Liputan6.com, Jakarta - "Perhatian: Karena kekurangan selada. Tidak ada selada di sandwich kami hari ini," begitu tanda yang ditemui pelanggan ketika mereka pergi ke toko roti SanRemo yang sudah lama berdiri di Etobicoke, Kanada, pertengahan bulan lalu.
Melansir CP24, Minggu (3/12/2022), toko roti itu jadi satu dari banyak tempat di Toronto yang tidak memiliki selada. Beberapa bahkan menghapus selada dari menu karena kekurangan pasokan maupun lonjakan harga "hampir tidak masuk akal."
Baca Juga
Advertisement
"Jika kami tidak mendapatkan bahan-bahannya, itu sulit. Anda tahu, Anda harus memotong (ketersediaan) produk. Ini benar-benar permainan penyeimbang saat ini yang kami mainkan," pemilik SanRemo Bakery, Robert Bozzo, mengatakan.
Rantai makanan cepat saji Subway juga mengatakan selada untuk sementara tidak tersedia di beberapa gerai mereka. Cabang Swiss Chalet di Kanada juga mengumumkan bahwa menu salad dan caesarnya tidak tersedia. Kekurangan selada dilaporkan didorong masalah pasokan di California, Amerika Serikat (AS).
COO Restoran Kanada, Kelly Higginson, mengatakan pada Canadian Press bahwa area utama penanaman selada di negara bagian AS itu terkena virus dan tanaman mereka "hancur." Dr. Sylvain Charlebois, direktur senior Lab Agri-Food Analytics di Dalhousie, mengatakan masalah rantai pasokan telah mengakibatkan harga selada meroket 30 persen dari tahun ke tahun di Kanada.
"Saya pikir, banyak orang memperhatikan bahwa krisis selada adalah masalah saat ini, di mana kami kehabisan (pasokan) karena California benar-benar tidak dapat memproduksi jumlah yang seharusnya pada tahun ini. Tapi, situasi itu bersifat sementara. Kami mengharapkan Desember yang 'lebih cerah' karena semakin mendekati liburan," katanya.
Rencana Naikkan Harga?
Bozzo sendiri telah mencatat lonjakan harga sayuran hijau dalam beberapa minggu terakhir. Ia membayar antara 125 hingga 140 dolar Kanada (sekitar Rp1,4 juta--Rp1,6 juta) untuk sekotak selada romaine.
Meski kekurangan selada, Buzzo mengatakan, toko rotinya tidak dapat terus membayar harga sayuran yang tinggi. "Kami ingin berhati-hati dengan apa yang harus kami keluarkan dan menyampaikannya pada pelanggan kami," ia mengatakan.
"Basis pelanggan kami berpenghasilan sangat rendah hingga berpenghasilan tinggi dan bagi kami, kami ingin dapat melayani semua orang," imbuhnya.
Bozzo menambahkan bahwa toko rotinya tidak berencana menaikkan harga sandwich mereka ketika selada kembali tersedia. Kekurangan selada terjadi karena orang Kanada menghabiskan jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk bahan makanan tahun ini karena lonjakan inflasi.
Menurut Statistics Canada, kenaikan tahunan harga bahan makanan mencapai tertinggi 11,4 persen pada September 2022, lompatan terbesar sejak 1981. Angka ini tetap tinggi pada Oktober 2022 sebesar 11 persen. Namun, harga makanan naik lebih sedikit di bulan Oktober (10,1 persen) dibandingkan September (10,3 persen) dari tahun ke tahun.
Advertisement
Kenaikan Harga
Produk dengan kenaikan harga tertinggi dari tahun ke tahun di bulan Oktober 2022 adalah margarin sebesar 40,4 persen, diikuti produk pasta sebesar 27,4 persen. Makanan lain yang mengalami kenaikan harga dari September hingga Oktober 2022 termasuk mentega, susu, dan telur.
Boozo pun memperhatikan kenaikan harga bahan pokok yang dibutuhkan di toko rotinya. "Ini benar-benar gila, seperti tepung dan minyak. Kami adalah toko roti tradisional yang menggunakan semua bahan mentah," tuturnya.
Charlebois mengatakan, pertumbuhan harga bahan makanan sebagian besar terkait invasi Rusia ke Ukraina dan masalah rantai pasokan. "Ini cerita komoditas. Memberi makan hewan di peternakan lebih mahal. Biaya energi juga menaikkan harga," katanya.
Tapi, ada cahaya di ujung terowongan, menurut Charlebois. Ia mengatakan, dolar Kanada akan membantu menurunkan biaya makanan dalam beberapa minggu mendatang.
"Ini sekitar 75 sen versus dolar. Itu akan membantu importir saat kita mendekati musim dingin. Kita akan mengimpor lebih banyak makanan, itu akan membantu. Jadi, kita mengharapkan musim dingin yang lebih mudah dibandingkan dengan apa yang telah kita lihat beberapa bulan terakhir," katanya.
Krisis di Negara Lain
Sampai saat itu, Bozzo mengatakan, toko rotinya berusaha memenuhi kebutuhan sebaik mungkin. "Sesibuk apapun kami, kami masih dalam mode bertahan hidup dan kami masih berusaha melewati ini," katanya.
Sebelum ini, Inggris sudah dilanda krisis buah dan sayuran. Bahan sayuran di supermarket negara itu, termasuk mentimun, paprika, dan tomat, mengalami kekurangan pasokan. Tomat khususnya sangat terpengaruh karena meningkatnya biaya penggunaan efek rumah kaca.
Melansir Daily Mail, industri sayuran Inggris terancam karena kekurangan tenaga petani dan biaya produksi yang mahal. Hal ini menyebabkan pihaknya harus mengimpor bahan dari luar negeri.
Lea Valley, yang sering dijuluki ibu kota mentimun di Inggris, memperkirakan penurunan angka produksi hingga setengah kuota pada tahun depan, menurut perwakilan Asosiasi Petani Lea Valley, Lee Stiles. 40 orang dari 80 anggota petani memilih tidak menanam sayuran karena mengantisipasi kerugian finansial.
Sementara yang lain meninggalkan bisnis sepenuhnya. "Mendukung petani Inggris dengan membayar harga yang wajar tampaknya tidak jadi prioritas supermarket saat ini," katanya.
Lebih lanjut ia mengungkap, jumlah produk segar di Inggris telah berkurang hingga setengah kuota pada tahun lalu, tapi konsumen tidak menyadari atau tidak peduli. "Kami mengambil semua risiko dan (menjual produk tani) dengan harga yang sangat rendah. Kalau harga tidak naik, pasti industri mentimun Inggris tidak akan bertahan," ujarnya.
Advertisement