Liputan6.com, Jakarta - Menyediakan produk menstruasi, termasuk pembalut, secara gratis belakangan makin riuh disuarakan. Yang terbaru, kebijakan itu dilaporkan akan berlaku di Selangor, membuatnya jadi negara bagian pertama di Malaysia yang merilis aturan tersebut.
Melansir Says, Sabtu (3/12/2022), program pembalut gratis akan dilaksanakan untuk pertama kalinya oleh Selangor sebagai bagian dari anggaran negara sebesar 2,45 miliar ringgit untuk tahun 2023. Topik tersebut mengemuka dalam sesi debat anggaran di DPRD Selangor, Rabu, 30 November 2022.
Baca Juga
Advertisement
Juwairiya Zulkifli, anggota majelis Bukit Melawati, memuji inisiatif memerangi stigma seputar "kemiskinan menstruasi." Ini termasuk kurangnya akses ke produk menstruasi, fasilitas sanitasi, dan pendidikan kebersihan menstruasi yang memadai.
Bahasan tersebut menurutnya bukanlah hal baru. Namun, karena distigmatisasi dan dijauhi masyarakat, hal tersebut jarang disuarakan secara vokal.
"Di antara kelompok yang berisiko menghadapi situasi seperti itu adalah perempuan di pedesaan, kaum miskin kota, dan kaum miskin ekstrem," katanya seperti dikutip Jurnal Selangor, menambahkan bahwa ini adalah salah satu faktor penyebab putus sekolah.
Dari total anggaran yang disebutkan di atas, 200 ribu ringgit dilaporkan dialokasikan dalam Anggaran Selangor 2023 untuk memberi pengalaman menstruasi yang lebih baik bagi perempuan maupun anak perempuan. Jumlah tersebut termasuk kampanye kesadaran dan penyediaan pembalut gratis, menurut Selangor Journal.
Juwairiya berkata, "Saya berharap program ini dapat berlanjut di tahun-tahun mendatang dengan alokasi (dana) yang lebih besar untuk mengatasi kemiskinan menstruasi di Selangor."
Diadopsi di Negara Lain
Sementara itu, negara-negara lain telah mengadopsi praktik tersebut. Di Korea Selatan, pembalut wanita gratis telah didistribusikan di semua ruang publik sejak 2018. Skotlandia mengikutinya dan jadi negara pertama di dunia yang menggratiskan produk menstruasi untuk semua warganya.
"Menyediakan akses ke produk menstruasi (secara) gratis sangat penting untuk kesetaraan dan martabat," kata Sekretaris Keadilan Sosial Skotlandia, Shona Robison, dalam sebuah pernyataan, Agustus lalu, lapor NPR.
Langkah itu juga menghilangkan hambatan finansial untuk mengakses produk mentruasi yang layak. Robison pn menyebut langkah itu "lebih penting dari sebelumnya" di era meningkatnya biaya hidup.
"(Saya) bangga dengan apa yang telah kami capai di Skotlandia. Kami adalah yang pertama, tapi tidak akan menjadi yang terakhir," kata anggota parlemen Skotlandia Monica Lennon, yang mulai mengajukan proposal pada 2016.
Berbeda dari Skotladia, Selandia Baru dan Kenya telah mendistribusikan produk menstruasi secara gratis di sekolah umum. Kesadaran telah tumbuh dalam beberapa tahun terakhir tentang bagaimana akses ke produk menstruasi dapat memengaruhi pendidikan dan stabilitas ekonomi bagi orang-orang yang membutuhkannya.
Sekitar 14 persen mahasiswa Amerika Serikat (AS) berjuang membeli produk menstruasi, jumlah yang lebih tinggi di antara wanita kulit hitam dan Latina, menurut sebuah studi baru-baru ini oleh Universitas George Mason. Para peneliti menemukan bahwa mereka yang secara teratur berjuang membeli produk menstruasi lebih mungkin mengalami depresi.
Advertisement
Memerangi Kemiskinan Menstruasi
Pemerintah Sri Lanka juga telah mengumumkan pemotongan pajak untuk produk-produk menstruasi dalam upaya membantu perempuan dan gadis-gadis muda yang tidak mampu membelinya. Menurut laporan AFP, negara itu mengalami kekurangan yang parah dalam barang-barang penting dan tingkat inflasi yang tinggi, yakni naik hingga 70 persen.
Melansir Says, hal ini menyebabkan banyak orang memprotes krisis ekonomi secara nasional, yang mengakibatkan pengunduran diri mantan presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa Juli lalu. Karena krisis ekonomi tahun lalu, banyak perempuan dan gadis muda Sri Lanka tidak mampu membeli produk menstruasi.
Ini kemudian menyebabkan banyak yang hanya tinggal di rumah selama periode bulanan mereka. Kendati, tercatat bahwa ini telah jadi masalah umum di Sri Lanka bahkan sebelum krisis melanda.
Sekitar 2,6 juta perempuan di Sri Lanka mengalami "kemiskinan menstruasi." Ini adalah masalah yang tersebar luas bagi perempuan dan dapat menyebabkan kerusakan fisik, mental, juga emosional.
Hal ini dapat menyebabkan rasa malu dan melanggengkan stigma seputar proses alami tubuh, seperti menstruasi. Selain itu, hal ini juga dapat menyebabkan masalah kesehatan lain jika pengelolaan limbah atau fasilitas kebersihan tidak tersedia.
Bagaimana dengan Indonesia?
Sedangkan, Indonesia masih hanya menyediakan fasilitas pembalut gratis dalam keadaan darurat. Itu pun baru ada di satu lokasi: Stasiun MRT Dukuh Atas. MenstrueAid smart poster merupakan inisiasi merek pembalut, Laurier.
Mengakses pembalut darurat, penumpang wanita hanya perlu memindai kode QR yang tertera pada MenstrueAid smart poster. Server Laurier kemudian akan segera terhubung ke ponsel yang digunakan.
Setelahnya, pengguna akan mendapatkan satu pembalut gratis untuk kebutuhan darurat. Selain itu, penumpang wanita juga dapat mengisi kuesioner yang tertera untuk membantu lebih memahami seputar siklus menstruasi yang dialami, serta serangkaian tips dan seputar info menarik tentang wanita.
Kampanye itu merupakan bentuk dukungan dan kepedulian bagi perempuan yang tetap harus beraktivitas di kala menstruasi.
"Laurier berharap MenstrueAid smart poster juga dapat meningkatkan kesadaran dan jadi motivasi bagi seluruh moda transportasi umum untuk menyediakan pembalut darurat agar penumpang wanita bisa lebih nyaman dan tidak lagi khawatir ketika menstruasi datang secara tidak terprediksi," kata Ass. VP Marketing KAO Indonesia, Maria Rosita Leonardi, dalam keterangannya, 27 Oktober 2022.
Advertisement