Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu melihat realisasi angka inflasi di November 2022 merupakan bukti bahwa stabilitas harga domestik tetap terjaga. Bahkan, tingkat inflasi yang dirilis BPS ini lebih rendah dari perkiraan awal.
"Inflasi November lebih rendah dari prediksi yang kita hitung di internal Kemenkeu," kata Febrio dalam keterangan resminya, Jakarta, Kamis (1/12/2022).
Advertisement
Dilihat dari komponen pembentuk, inflasi inti menjadi kontributor terbesar, dengan bergerak stabil pada 3,3 persen (yoy). Angka ini mencerminkan masih kuatnya daya beli masyarakat ditengah tekanan kenaikan harga.
Rendahnya inflasi tersebut kata dia, merupakan hasil positif dari bauran kebijakan pengendalian inflasi, terutama komponen inflasi pangan. Keberhasilan tersebut dicapai melalui koordinasi antar otoritas terkait dalam upaya menjaga daya beli masyarakat yang perlu terus diperkuat untuk mendukung pemulihan ekonomi.
Tren stabil ini terjadi pada beberapa kelompok pengeluaran, seperti sandang, perumahan, perlengkapan rumah tangga, informasi dan komunikasi, yang juga mengindikasikan stabilnya inflasi jasa.
Sementara, inflasi pangan bergejolak (volatile food) menurun cukup dalam menjadi 5,7 persen (yoy) dari yang sebelumnya 7,20% pada bulan oktober. Penurunan ini didukung oleh deflasi harga aneka cabai.
Selain itu, inflasi harga diatur pemerintah (administered price) mengalami penurunan minor menjadi 13,0 persen (yoy) dari sebelumnya 13,28 persen (yoy). Penurunan ini didorong oleh normalisasi tarif angkutan udara.
Ke depan, Pemerintah terus berupaya menjaga daya beli masyarakat, dengan mengoptimalkan alokasi APBN dan APBD. Penyaluran Belanja Wajib Perlindungan Sosial dan Belanja Tidak Terduga (BTT) akan terus dipercepat untuk mendukung terkendalinya inflasi daerah.
"Pemerintah Pusat dan Daerah terus memonitor harga dan stok pangan, serta ketersediaan armada penerbangan dalam mempersiapkan momen Natal dan Tahun Baru sebagai antisipasi tekanan inflasi menjelang akhir tahun”, tutup Febrio.
Inflasi November 2022 Turun ke 5,42 Persen
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut tingkat inflasi November 2022 mengalami pelemahan. Tingkat inflasi di bulan November tercatat 5,42 persen (yoy) atau lebih rendah dari tingkat inflasi di bulan Oktober sebesar 5,71 persen (yoy).
"Terdapat tekanan inflasi yang melemah pada bulan November ini. Kalau dilihat secara tahunan, terjadi inflasi 5,42 persen atau terjdi kenaikan indeks harga konsumen (IHK) dari 107,05 pada bulan November menjadi 112,85 di Oktober," kata Deputi Bidang Statistik, Distribusi dan Jasa, BPS, Setianto dalam konferensi pers, Jakarta, Kamis (1/12).
Setianto melanjutkan secara bulanan tingkat inflasi di bulan November tercatat 0,09 persen (mtm). Sehingga tingkat inflasi tahun kalendernya sebesar 4,82 persen.
Berdasarkan komoditasnya, penyumbang inflasi tertinggi yaitu bensin, bahan bakar rumah tangga, tarif angkutan udara, rokok, beras, telur ayam ras, dan tarif angkitan dalam kota.
"Ini komoditas penyumbang inflasi tertinggi secara tahunan," kata dia.
Setianto menjelaskan, dari 90 kota dan kabupaten yang diamati BPS, tingkat inflasi tertinggi terjadi di Tanjung Selor, Kalimantan. Tingkat inflasinya mencapai 9,20 persen yang dikontribusi dari komoditas angkutan udara (2,07 persen), bensin (1,2 persen), bahan bakar rumah tangga (0,87 persen) dan cabai rawit (0,21 persen).
Advertisement
Inflasi Terendah
Sementara itu, tingkat inflasi terendah ada di Maluku Utara, yakni Kota Ternate dengan tingkat inflasi hanya 3,26 persen. Adapun komoditas penyumbang inflasinya yaitu angkutan udara (1,21 persen), bensin (0,66 persen), bawang merah (0,39 persen) dan bahan bakar rumah tangga (0,21 persen).
"Inflasi terendah dari 90 kota dan kabupaten di Ternate sbesar 3,26 persen," kata dia.
Sementara itu, tingkat inflasi tertinggi berdasarkan pulau antara lain, di Sumatera , inflasi tertinggi ada di Bukit Tinggi sebesar 7,01 persen. Di Jawa, tingkat inflasi tertinggi di Jember sebesar 7,76 persen. Di Kalimantan, inflasi tertinggi ada di Tanjug Selor sebesar 9,20 persen.
Untuk wilayah Bali-Nusra, tingkat inflasi tertinggi di Kupang sebesar 7,30 persen. Di Sulawesi, inflasi tertinggi ada di Pare-Pare sebesar 7,11 persen. Sedangkan di Papua, tingkat inflasi tertinggi di Kota Jayapura sebesar 6,81 persen.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com