Tinggalkan Bahan Bakar Fosil, Pelaku Industri Mulai Beralih ke PLTS

Ketergantungan akan bahan bakar fosil yang menghasilkan jejak emisi karbon kini secara perlahan ditinggalkan oleh para pelaku industri.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Des 2022, 16:40 WIB
Ilustrasi PLTS.

Liputan6.com, Jakarta Ketergantungan akan bahan bakar fosil yang menghasilkan jejak emisi karbon kini secara perlahan ditinggalkan oleh para pelaku industri.

Menyadari akan bahaya lingkungan yang diakibatkan oleh penggunaan energi fosil serta permintaan masyarakat untuk menghadirkan produk atau jasa yang ramah lingkungan, transisi energi dengan memanfaatkan energi terbarukan mulai menjadi primadona.

Dorongan untuk mengelola emisi melalui pembangunan yang efisien serta penggunaan energi terbarukan sebagai sumber energi alternatif, dianggap menjadi salah satu cara cepat mencapai target nol emisi karbon.

Sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan angka bauran energi terbarukan menuju Indonesia nol emisi karbon di tahun 2060, SUNterra giat bekerja sama dengan berbagai pihak untuk melakukan instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) guna mengurangi jejak karbon dari aktivitas operasional setiap perusahaan.

Semenjak berdiri pada tahun 2020, SUNterra telah mencatatkan proyek PLTS lebih dari 2,5 MWp dengan instalasi yang berfokus pada sektor residensial, sosial, dan komersial skala menengah.

"Setiap langkah nyata yang dilakukan oleh para pelanggan kami menjadi kebanggan tersendiri bagi kami. Langkah kami untuk mengajak sebanyak-banyaknya para pelaku bisnis untuk menggunakan energi terbarukan yang mendukung aktivitas operasional perusahaan menunjukkan hasil yang signifikan," ungkap Chief Executive Officer SUNterra Fanda Soesilo, Jumat (2/12/2022).

PT Bussan Auto Finance (BAF) menjadi salah satu portofolio komersial yang membanggakan bagi SUNterra. Instalasi PLTS dilakukan pada kantor pusat BAF, dengan kapasitas 31,86 kWp dan menjadi wujud nyata BAF dalam menjalankan praktik bisnis yang berkelanjutan.

 

 


Instalasi Sistem PLTS

instalasi PLTS atap.

Instalasi sistem PLTS pada kantor pusat BAF menggunakan panel surya dengan kapasitas per panel sebesar 540 Wp. Menggunakan panel surya dari LONGi yang dilengkapi dengan Half-Cut Technology dan Solid PID resistance, membuat sistem PLTS di BAF ini memiliki durabilitas dan performa sistem PLTS yang tangguh.

Selain itu, teknologi LONGi juga memiliki tingkat degradasi yang sangat kecil sehingga efektivitas produksi energi per panel tidak akan di bawah 80 persen selama 25 tahun. Melalui instalasi ini, BAF diperkirakan dapat menurunkan emisi karbon sebanyak 380 ton dan setara menanam 11.320 pohon selama 25 tahun.

Di sisi teknologi lain, sistem PLTS di BAF juga diimbangi dengan menggunakan salah satu lini inverter terbaik dari Sungrow bertipe SG33CX. Inverter seri premium Sungrow SG33CX ini dirancang untuk pengaplikasian sistem PLTS Atap di segmen komersial industrial yang mampu menghadirkan hasil daya yang lebih tinggi, sistem monitoring energi yang cerdas, serta tingkat efektivitas hingga 98,7 persen.

 


Inverter

(Ki-Ka) CEO SUNterra & SUN Mobility Fanda Soesilo, CEO SUN Energy Phillip Lee, CCO SUN Energy Dion Jefferson dan Head of Digital Power Business Unit Huawei Tech Investment Andi Liu berbincang pada peluncuran SUN Energy Tech Space di Jakarta, Kamis (14/07/2022) (Liputan6.com/Fery Pradolo)


Inverter ini dilengkapi dengan sistem keamanan IP66 dan C5, sehingga terhindar dari korosi dan terlindung dari ancaman eksternal seperti debu atau semprotan air yang dapat menurunkan kualitas performa inverter ini.

"Kami sangat mengapresiasi langkah BAF dalam menggunakan sistem PLTS Atap pada kantor pusatnya. SUNterra yakin pemasangan PLTS Atap ini dapat menjadi inspirasi bagi perusahaan lainnya untuk mengambil bagian dari gerakan Indonesia bebas emisi karbon dalam mengurangi dampak perubahan iklim yang semakin nyata," ungkapnya.

"Salah satu cara yang bisa kita lakukan bersama adalah dengan beralih dari energi fosil ke energi terbarukan dengan memasang sistem energi surya," tutup dia.

motor listrik lebih murah dalam perawatan, tapi tidak untuk baterai (liputan6.com/abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya