Liputan6.com, Jakarta - Hari AIDS Sedunia jatuh setiap 1 Desember. Untuk memperingatinya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengajak semua pihak untuk mencapai tujuan global mengakhiri AIDS pada 2030.
WHO menyerukan kepada para pemimpin global dan warga negara untuk berani mengakui dan mengatasi ketidaksetaraan yang menghambat kemajuan pencapaian tujuan tersebut.
Advertisement
Organisasi ini bergabung dengan mitra dan komunitas global dalam memperingati Hari AIDS Sedunia 2022 dengan tema “Equalize”. Sebuah pesan yang menyoroti kebutuhan untuk memastikan bahwa layanan HIV esensial menjangkau mereka yang paling berisiko dan membutuhkan. Terutama bagi anak-anak yang hidup dengan HIV, populasi kunci terhadap HIV dan pasangannya.
“Dengan solidaritas global dan kepemimpinan yang berani, kami dapat memastikan setiap orang menerima perawatan yang mereka butuhkan,” kata Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam keterangan pers.
“Hari AIDS Sedunia adalah kesempatan untuk menegaskan kembali dan fokus kembali pada komitmen bersama kita untuk mengakhiri AIDS sebagai ancaman kesehatan masyarakat pada tahun 2030,” tambahnya
HIV tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat utama yang memengaruhi jutaan orang di seluruh dunia. Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa respons terhadap penyakit ini belum optimal.
Fakta-fakta itu mencakup:
- Dari 38 juta orang yang hidup dengan HIV, 5,9 juta orang yang mengetahui bahwa mereka mengidap HIV tidak menerima pengobatan.
- Lebih dari 4 juta orang yang hidup dengan HIV belum didiagnosis.
Selanjutnya
- Sementara, 76 persen orang dewasa secara keseluruhan menerima pengobatan antiretroviral yang membantu mereka menjalani hidup normal dan sehat.
- Hanya 52 persen anak yang hidup dengan HIV yang mengakses pengobatan ini secara global pada tahun 2021.
- Sebanyak 70 persen infeksi HIV baru terjadi pada orang-orang yang terpinggirkan dan sering dikriminalisasi.
· Sementara penularan telah menurun secara keseluruhan di Afrika, belum ada penurunan yang signifikan di antara laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki – kelompok populasi kunci – dalam 10 tahun terakhir.
Advertisement
Kaitan dengan Mpox
Data WHO yang tersedia menunjukkan bahwa di antara orang yang dipastikan mengidap mpox (monkey pox/cacar monyet), sejumlah besar (52 persen) adalah orang yang hidup dengan HIV.
Data global yang dilaporkan ke WHO menunjukkan bahwa orang yang hidup dengan mpox dengan HIV yang tidak diobati tampaknya berisiko untuk penyakit yang lebih parah daripada orang tanpa HIV.
Tanggapan saat ini terhadap mpox menunjukkan bahwa penularan dapat bergerak cepat dalam jaringan seksual dan dalam populasi yang terpinggirkan. Namun, itu juga bisa dicegah dengan kesadaran masyarakat dan sikap terbuka untuk mengatasi stigma. Menghilangkan stigma dapat meningkatkan kesehatan, kesejahteraan, dan nyawa bisa diselamatkan.
Rekomendasi WHO
Pada Hari AIDS Sedunia ini, WHO merekomendasikan fokus baru untuk menerapkan pedoman WHO tahun 2022 untuk menjangkau HIV dan kebutuhan kesehatan terkait populasi kunci dan anak-anak.
“Orang tidak boleh menolak layanan HIV tidak peduli siapa mereka atau di mana mereka tinggal, jika kita ingin mencapai kesehatan untuk semua,” kata Direktur Program HIV, Hepatitis dan IMS WHO Dr Meg Doherty.
“Untuk mengakhiri AIDS, kita perlu mengakhiri infeksi baru di antara anak-anak, mengakhiri kurangnya akses pengobatan kepada mereka, dan mengakhiri hambatan struktural, stigma serta diskriminasi terhadap populasi kunci di setiap negara sesegera mungkin.”
Untuk sampai pada 2030, tersisa waktu sekitar 8 tahun perjuangan mengakhiri AIDS sebagai ancaman kesehatan global. WHO menyerukan solidaritas global dan kepemimpinan yang berani dari semua sektor. Berbagai sektor perlu memastikan semua pihak kembali ke jalur untuk mengakhiri AIDS.
Advertisement