Liputan6.com, Abu Dhabi - Sejarah mencatat hari ini pada tahun 1971 lalu, merupakan momen penyatuan Uni Emirat Arab.
Uni Emirat Arab (UEA) terdiri dari tujuh emirat dan didirikan pada 2 Desember 1971 sebagai federasi. Enam dari tujuh emirat -- Abu Dhabi, Dubai, Sharjah, Ajman, Umm Al Quwain dan Fujairah -- digabungkan pada tanggal tersebut. Emirat ketujuh, Ras al Khaimah, bergabung dengan federasi pada 10 Februari 1972.
Advertisement
Mengutip Merazone, artefak yang ditemukan di UEA menunjukkan sejarah tempat tinggal manusia, transmigrasi, dan perdagangan selama lebih dari 125.000 tahun. Melalui tiga Zaman Besi dan periode Helenistik berikutnya, kawasan ini terus menjadi pusat perdagangan pesisir yang penting.
Daerah tersebut kemudian mengalami Islamisasi pada abad ke-7, sebuah posisi yang dikonsolidasikan oleh Perang Ridda dan Pertempuran Dibba. Era Islam juga memunculkan daerah itu sebagai pusat perdagangan yang penting, terutama berpusat di sekitar pelabuhan Julfar, Dibba, dan Khor Fakkan.
Di era berikutnya, sejumlah penyerangan dan pertempuran terjadi di sepanjang pantai ketika Portugis, di bawah Afonso de Albuquerque, menginvasi wilayah tersebut dan mengganggu jaringan perdagangan Arab. Invasi Portugis ini memicu penurunan perdagangan dan peningkatan konflik regional menyusul fragmentasi otoritas Hormuzi.
Pada 1820, Inggris memasuki kawasan itu dan menawarkan perlindungan kepada suku-suku sebagai imbalan atas kendali tanah tersebut. Putus asa untuk perdamaian, banyak suku menerima tawaran ini dan membiarkan Inggris bertanggung jawab menyelesaikan perselisihan mereka.
Pada tahun 1968, Inggris mundur dari perjanjian tersebut setelah mulai mengalami kerugian finansial.
Keputusan Inggris, yang diambil pada awal 1968, untuk menarik diri dari keterlibatannya di Trucial States (negara-negara genting), berujung pada keputusan untuk mendirikan sebuah Federasi.
Pembentukan Federasi
Pembentukan Federasi disepakati antara dua penguasa paling berpengaruh, yaitu Sheikh Zayed bin Sultan Al Nahyan dari Abu Dhabi dan Sheikh Rashid bin Saeed Al Maktoum dari Dubai. Keduanya mengundang penguasa lainnya untuk bergabung dengan Federasi.
Mulanya, diduga Bahrain dan Qatar juga akan bergabung dengan Uni Emirat Arab, tetapi mereka akhirnya memutuskan untuk merdeka.
Pada tanggal 2 Desember 1971, emirat mengumumkan kemerdekaannya dari Inggris dan menjadi Uni Emirat Arab (UEA). Di tahun berikutnya, Ras Al Khaimah, emirat ketujuh juga bergabung dalam serikat ini.
Untuk menandai persatuan tujuh emirat dan deklarasi Uni Emirat Arab, bendera UEA seperti yang kita kenal sekarang dikibarkan, dan presiden pertama UEA dipilih yaitu Sheikh Zayed bin Sultan Al Nahyan. Sheikh Zayed dipilih karena dia adalah Emir Abu Dhabi, negara terkaya di antara tujuh emirat lainnya.
Advertisement
United Arab Emirates National Day
2 Desember ditetapkan sebagai Hari Nasional UEA atau United Arab Emirates National Day. Tahun ini, hari libur nasional itu akan menjadi acara kenegaraan yang besar ke-51. Menurut Emirates News Agency, Organizing Committee (panitia penyelenggara) "menelepon semua orang UEA pulang untuk perayaan nasional yang menandai Hari Nasional UEA ke-51".
Hari Nasional Uni Emirat Arab menandai berdirinya negara-negara emirat sebagai satu bangsa yang bersatu. Hari ini memberikan kesempatan untuk perayaan akbar bagi warga emirat di Timur Tengah.
Hari Nasional UEA dikenal sebagai hari kebebasan dan berdirinya UEA sebagai negara yang merdeka dan kuat. Setelah dipisahkan dan dibentuk sebagai UEA, negara tersebut berkembang dengan industri gas dan minyaknya yang dikenal hingga saat ini.
Perkembangan dan pertumbuhan yang drastis juga mengarah pada pariwisata yang lebih tinggi dan peluang perusahaan untuk memperluas pasar secara internasional. Peringatan perjuangan kemerdekaan melalui Hari Nasional UEA dirayakan di negara tersebut setiap tahunnya, dikutip dari Merazone.
Perusahaan UEA Jajaki Investasi Teknologi AI di Indonesia
Sementara itu, baru-baru ini, UEA menjalin kerja sama dengan Indonesia, bukan di sektor minyak bumi, tapi IT.
Perusahaan analitik big data dan kecedasan buatan terkemuka asal Uni Emirat Arab (UEA), Presight AI (anak perusahaan dari G42) menjalin kemitraan strategis dengan perusahaan bio-teknologi dan data genomik dari Indonesia, Asa Ren, untuk menghadirkan solusi analitik bioinformatika terhadap peningkatan performa taktis.
kerja sama ini akan memanfaatkan teknologi analitik big data dan solusi AI serta machine learning dari Presight AI dengan kemampuan pengolahan bioinformatika milik Asa Ren, yang bertujuan untuk mengembangkan platform data analitik performa kebugaran berbasis big data yang dapat dimanfaatkan untuk bidang performa taktis dan olahraga.
Dengan proyeksi pertumbuhan pasar global terhadap data analitik olahraga yang mencapai USD 12,6 Milliar pada 2029 mendatang, kerja sama ini diharapkan dapat membuka potensi terbaik untuk kedua perusahaan pada momentum pertumbuhan industri ini dengan menawarkan solusi applicable yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan pasar saat ini.
MoU ini ditandatangani oleh Thomas Pramotedham, CEO Presight, dan Aloysius Liang, CEO dan founder dan CEO Asa Ren pada rangkaian tambahan B20 Summit dalam penyelenggaraan G20 Indonesia 2022.
"Dengan kolaborasi ini, kami bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan data dan pengetahuan seputar performa analitik olahraga dengan mendorong pendekatan inovatif yang menggunakan analitik big data, AI, dan bioinformatika di industri analisis performa olahraga," kata Thomas Pramotedham.
Penulis: Safinatun Nikmah.
Advertisement