- Taiwan 8.313.366
- Iran 7.559.706
- Indonesia 6.664.844
- Malaysia 4.992.168
- Korea Utara 4.772.813
Dari data tersebut didapati Indonesia berada di posisi ke-8 sebagai negara dengan kasus COVID-19 terbanyak di Asia.
China Gencarkan Vaksinasi COVID-19 untuk Lansia
Sementara itu, China mengatakan pihaknya akan mempercepat dorongan untuk memvaksinasi orang berusia 60 tahun ke atas terhadap COVID-19, setelah negara itu mencatat rekor jumlah kasus harian dalam beberapa hari terakhir.
Dikutip Channel News Asia, Rabu (30/11/2022), pengumuman itu muncul setelah protes akhir pekan yang menuntut diakhirinya kebijakan nol-COVID yang ketat di negara itu , yang bahkan menanggapi beban kasus kecil dengan lockdown yang keras dan perintah karantina.
Komisi Kesehatan Nasional Beijing (NHC) berjanji untuk "mempercepat peningkatan tingkat vaksinasi untuk orang berusia di atas 80 tahun, dan terus meningkatkan tingkat vaksinasi untuk orang berusia 60-79".
Ia juga mengatakan akan "membentuk kelompok kerja khusus ... untuk membuat pengaturan khusus untuk vaksinasi lansia terhadap COVID-19".
“Perlu untuk melakukan pendidikan sains populer tentang arti dan manfaat vaksinasi, dan mempublikasikan sepenuhnya kemanjuran vaksin dalam mencegah penyakit parah dan kematian,” tambahnya.
Tingkat vaksinasi yang rendah di China, terutama di antara populasi yang lebih tua, telah lama dianggap memperpanjang pendekatan tanpa toleransi Beijing terhadap COVID-19.
Hanya 65,8 persen orang berusia di atas 80 tahun yang divaksinasi penuh, kata pejabat NHC dalam konferensi pers hari Selasa.
Ditambah lagi, China belum menyetujui vaksin mRNA, yang terbukti lebih efektif, untuk penggunaan publik.
Advertisement
Protes Anti-Lockdown COVID-19 Meluas di China
Kota-kota besar China di Beijing dan Shanghai dipenuhi pasukan keamanan pada Selasa 29 November 2022 setelah demonstrasi mendesak kebebasan politik dan diakhirinya lockdown COVID-19 berlangsung secara nasional.
China menghadapi protes akhir pekan yang tidak terlihat dalam beberapa dekade, karena kemarahan atas lockdown berkepanjangan yang memicu frustrasi hingga mengakar pada sistem politik negara itu secara keseluruhan.
Orang-orang yang menghadiri aksi unjuk rasa akhir pekan mengatakan kepada AFP bahwa mereka telah menerima panggilan telepon dari petugas penegak hukum yang meminta informasi tentang pergerakan mereka.
Di Shanghai, dekat lokasi di mana protes akhir pekan menampilkan seruan berani untuk pengunduran diri Presiden Xi Jinping, staf bar mengatakan kepada AFP bahwa mereka telah diperintahkan untuk tutup pada pukul 22:00 untuk "pengendalian penyakit".
Sekelompok petugas pun dikerahkan ke pintu keluar metro di dekat lokasi protes.
Pemerintah China Bakal Tindak Tegas Demonstran Anti Lockdown
Badan keamanan utama China telah menyerukan tindakan keras terhadap "pasukan musuh" setelah protes yang jarang terjadi terhadap aturan Covid-19 di kota-kota China pada akhir pekan.
Dilansir BBC, Rabu (30/11/2022), petugas polisi telah membanjiri lokasi protes yang sekarang kosong, dengan beberapa pengunjuk rasa mengatakan polisi telah menghubungi mereka untuk mencari informasi tentang keberadaan mereka.
Sementara itu pejabat kesehatan negara itu mengatakan lockdown harus "diberlakukan dan dilonggarkan dengan cepat".
China telah mencatat rekor jumlah kasus baru dalam beberapa hari terakhir. Ini adalah satu-satunya negara ekonomi besar yang memiliki kebijakan nol-Covid, dengan otoritas lokal bahkan menekan wabah kecil dengan pengujian massal, karantina, dan lockdown secara cepat.
Selama akhir pekan, ribuan orang di China turun ke jalan dan menuntut diakhirinya tindakan tegas - dengan beberapa bahkan membuat seruan langka agar Presiden Xi Jinping mundur.
Tetapi kehadiran polisi yang banyak di kota-kota besar China, termasuk Beijing dan Shanghai, tampaknya telah meredam protes lebih lanjut pada hari Senin dan Selasa.
Sementara itu, Komisi Urusan Politik dan Hukum Pusat Partai Komunis yang berkuasa, yang mengawasi penegakan hukum domestik di seluruh China, mengatakan bahwa "perlu untuk menindak kegiatan infiltrasi dan sabotase oleh pasukan musuh sesuai dengan hukum".
Namun, pernyataan tersebut, yang dilaporkan oleh kantor berita China Xinhua, tidak menyebutkan demonstrasi yang baru-baru ini terjadi.
Advertisement