Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Indonesia saat ini tengah membangun ekosistem kendaraan listrik. Presiden Joko Widodo menjamin industri ini bakal jadi incaran para investor 5 tahun ke depan.
"Kalau ini jadi percaya saya, perkiraan saya 2026-2027 kita sudah kelihatan lompatan ini akan kelihatan," kata Jokowi pada acara Kompas 100 CEO Forum 2022 di Istana Negara, Jakarta, Jumat (2/12).
Advertisement
Para investor ini kata Jokowi akan berbondong-bondong masuk ke industri motor listrik atau mobil listrik. Sebab Indonesia bisa memenuhi 50 persen kebutuhan kendaraan listrik di pasar.
"Inilah yang harus kita tangkap, saya kemarin hitungan-hitungan, 60 persen mobil listrik, kendaraan listrik akan tergantung dari EV battery kita. 60 persen dari pangsa pasar yang ada di dunia. Inilah kekuatan besar kita nanti. ," kata dia.
Dia pun mendorong para pengusaha untuk mengambil kesempatan berinvestasi di kendaraan listrik. Dia berharap akan ada kerja sama dalam bidang teknologi agar bisa melakukan transfer ilmu selain teknologinya.
"Silakan bapak ibu yg memiliki kekuatan untuk masuk ke sana. Sehingga nanti ada transfer teknologinya, ada transfer knowledgenya, dapat kita," kata dia.
Di sisi lain Jokowi menyebut ekspor nikel mentah mengalami peningkatan dari USD 1,1 miliar menjadi USD 20,8 miliar. Meski terlihat baik namun sebenarnya bukan itu yang jadi tujuan Indonesia.
"Ya itu bagus, tapi bukan itu tujuan kita. Itu baru step pertama, bukan tujuan utama kita di situ. Tujuan utama kita adalah membangun sistem, membangun ekosistem besar," kata dia.
Hilirisasi Nikel
Jika industri hilirisasi nikel dan kendaraan listrik ini bisa diintegrasikan, maka akan banyak yang diuntungkan. Bukan hanya untuk kendaraan listrik tetapi industri baterai.
"Bukan urusan EV saja, bukan urusan sepeda motor listrik saja yang akan tergantung. Nanti yang namanya mobilnya, sasisnya kita skrg masih beli misalnya, setelah ini jadi semuanya dari dalam semuanya," kata dia.
"Pesawat, body semuanya beli juga dari kita sendiri. Sehingga akan datang itu perkiraan saya akan datang itu industri-industri yang berkaitan yang tadi saya sampaikan. Industri otomotif, industri pesawat, karena memang bahan-bahannya ada di kita," pungkasnya.
Advertisement
Orang Indonesia Punya Tambang Lithium di Australia, Jokowi: Saya Angkat Jempol
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, Indonesia akan menjadi salah satu negara sebagai produsen Electric Vehicle atau kendaraan listrik berbasis baterai terbesar di dunia.
Jokowi mengungkapkan dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) KADIN 2022, bahwa dirinya kedatangan tiga delegasi besar yang membahas mengenai transisi energi, transformasi digital dan mengenai ekonomi hijau Indonesia, termasuk mengenai kendaraan listrik.
“Saya dua hari ini kedatangan tiga delegasi dengan delegasi besar bertanya, bagaimana mengenai transisi energi dan mereka bertanya mengenai transformasi digital dan menanyakan mengenai ekonomi hijau kita, juga tanya bagaimana program EV baterai kita. Ini kekuatan yang harus kita sadari,” kata Jokowi, Jumat (2/12/2022).
Adanya respon tersebut, Jokowi menyatakan bahwa Indonesia ke depan akan membangun sebuah ekosistem yang besar dengan mengintegrasikan berbagai kekayaan sumber daya alam, seperti nikel, tembaga, bauksit, dan timah.
“Beberapa kali saya sampaikan, yang kita bangun ke depan ini adalah sebuah ekosistem besar bukan proyek kecil-kecil. Oh ini ada proyek di Morowali dan di Batang, bukan itu! Yang ingin kita bangun adalah sebuah ekosistem besar,” ujarnya.
Sebagai contoh yaitu akan dibangun ekosistem EV baterai untuk mobil listrik maupun untuk sepeda motor listrik. Menurut Jokowi, Indonesia itu kaya dengan sumber daya alamnya, terutama bahan baku untuk memproduksi EV.
“Apa yang tidak kita punya? Untuk mencapai kesana kita punya nikel, tembaga, bauksit, timah, yang gak punya kita hanya lithium. Kurang satu lithium, ada dimana barang ini? Ada di Australia,” ujarnya.
Lithium
Adapun pada saat gelaran B20 lalu, Jokowi menyampaikan kepada Perdana Menteri Australia Anthony Albanese untuk bekerja sama untuk lithium. Namun, ternyata beberapa orang Indonesia sudah lebih dulu memiliki tambang lithium di Australia.
“Saat B20 saya sampaikan kepada Perdana Menteri Albanese, bahwa kita harus bisa bekerja sama, Tapi ternyata ada yang dari kita sudah memiliki tambang (lithium) di sana (Australia). Orang-orang kita ini pinter-pinter lho, belum kejadian tapi sudah beli di sana. Saya harus angkat jempol bisa melihat opportunity secepat itu, dan itu bagus,” ungkapnya.
Menurut Jokowi, hal yang sulit dilakukan itu adalah mengintegrasikan sumber daya alam yang dimiliki agar menjadi suatu ekosistem yang besar. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama antar Pemerintah pusat maupun daerah serta dengan para stakeholder.
“Yang sulit dari dulu adalah mengintegrasikan itu menjadi ekosistem yang besar. Itu yang tidak pernah kita kerjakan. Ini proyek jalan sendiri, itu jalan sendiri sehingga tidak memiliki nilai tambah yang besar,” ujarnya.
Advertisement