Operator Jaringan Bioskop Cinema XXI Dikabarkan IPO pada 2023

Operator jaringan bioskop cinema XXI ini mengincar dana USD 1,1 miliar atau sekitar Rp 16,89 triliun dalam rangka IPO.

oleh Agustina MelaniElga Nurmutia diperbarui 06 Des 2022, 06:37 WIB
Cinema XXI. (Foto: Koleksi Cinema XXI)

Liputan6.com, Jakarta - PT Nusantara Sejahtera Raya, operator jaringan bioskop terbesar di Indonesia Cinema XXI sedang mempertimbangkan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) di Indonesia.

Mengutip Yahoo Finance, ditulis Sabtu (3/12/2022), operator jaringan bioskop cinema XXI ini mengincar dana USD 1,1 miliar atau sekitar Rp 16,89 triliun (asumsi kurs Rp 15.356 per dolar AS). Demikian disampaikan menurut sumber yang mengetahui hal itu.

Adapun saat ini perseroan dikabarkan sedang diskusi dengan konsultan untuk penawaran potensi, dan rencana IPO paling cepat dilakukan pada 2023. “Penjualan saham dapat hasilkan antara USD 500 juta- USD 1,1 miliar,” ujar sumber tersebut.

Saat ini diskusi masih tahap awal, dan rincian IPO termasuk ukuran dan jadwal dapat berubah. Saat diminta konfirmasi mengenai hal itu, perwakilan perusahaan tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Nusantara Sejahtera Raya memiliki 1.216 layar di 226 bioskop di Indonesia dengan merek Cinema XXI per 2021, dikutip dari situsnya. Perseroan targetkan tumbuh menjadi 2.000 layar dalam lima tahun.

Update

Head of Corporate Communications and Brand Management Cinema XXI Dewinta Hutagaol belum dapat menanggapi hal itu. “Kami telah membaca artikel yang dimaksud. Namun, kebijakan perusahaan adalah untuk tidak menanggapi rumor pasar,” ujar dia lewat surat elektronik kepada Liputan6.com, Senin, 5 Desember 2022.


BEI Bidik 57 Emiten Baru pada 2023

Papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (30/12/2020). Pada penutupan akhir tahun, IHSG ditutup melemah 0,95 persen ke level 5.979,07. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan pencatatan 57 emiten baru pada 2023. Pencatatan saham emiten  itu naik dari target yang dicanangkan tahun ini sebanyak 55 emiten.

Direktur Utama BEI, Iman Rachman cukup optimistis dapat mencapai target tersebut, mengingat saat ini banyak perusahaan yang sudah antre di pipeline pencatatan umum perdana saham (initial public offering/IPO).

"Tahun depan target kami total pencatatannya 70, dari saham dan dan obligasi. Sementara emitennya sendiri di angka 57,” kata Iman dalam Media Gathering Wartawan Pasar Modal, Sabtu (26/11/2022).

Dalam catatannya, terdapat 43 perusahaan yang saat  ini berada dalam pipeline IPO Bursa. Empat di antaranya dipastikan IPO tahun ini. Kemungkinan besar, sisanya sebanyak 29 emiten akan melantai pada 2023.

"Kalau lihat pipeline IPO ada 43 perusahaan. Yang empat sudah pasti IPO tahun ini… Jadi sisa (pipeline) sebanyak 39 perusahaan akan dibawa (IPO) ke tahun depan. Termasuk anak BUMN,” kata Iman.

Selain perusahaan dengan skala aset yang besar, BEI juga mendorong perusahaan dengan aset skala kecil dan menengah untuk dapat melantai di bursa. Hal itu mendorong BEI untuk ikut bergerak dengan program pendampingan proses IPO kepada calon perusahaan.

BEI mendorong perusahaan untuk mempertimbangkan pendanaan melalui pasar modal Indonesia dengan melakukan pencatatan sebagai salah satu strategi pengembangan perusahaan.

Harapannya, dengan semakin banyak perusahaan yang melantai di BEI dapat menjadikan pasar modal sebagai rumah pertumbuhan bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia dan memberikan pilihan investasi yang lebih beragam bagi investor. 

