Liputan6.com, Jakarta Kegagalan Jerman lolos ke babak 16 besar Piala Dunia 2022 ditimpali beragam komentar. Salah satunya ‘karma’ Jerman ketika para fans mengungkit gol Frank Lampard yang dianulir pada Piala Dunia 2010.
Bagaimana ceritanya, apa kaitannya gol Lampard yang dianulir dengan kegagalan Der Panzer di Qatar kali ini? Ternyata, yang dimaksud fans tak lepas dari keputusan VAR yang menyatakan bola ‘tidak keluar’ saat Jepang bentrok dengan Spanyol di Khalifa International Stadium, Jumat (2/12/2022) dini hari WIB.
Advertisement
Jepang sempat tertinggal dari Spanyol berkat gol Alvaro Morata pada menit ke-11, namun Jepang bangkit mengejar ketertinggalan mereka di babak kedua. Jepang akhirnya menyamakan kedudukan berkat gol Ritsu Doan pada menit ke-48, dan gol Ao Tanaka tiga menit kemudian.
Gol dari Tanaka yang dianggap penuh kontroversi, karena bola sempat terlihat meninggalkan lapangan sebelum terjadinya gol itu. Fakta inilah yang dianggap banyak fans sebagai ‘karma’ Jerman ketika gol Lampard dianulir di Piala Dunia 2010.
Gol Tanaka bukan saja menyegel kemenangan Jepang atas Spanyol 2-1, tapi meloloskan Negeri Matahari Terbit ke babak 16 besar. Andai saja gol Tanaka dianulir dan pertandingan mereka berakhir imbang 1-1, Jerman tentu saja memiliki kans lolos karena Der Panzer memiliki keunggulan agresivitas gol atas Jepang walau memiliki poin sama 4. Namun, apa mau dikata, sejarah telah dibuat. Jepang melanjutkan keunggulan mereka. Sementara juara empat kali, Jerman, akhirnya tersingkir pada rintangan pertama untuk Piala Dunia kedua berturut-turut.
Tragedi Gol Hantu Lampard 2010
Setelah peluit penuh waktu, para penggemar mengatakan itu adalah ‘karma’ bahwa Jerman tersingkir pada saat seperti itu setelah upaya Lampard pada 2010 dikesampingkan, meskipun jelas melewati batas garis gawang.Saat itu, Inggris tertinggal 2-0 melawan Jerman di pertandingan babak 16 besar Piala Dunia, tetapi membalaskan satu gol melalui Matthew Upson.
The Three Lions mulai menumpuk tekanan saat upaya Lampard membentur bagian bawah mistar gawang Jerman. Itu jelas melewati garis sebelum memantul menjauh dari jaring.
Tapi, wasit memutuskan bahwa bola tidak melewati garis dan Jerman akhirnya memenangkan pertandingan 4-1. Kurangnya teknologi merugikan Inggris hari itu, tetapi para penggemar dengan cepat menampilkan teknologi yang melimpah saat Jepang melibas Spanyol.
Seorang penggemar berkata: "Karma untuk gol Lampard yang melewati garis sekitar lima yard pada tahun 2010," sementara yang lain berkomentar: "Itu untuk gol hantu Lampard pada tahun 2010. Mungkin butuh 12 tahun untuk karma, tetapi melihat Jerman keluar dengan cara ini rasanya sangat enak."
Yang ketiga berkata: "Karma mungkin memakan waktu cukup lama, tetapi keadilan akhirnya terjadi untuk Lampard."
Joe Cole, yang bermain untuk Inggris hari itu pada 2010, juga mengungkit momen terkenal Lampard dalam komentar pasca pertandingannya di beIN Sports.
Dia berkata: "Ini merugikan Jerman, tetapi pada 2010 melawan Inggris di pertandingan terakhir saya, gol Frank Lampard jelas sudah melewati batas. Tidak ada simpati dari saya."
Sementara saat Graeme Souness mengomel tentang keputusan VAR di dalam studio ITV, banyak media sosial bereaksi terhadap malam sepak bola yang tak terlupakan di Qatar.
Seseorang berkata: "Jepang memenangkan grup dengan Spanyol dan Jerman di dalamnya adalah salah satu hal terbaik yang terjadi di Piala Dunia selama bertahun-tahun."
Yang lain menulis: "Bagi Jepang untuk menjadi yang teratas grup dengan Spanyol dan Jerman, sementara juga kalah dari Kosta Rika, adalah kejutan penyisihan grup Piala Dunia yang paling gila dalam hidup saya."
Yang ketiga berkomentar: "Bawa saya kembali 15 menit yang lalu ketika Kosta Rika memimpin 2-1 dan Jerman keluar dari dongeng adalah nyata."
Advertisement
Tanggapan Jerman atas Insiden Gol Kedua Jepang
DFB selaku otoritas sepak bola Jerman belum memberikan gugatan atas insiden itu, tapi mereka tentunya akan mengambil hal yang diperlukan jika benar fakta itu merugikan kiprah Der Panzer.
Yang jelas, Hansi Flick sebagai pelatih kepala Jerman enggan mencari kambing hitam atas kegagalan Der Panzer menembus babak 16 besar. Mantan pelatih Bayern Muenchen itu menilai timnya telah memberikan segalanya, walau di luar ekspektasi pada akhirnya.
“Kami bermain menekan sepanjang laga (melawan Kosta Rika). Kami bahkan merespon dengan sangat baik di babak kedua yang menghasilkan tiga gol tambahan,” cetus Flick.
Mengenai masalah gol Jepang yang tak dianulir setelah bola meninggalkan lapangan lebih dahulu, Flick hanya menyerahkan wewenang itu sepenuhnya kepada DFB.
Flick hanya ingin meminta maaf kepada seluruh masyarakat Jerman karena gagal memberikan ekspektasi lebih. Dia berharap pembinaan sepak bola Jerman lebih baik lagi ke depannya.
Baca Juga