Liputan6.com, Jakarta Hari Disabilitas Internasional (HDI) menjadi momen berharga bagi para difabel termasuk penyandang disabilitas fisik, Zulhamka Julianto Kadir.
Dalam menyambut HDI 2022, pria 33 tahun ini memilih untuk merayakannya dengan memberikan hadiah pada atasan-atasannya di tempat kerja.
Advertisement
“Di peringatan HDI biasanya disabilitas itu di jadikan objek pada beberapa kegiatan. Nah kali ini, Anto (panggilan akrab Zulhamka) ingin memberikan sesuatu yang beda. Ingin memberikan sesuatu kepada atasan yang begitu baik dan mendukung disabilitas sebagai suatu keberagaman,” kata Anto kepada Disabilitas Liputan6.com melalui pesan teks belum lama ini.
Pria asal Bandung ini memutuskan untuk memberi hadiah kepada atasan-atasannya berupa sketsa atau gambar wajah yang dibuat oleh rekannya yang juga penyandang disabilitas.
“Semoga dengan adanya sketsa ini bisa berkesan untuk para atasan yang ada di sketsa itu. Pada hari disabilitas pun ingin menunjukkan bahwa disabilitas pun bisa berkarya dengan adanya sketsa itu dibuat oleh disabilitas daksa. Anto menghubungi teman di Jakarta namanya Rodi untuk membuat sketsa,” tambahnya.
Selain memberi hadiah kepada atasan-atasannya, Anto juga mengambil cuti kerja untuk mengikuti kegiatan-kegiatan bersama organisasi disabilitas yang selama ini ia ikuti.
Anto pun berkisah soal awal mula dirinya dapat bekerja di perusahaan yang sekarang. Ia mulai bekerja di perusahaan telekomunikasi itu sejak 2016.
Seperti masyarakat lainnya baik yang disabilitas maupun non disabilitas, Anto juga pernah mengalami kesulitan mendapatkan pekerjaan. Puluhan lamaran telah ia masukkan ke berbagai perusahaan, tapi tak kunjung ada panggilan. Namun, setelah mengikuti organisasi disabilitas, ia mendapat banyak informasi salah satunya soal lowongan kerja.
Pengalaman Kerja Mengesankan
Pada Februari 2022, ia menyelesaikan studi singkat atau short course leadership organization disability di Australia. Sekitar sebulan setelahnya, ada informasi lowongan kerja disabilitas sebagai contact center salah satu provider telekomunikasi.
“Lalu saya mendaftar, alhamdulillah saya diterima. Saat melamar, saya disatukan dengan pelamar lainnya, artinya (perusahaannya) sudah menerapkan inklusi.”
“Saat itu ada 2 orang disabilitas seangkatan bareng dengan Anto dan ikut training sekitar 20 orang, hingga sekarang 2022 masih bekerja di situ.”
Selama bekerja, hal-hal yang paling berkesan baginya adalah pihak perusahaan yang memerhatikan kebutuhan pekerja disabilitas, tidak ada yang dibedakan.
“Contohnya, untuk karyawan laki-laki itu ada shift malam, tapi untuk disabilitas bisa disesuaikan jika tidak mampu masuk malam. Dari awal kerja sampai sekarang tidak ada jadwal malam,” ujarnya.
Advertisement
Suasana Kerja Positif
Anto juga mengatakan bahwa lingkungan kerja termasuk atasan dan rekan-rekannya amat baik sehingga suasana kerja pun positif.
“Untuk atasan, rekan kerja, semua sangat baik dan ramah maka terciptalah suasana kerja yang enak, tidak ada di beda-bedakan antara pekerja disabilitas dan non disabilitas. Untuk atasan-atasan Anto pun sangat mendukung, apalagi saat masanya corona, Anto diberi kesempatan untuk kerja dari rumah (WFH).”
Ayah satu anak ini pun tak memungkiri bahwa fasilitas di kantornya pun sudah inklusif.
“Sudah inklusif, dari sisi gedung sudah ada ramp dan lift, tapi WC saja yang belum ada toilet khusus disabilitas. Namun lingkungan kerja sangat baik, terkadang minta bantuan teman dan ada juga OB kantor.”
Tantangan Selama Bekerja
Soal tantangan kerja, Anto merasa tantangannya cenderung sama dengan rekan-rekan lainnya yang non disabilitas.
“Tantangan kerja itu harus tetap memenuhi kebutuhan-kebutuhan perusahaan, target-target perusahaan yang harus terpenuhi. Walau disabilitas, tetap semua itu sama kalau dilihat dari sisi pekerjaan atau job desk-nya.”
Meski begitu, tantangan yang agak berbeda adalah tantangan ketika hendak berangkat kerja.
“Seperti halnya kalau ke kantor harus ada usaha dua kali lipat dibandingkan teman-temman pada umumnya. Tapi Alhamdulillah, saat ini Anto sebagai disbalitass masih diberi kesempatan untuk WFH. Jika bisa ke kantor, datang ke kantor tapi jika tidak memungkinkan, kerja di rumah.”
Kebijakan ini diberikan kepada Anto karena diperkuat dengan alasan lain yakni anak semata wayangnya jatuh sakit sejak satu tahun terakhir, dan harus memakai kursi roda.
“Jadi aktivitas terbagi antara anak dan saya yang perlu bantuan istri (non disabilitas) untuk aktivitas,” katanya.
Advertisement