 


Bos BEI Beberkan Bakal Ada 60 Emiten Baru hingga Akhir 2022

Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman optimistis target pencatatan saham baru tahun ini akan tercapai. Bahkan ia menyebutkan akan sekitar 58—60 emiten baru tercatat hingga akhir tahun.

"Tahun ini saja sudah mencapai 54 perusahaan baru. Jadi target kami di tahun ini sebenarnya 55 emiten. Apabila ada satu emiten saja yang akan listing di tahun ini, target kami tercapai. Tapi prognosa kami di akhir tahun di tempat Pak Nyoman (Direktur Penilaian BEI), ada 58-60 di akhir tahun,” kata Iman dalam acara CEO Networking 2022, Kamis (24/11/2022).

Sementara berdasarkan informasi yang dikantongi Iman, saat ini masih ada 41 perusahaan yang antre di pipeline pencatatan saham perdana (initial public offering/IPO). Adapun total perusahaan tercatat di BEI saat ini sebanyak 820 perusahaan. Angka itu terbagi dalam 3 papan, yakni papan utama, papan pengembangan, dan papan akselerasi.

"Papan akselerasi ini dibuat untuk UMKM. Jumlah emitennya saat ini 23 perusahaan,” ungkap Iman.

Papan pengebangan kontribusi 53 persen dari total perusahaan tercatat atau sekitar 450 emiten. Sedangkan papan utama berkontribusi 43 persen atau sekitar 350 emiten. Untuk akomodasi perkembangan ekonomi terkini, BEI juga berencana menambah papan pencatat yakni papan new economy pada akhir tahun ini atau paling lama awal tahun depan.

"Banyak perusahaan teknologi atau e-commerce yang sebenarnya eligible secara market cap untuk masuk papan utama tapi financial masih rugi. Jadi belum bisa masuk papan utama, maka disediaka papan new economy,” imbuh Iman.

 


Penutupan IHSG pada 2 Desember 2022

Pialang memeriksa kacamata saat tengah mengecek Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (9/9/2021). IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat 42,2 poin atau 0,7 persen ke posisi 6.068,22 dipicu aksi beli oleh investor asing. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona merah hingga penutupan perdagangan saham Jumat, (2/12/2022). Sektor saham industri dan teknologi menekan laju IHSG.

Mengutip data RTI, IHSG ditutup turun tipis 0,02 persen ke posisi 7.019,63. Indeks LQ45 terpangkas 0,64 persen ke posisi 989,59. Sebagian besar indeks acuan tertekan. Pada Jumat pekan ini, koreksi IHSG menjadi terbatas. IHSG bergerak di posisi tertinggi 7.021,81 dan terendah 6.967,95. Sebanyak 330 saham melemah dan 213 saham menguat. 169 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan 1.081.310 kali dengan volume perdagangan saham 49,2 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 15,7 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.441.

Mayoritas indeks sektor saham tertekan yang dipimpin sektor saham industri. Sektor saham industr merosot 1,76 persen, diikuti sektor saham teknologi terpangkas 1,24 persen. Diikuti sektor saham keuangan susut 0,46 persen, sektor saham transportasi melemah 0,18 persen, sektor saham basic turun 0,16 persen dan sektor saham properti melemah 0,04 persen.

Sementara itu, sektor saham energi menguat 1,51 persen, dan pimpin penguatan. Diikuti sektor saham infrastruktur bertambah 0,16 persen, sektor saham siklikal naik 0,11 persen, sektor saham nonsiklikal mendaki 0,09 persen dan sektor saham kesehatan bertambah 0,03 persen. Jelang akhir pekan ini, saham GOTO tertekan lagi dan kembali auto rejection bawah (ARB). Saham GOTO turun 6,38 persen ke posisi Rp 132 per saham. 

"Kami mencermati IDX Techno masih menjadi sektor pemberat laju IHSG dan dipimpin oleh GOTO yang masih ARB. Namun, IDX Energy diakhir sesi menjadi pendorong laju indeks sehingga pelemahan IHSG menjadi tipis,” ujar Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana saat dihubungi Liputan6.com.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya