Dokter di Aceh Ungkap Cakupan Imunisasi Polio Menurun Sejak 2017

Cakupan imunisasi polio di Aceh sudah mengalami penurunan sejak 2017, terutama yang melibatkan jarum suntik.

oleh Diviya Agatha diperbarui 03 Des 2022, 11:00 WIB
Seorang petugas kesehatan bersiap untuk memberikan vaksin polio kepada balita di sebuah posyandu di Banda Aceh, Aceh, Rabu (4/10/2020). Pemberian vaksin polio dan vaksin campak secara gratis yang berlanjut di tengah pandemi COVID-19 bertujuan memperkuat imunitas anak. (CHAIDEER MAHYUDDIN / AFP)

Liputan6.com, Jakarta Saat ini, imunisasi massal terutama untuk polio tengah dilakukan di Provinsi Aceh. Upaya tersebut dilakukan menyusul dengan adanya temuan satu kasus polio di Kabupaten Pidie pada awal November 2022 lalu.

Dokter spesialis anak di Aceh sekaligus Anggota Unit Kerja Koordinasi Infeksi Penyakit Tropik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Raihan mengungkapkan bahwa memang cakupan imunisasi polio anak di Aceh sudah menurun sejak 2017.

"Aceh itu sebenarnya agak lumayan dari 2011 secara cakupan (imunisasi), 80-90 persen. Paling rendah adalah 72 persen. Namun sejak tahun 2017 di Aceh sendiri sudah mulai turun, pernah sampai 50-60 persen," ujar Raihan dalam media group interview bersama IDAI, Jumat (2/12/2022).

"Apalagi kalau kita lihat di Pidie. Tahun 2021, 2022, bahkan mulai tahun 2018, cakupannya tidak pernah sampai 30 persen. Jadi anak-anak ini memang kurang (imunisasinya)," tambahnya.

Raihan menjelaskan, imunisasi polio tetes di Pidie hanya mencapai 31,6 persen hingga 14 September 2022. Sedangkan untuk imunisasi polio suntik hanya 0,14 persen karena banyak yang menolak.

"Untuk seluruh kabupaten di Aceh, Pidie menempati urutan paling rendah cakupan imunisasinya," kata Raihan.

Sebelum munculnya kasus polio baru di Aceh, Raihan mengungkapkan bahwa ada beberapa hal yang menyebabkan cakupan imunisasi di sana rendah. Salah satunya disebabkan oleh orangtua yang tidak mau membawa anaknya imunisasi karena anggapan tidak perlu.

"Dilakukan survei oleh Dinas Kesehatan kabupaten Pidie, kalau untuk (imunisasi) oral, mereka merasa itu tidak perlu. Jadi lumayan, sampai hampir 40 persen orangtua merasa tidak perlu," kata Raihan.


Ketidakpahaman yang Menimbulkan Ketakutan

Anak-anak mengantre untuk mendapat giliran saat kampanye imunisasi polio di Sigli Town Square di Pidie, Aceh, Senin (28/11/2022). Kementerian Kesehatan melakukan vaksinasi massal guna mencegah meluas kasus polio di daerah itu sehubungan terjadinya penambahan kasus menjadi empat anak terinfeksi polio type 2 di provinsi Aceh. (AP Photo/Riska Munawarah)

Lebih lanjut Raihan mengungkapkan bahwa anggapan tidak perlu imunisasi sendiri mungkin disebabkan karena ketidakpahaman para orangtua terkait manfaat imunisasi.

Belum lagi, banyak yang merasa khawatir pada Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).

"Mungkin karena pemahaman terhadap penyakit yang akan diderita oleh anaknya tidak begitu baik. Mereka khawatir kalau anaknya demam, rewel terus, sakit-sakitan," ujar Raihan.

Selanjutnya, ada pula yang belum paham terkait proses pemberian imunisasi tetes. Raihan menjelaskan, ada yang ketakutan disuntik saat hendak diberikan imunisasi polio tetes. Padahal, imunisasi tetes tentu tidak dilakukan menggunakan jarum suntik.

"Masih ada yang kurang paham. Sampai polio tetes saja, mereka takut disuntik. Padahal imunisasi polio ini diteteskan. Itu masih ada," ujar Raihan.


Ketakutan Orangtua pada Imunisasi Suntik

Pekerja medis memberikan imunisasi polio dari petugas medis saat berlangsung vaksinasi massal di Sigli Town Square, Pidie, Aceh, Senin (28/11/2022). Menyusul kejadian luar biasa (KLB) polio beberapa pekan lalu di Kabupaten Pidie, pemerintah memberikan imunisasi polio tambahan pada anak usia 0-13 tahun di seluruh wilayah Provinsi Aceh . (AP Photo/Riska Munawarah)

Begitupun dalam hal imunisasi suntik yang memang banyak ditolak oleh masyarakat di Aceh. Raihan mengungkapkan, banyak orangtua yang takut pada efek samping imunisasi suntik setelahnya. Serta, lagi-lagi, masih ada anggapan tidak perlu.

"Untuk polio suntik, tetap alasan pertama dan kedua itu karena takut anaknya sakit setelah diimunisasi dan menganggap tidak perlu," kata Raihan.

Belum lagi pada ketakutan akibat testimoni dari masyarakat yang sudah pernah melakukan imunisasi. Dari sanalah, menurut Raihan, muncul ketakutan yang kuat di Aceh terkait imunisasi.

Pada saat kasus polio muncul di Pidie, pihak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akhirnya melakukan penelusuran. Saat itu, dari 26 rumah yang dikunjungi, hanya 8 anak yang sudah diimunisasi polio tetes. Sedangkan tidak ada satupun yang sudah diimunisasi suntik polio.


Imunisasi Massal Polio di Aceh

Anak-anak mengantre untuk mendapat giliran saat kampanye imunisasi polio di Sigli Town Square di Pidie, Aceh, Senin (28/11/2022). Salah satu kemungkinan penyebab munculnya kasus polio di Aceh berkaitan dengan rendahnya cakupan imunisasi di wilayah tersebut. (AP Photo/Riska Munawarah)

Berdasarkan keterangan Kemenkes RI, imunisasi massal polio telah dimulai pada 28 November 2022 di Kabupaten Pidie. Imunisasi massal pertama tersebut akan dilakukan serentak selama sepekan.

Imunisasi massal polio kali ini diberi tajuk Sub Pekan Imunisasi Nasional (Sub PIN).

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, dr Maxi Rein Rondonuwu menjelaskan, Sub PIN tersebut akan dilaksanakan pada 21 kabupaten dan kota di Provinsi Aceh.

Namun pelaksanaannya akan dilakukan bertahap dalam dua putaran dengan target sasaran 1.217.939 anak rentang usia 0-12 tahun.

Pada putaran pertama, Sub PIN dilakukan di Kabupaten Pidie pada 28 November 2022. Selanjutnya, imunisasi massal di Kota Banda Aceh, Aceh Besar, Pidie Jaya, Bireun, Aceh Utara, dan Kota Sabang akan dimulai pada 5 Desember mendatang.

Sedangkan untuk kabupaten dan kota lainnya di Provinsi Aceh akan dimulai pada 12 Desember 2022. Sementara Sub PIN putaran kedua akan dimulai pada minggu keempat bulan Januari 2023 yang meliputi seluruh wilayah di Provinsi Aceh.

Infografis 5 Cara Penanganan Dini KIPI pada Anak Pasca-Vaksinasi Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya