Liputan6.com, Jakarta - All Nippon Airways (ANA), bersama perusahaan Chikaranomoto Holdings Co Ltd, yang menjalankan merek Ippudo, telah mengembangkan ramen nabati "Pla-ton." Menu ini rencananya akan tersedia sebagai pilihan hidangan dalam penerbangan rute internasional ANA.
Melansir Japan Today, Sabtu (3/12/2022), hidangan tersebut akan ditawarkan di kelas satu dan bisnis rute jarak jauh dan menengah. Sejak Juni 2013, ANA telah menawarkan beragam ramen Ippudo sebagai bagian dari makanan ringannya di kelas satu dan bisnis pada penerbangan internasional di rute tertentu.
Advertisement
Hidangan populernya termasuk ramen sup shoyu bernama "Furusato," ramen sup tonkotsu bernama "Sora-ton," dan mi berbahan dasar miso bernama "Daichi." Ramen baru "Pla-ton" menghadirkan rasa tonkotsu khas Ippudo, sambil tetap sepenuhnya vegan untuk mengakomodasi pelanggan dengan kebutuhan diet berbeda.
"Ippudo adalah makanan pokok Jepang dan kami ingin penumpang merasakan cita rasa Jepang terlepas dari kebutuhan diet atau preferensi kuliner," kata Wakil Presiden Eksekutif, Manajemen Pengalaman Pelanggan, dan Perencanaan ANA, Tomoji Ishii.
Ia menyambung, "Kami akan terus berinovasi dengan hidangan baru dalam penerbangan, sehingga setiap penumpang dapat menikmati pengalaman penerbangan yang nyaman dan lezat."
Maskapai Jepang itu mengatakan, pihaknya terus bekerja menuju tujuan "universalisasi makanan" sebagai bagian dari "janji masa depan" maskapai, termasuk pembaruan makanan berbasis sayuran. Juga, penambahan pilihan makanan sehat untuk hidangan kelas bisnis.
Memperkenalkan Budaya Ramen
Selain itu, Ippudo juga menyadari bahwa banyak orang yang tidak bisa makan ramen tonkotsu (babi) atau memilih untuk tidak makan karena berbagai alasan. Ini termasuk masalah lingkungan, agama, atau kesehatan.
Temuan ini kemudian mendorong perusahaan memulai inisiatif ramen nabati dengan harapan membawa cita rasa dan budaya ramen ke lebih banyak orang di seluruh dunia.
Terkait opsi makanan lebih ramah lingkungan, sebelumnya maskapai bujet Jepang Zipair telah memperkenalkan makanan dalam penerbangan yang dibuat dari serangga. Maskapai yang merupakan anak perusahaan maskapai nasional Japan Airlines, lapor SCMP, mulai mencatat reservasi pada Juli 2022 untuk dua makanan baru dalam penerbangan.
Sebagian menu dalam kategori ini terbuat dari jangkrik, yang secara luas dianggap sebagai sumber makanan kaya protein dan nutrisi lain. Maskapai ini menyajikan burger cabai dengan tomat dan hidangan pasta, yang keduanya memasukkan jangkrik yang dihancurkan, yang dijual seharga 1.500 yen (sekitar Rp165 ribu).
Advertisement
Menyajikan Makanan Tidak Biasa
Zipair, yang memulai operasi penumpang pada Oktober 2020 dan terbang dari Narita ke Singapura; Seoul, Korea Selatan; Bangkok, Thailand; dan Honolulu dan Los Angeles di Amerika Serikat, bekerja sama dengan perusahaan teknologi pangan Gryllus untuk menyajikan makanan tidak biasa.
"Meski masih meninjau tanggapan pelanggan, kami telah menerima lebih dari 60 pesanan pembelian (terhitung Agustus 2022) untuk dua hidangan tersebut sejak diperkenalkan pada 1 Juli (2022)," kata Mark Matsumoto, juru bicara maskapai.
Zipair telah terinspirasi untuk lebih berani dengan menu dalam penerbangannya sebagai hasil dari tujuan pembangunan berkelanjutan untuk limbah makanan yang diumumkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 2015. Matsumoto mengatakan bahwa maskapai merasa tindakan untuk melindungi lingkungan adalah tanggung jawab mereka.
"Sejalan dengan target pengurangan limbah makanan, Zipair saat ini hanya menyiapkan dan memuat makanan yang sudah dipesan sebelumnya. Artinya, kami tidak memuat makanan berdasarkan jumlah penumpang di setiap penerbangan," ia menuturkan.
Ia menyambung, "Karena Zipair dan Gryllus sama-sama memiliki tujuan bersama untuk mengurangi sampah makanan, masuk akal bagi kedua perusahaan untuk berkolaborasi dalam pengembangan menu dalam penerbangan ini."
Camilan di Pedesaan Jepang
Lebih lanjut Matsumoto mengatakan, "PBB telah melaporkan bahwa dalam 30 tahun ke depan, populasi global akan mencapai tingkat di mana kekurangan produk makanan hewani akan terjadi. Jadi, kami akan terus bekerja dengan perusahaan yang mengembangkan dan memperkenalkan pilihan makanan berkelanjutan untuk berkontribusi pada perbaikan masyarakat."
Koki kedua perusahaan membutuhkan waktu sekitar tiga bulan untuk menyempurnakan resep dua hidangan tersebut, dengan aroma bubuk jangkrik diklaim mirip dengan aroma kedelai. Gryllus didirikan pada 2019 oleh Takahito Watanabe, seorang profesor biologi perkembangan di Universitas Tokushima, di Jepang selatan, dengan tujuan memelihara jangkrik dalam skala industri dan mengubahnya jadi sumber makanan.
Jangkrik secara tradisional disajikan sebagai camilan di pedesaan Jepang. Mesin penjual otomatis yang menjual serangga sebagai makanan ringan jadi berita utama ketika diperkenalkan di Prefektur Nagano, di Jepang tengah, musim panas ini, dan Gryllus melihatnya sebagai sumber daya yang penting dan berguna.
Budidaya jangkrik ramah lingkungan, kata perusahaan itu, mereka membutuhkan sangat sedikit tanah, air atau bahan baku. Sementara, tingkat konversi makanan, rasio berat yang diperoleh untuk pakan yang dikonsumsi, jauh lebih unggul daripada babi, sapi potong atau ayam.
Advertisement