Pasca-jatuhnya meteor di kawasan Pegunungan Ural di Chelyabinsk, Rusia pada Jumat (15/2/2013), ribuan pekerja darurat pun mulai telah melakukan pembersihan sejak Sabtu, 16 Februari. Mereka mulai membersihkan pecahan kaca dan puing-puing gedung yang rusak akibat ledakan meteor itu.
Seperti diberitakan laman thenews, Minggu (17/2/2013), para penyelam pun telah dikerahkan untuk menyelam di sebuah danau di Cherbakul dekat kota Chelyabinsk di mana terdapat lubang besar akibat ledakan meteor itu.
Dalam pencarian tersebut, tim berhasil menemukan sebuah serpihan kecil berukuran sekitar 1 cm yang diduga sebagai pecahan batu asal luar angkasa tersebut.
Peristiwa itu juga menyebabkan sekitar 1200 orang terluka. Setidaknya 300 gedung sekolah di daerah-daerah yang terkena dampak jatuhnya meteor rusak parah dan ringan.
Spekulasi tentang meteor
Menurut pemimpin kaum nasionalis Vladimir Zhirinovsky, ledakan tersebut bukan berasal dari benda angkasa. "Ini bukan meteor jatuh. Ini adalah senjata baru sedang diuji oleh Amerika," kata Zhirinovsky.
Sementara menurut seorang pendeta yang tinggal tak jauh dari lokasi ledakan meteor mengatakan, peristiwa itu adalah kehendak Tuhan. Sedangkan saat ini situs media sosial setempat sedang dibanjiri dengan spekulasi tentang penyebab terjadinya ledakan selain meteorit.
"Jujur, saya lebih cenderung percaya bahwa hal itu adalah hal militer," kata Oksana Trufanova, penduduk lokal yang juga aktivis hak asasi manusia.
Kendati demikian, seorang pejabat Rusia menanggapi hal itu hanyalah"sampah". Karena menurutnya hal itu adalah benar-benar peristiwa alam.
Seperti pengakuan warga Chelyabinsk yang tinggal di kota industri yang berjarak 1.500 km arah timur Moskow ini, ia mengaku mendengar ledakan lalu melihat cahaya terang dan kemudian merasakan getaran keras yang merusak jendela dan dinding serta atap pabrik seng.
Badan Antariksa Rusia Roscosmos mengatakan, sebuah bola api yang berpijar itu melesat di langit pada kecepatan 30 km per detik dan meninggalkan jejak panjang berwarna putih yang terlihat sejauh 200 km.
Sementara NASA memperkirakan meteor yang berjarak 55 meter sebelum memasuki atmosfer bumi itu memiliki berat sekitar 10 ribu ton.
"Meteor itu meledak beberapa mil di atas Bumi, melepaskan hampir 500 kiloton energi atau setara dengan 30 bom nuklir yang dijatuhkan di kota Hiroshima di Jepang dalam Perang Dunia II," kata NASA.
Advertisement
Nasa juga memperkirakan peristiwa ini terjadi sekali setiap 100 tahun," kata Paul Chodas dari Kantor NASA yang menangani Program Objek yang mendekati bumi di Jet Propulsion Laboratory Pasadena, California.
"Bila Anda mendapati bola api dengan ukuran seperti itu, kami perkirakan itu merupakan kumpulan meteorit yang mencapai permukaan dan dalam kasus ini kemungkinan salah satunya," ujar Chodas. (Tnt)