Liputan6.com, Jakarta - PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) mengumumkan perubahan susunan pemegang saham. Schroders Investment Management selaku pemegang saham perseroan melepas saham MLBI senilai Rp 360 miliar kepada Heineken International B.V.
"Nilai transaksi jual-beli saham Rp360 miliar dengan tujuan transaksi pembelian saham," ungkap Direktur Multi Bintang Indonesia Stephanie Yolande Peregrin dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (2/12/2022).
Advertisement
Dengan ada transaksi tersebut, nantinya ada perubahan pemegang saham Multi Bintang Indonesia. Di sisi lain, transaksi saham tidak mempengaruhi kondisi operasional, hukum, dan keuangan perseroan. Melansir data Bursa, Heineken International B.V tercatat sebagai pemegang saham mayoritas perseroan dengan porsi 87,42 persen atau 2,84 miliar saham. Sisanya sebesar 12,58 persen atau 265,05 juta lembar saham dimiliki oleh masyarakat.
Pada perdagangan hari ini, Jumat 2 Desember 2022, saham MLBI ditutup stagnan di posisi 9.200. Saham MLBI dibuka pada posisi 9.175 dan bergerak pada rentang 9.100—9.200.
Sebelumnya, Multi Bintang Indonesia optimistis penjualan akan mengalami kenaikan signifikan pada akhir tahun ini.
Direktur Utama PT Multi Bintang Indonesia Tbk, René Sánchez Valle mengatakan, keyakinan itu merujuk pada tren mobilitas masyarakat yang mulai pulih, sehingga kemungkinan banyak perayaan digelar pada akhir tahun ini.
"Jadi kami sangat menantikan periode perayaan ini. Kami akan terus memastikan bahwa kami dekat dengan konsumen. Jadi ada banyak sponsor yang kami libatkan berkaitan dengan itu. Anda akan melihat media sosial dengan merek kami dan juga banyak promosi yang akan terjadi di berbagai saluran, untuk memastikan bahwa merek kami terus menjadi yang terdepan,” beber René.
Multi Bintang Indonesia Genjot Pemakaian 100 Persen Energi Baru Terbarukan pada 2025, Bagaimana Perkembangannya?
Sebelumnya, PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) berkomitmen menggunakan 100 persen renewable energi atau energi baru terbarukan (EBT) pada 2025.
Direktur Corporate Affairs PT Multi Bintang Indonesia Tbk, Ika Noviera menuturkan, perkembangan sejumlah proyek terkait EBT berjalan sesuai target. Salah satunya yakni biomassa Sampangagung. Proyek ini mulai beroperasi sejak 2018, namun masih perlu beberapa upaya optimalisasi.
"Jadi sebenarnya hingga 2021 tahun lalu, biogas biomassa Sampangagung sudah menyumbang 28 persen energi terbarukan. Kemudian pada tahun 2022, kami baru saja menyelesaikan pabrik biomassa kami di Tangerang Brewery dan jika itu beroperasi, produksi EBT kami akan mencapai 64 persen pada penggunaan energi terbarukan dari total biomassa," ujar Ika dalam paparan publik perseroan, Selasa (29/11/2022).
Selain itu, perseroan sedang mengerjakan proyek solar rooftop Cirata, bekerja sama dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
"Jadi itu pekerjaan yang sedang berjalan. Namun, pada akhirnya, kami ingin mencapai penggunaan energi terbarukan dalam produksi hingga 100 persen pada tahun 2025,” imbuh dia.
Selain itu, perseroan juga mengembangkan solar rooftop pada dua pabrik bir (breweries) yang ada di Sampangagung dan Tangerang. Solar rooftop pada kedua pabrik itu ditargetkan dapat berkontribusi 73 persen EBT pada 2023. Sementara untuk proyek Cirata ditargetkan dapat berkontribusi 100 persen EBT pada 2025.
Advertisement
Perseroan Optimistis Penjualan Bakal Moncer
Sebelumnya, PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) optimistis penjualan akan mengalami kenaikan signifikan pada akhir tahun 2022.
Direktur Utama PT Multi Bintang Indonesia Tbk, René Sánchez Valle mengatakan, keyakianna itu merujuk pada tren mobilitas masyarakat yang mulai pulih, sehingga kemungkinan banyak perayaan digelar pada akhir tahun ini.
"Jadi kami sangat menantikan periode perayaan ini. Kami akan terus memastikan bahwa kami dekat dengan konsumen. Jadi ada banyak sponsor yang kami libatkan berkaitan dengan itu. Anda akan melihat media sosial dengan merek kami dan juga banyak promosi yang akan terjadi di berbagai saluran, untuk memastikan bahwa merek kami terus menjadi yang terdepan,” beber René dalam paparan publik, Selasa (29/11/2022).
Meski optimistis kinerja perseroan bakal moncer ke depan, René masih enggan mengungkapkan target untuk 2023. Secara garis besar, perseroan mematok target pertumbuhan yang tinggi, bersamaan dengan bisnis perseroan yang terus berkambang. Di sisi lain, geliat pariwisata juga disebut ikut mendompleng kinerja perseroan.
"Sektor pariwisata sangat penting bagi perseroan, khususnya Bali yang menarik banyak pariwisata mancanegara sebelum pandemi, dan kini kembali (seperti itu) lagi. Pariwisata menjadi bagian dari backbone kami dan bagian dari bisnis kami,” tandasnya.
Waskita Karya Bakal Terbitkan Obligasi Rp 3,9 Triliun
Sebelumnya, PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) berencana menerbitkan surat utang atau obligasi Rp 3,9 triliun.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Waskita Karya Wiwi Suprihatno menuturkan, saat ini Waskita dalam proses mendapatkan dukungan fiskal dari pemerintah dari Kementerian Keuangan, untuk bisa mendapatkan penjaminan dalam menerbitkan obligasi sukuk IV 2022.
"On going, menunggu izin prinsip dari Kemenkeu. Kami butuh penjaminan, karena di tengah kondisi makro yang cukup menantang, peringkat Waskita masih BBB stable. Kalau tanpa penjaminan, bisa berdampak ke beban suku bunga yang tinggi,” kata Wiwi dalam konferensi pers Waskita Karya secara virtual, Senin (14/11/2022).
Waskita Karya berharap dengan penjaminan pemerintah akan memperbaiki pemeringkatan Waskita untuk mendapatkan suku bunga obligasi lebih rendah. "Ini kami lakukan dalam proses sampai akhir dan awal tahun,” kata Wiwi.
Dia mengatakan, Rp 3,4 triliun akan digunakan untuk pendanaan kembali atau refinancing obligasi yang jatuh tempo pada tahun depan. Sedangkan, Rp 500 miliar untuk modal kerja dan menyelesaikan proyek Waskita.
“Totalnya Rp 3,9 triliun, Ro 3,4 triliun akan digunakan untuk refinancing obligasi jatuh tempo tahun depan, Rp 500 miliar untuk modal kerja dan penyelesaian proyek,” kata dia.
Sementara itu, surat utang Rp 3,9 triliun ini berasal dari obligasi konvensional dan sukuk. Penerbitan sukuk Rp 1 triliun dan konvensional Rp 2,9 triliun.
Advertisement